SERAGAM putihmu memberikan banyak harapan
Pulih dan menyambung napas yang nyaris berakhir
Memang itu bukan semata berkat upaya maksimal
Bermodalkan teori dan praktik di bangku kuliah
Dikenal tidak murah, tidak mudah, dan tidak pula singkat
Panggilan jiwa dan kode etik yang paling mulia
Terakhir, kuasa Sang Maha penentu takdir
Kabar di podium Gugas telah dikutip kuli tinta
Membuat ketakutan kami menjelma prihatin
Paramedis tempat bergantung
Berharap tablet, infus, suntikan yang lembut menelusup kulit
Meskipun belum ada temuan yang bisa diresepkan
Bisa membalikkan positif mengarah negatif
Nyatanya seragam putih yang dibungkus jas hujan
Sarung tangan dan masker sulit ditemukan saat dibutuhkan
Membuat dirimu ikut terpapar
Pasienmu masih bernapas di ujung tanduk
Dirimu justru dipanggil tepat di bawah logo ular dan tongkat yang melekat di jas putih yang tergantung di dinding ruang isolasi
Jari tangan kami tak bisa lagi menggenapi jumlah itu
Yang gugur saat bertempur di garda depan pandemi qif19
Anak istri hanya bisa bertemu sembari melukis bunga tidur
Ada juga janur kuning melambai pun terkulai menghapus mimpi
Bendera setengah tiang belum lagi sempat kau lihat berkibar.[****]
Palembang, 2 April 2020
Muhamad Nasir
Penulis dan Jurnalis