STUNTING biasanya disebut untuk kasus pertumbuhan anak yang terganggu, karena kurang asupan gizi yang dibutuhkan tubuh. Biasanya dipantau pada anak-anak usia di bawah lima tahun. Tidak hanya berat badan kurang, namun juga tinggi badan.
Untuk itu tahun ini salah satu yang menjadi fokus Dinas Kesehatan Kota Palembang adalah akan menurunkan angka Stunting di Palembang.
Kepala Dinas Kesehatan kota Palembang dr Letizia mengatakan tahun 2019 angka stunting di Palembang adalah 7,9 persen dari keseluruhan balita yang ada (usia 0-5 tahun).
“Stunting yang kita khawatirkan anak jadi kerdil dan bodoh. Sebagai bentuk antisipasi, para remaja putri kami beri tablet penambah darah yang dilakukan di sekolah-sekolah SMP-SMA serta ibu hamil yang kita deteksi puskesmas dan posyandu,” ungkap Letizia.
Meski demikian angka tersebut terus ditekan agar Kota Palembang bebas dari stunting, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan makanan tambahan selama 3 bulan kepada ibu-ibu hamil.
“Makanan tambahan ini bisa didapat di Puskesmas terdekat jadi si ibu bisa memeriksa kandungannya secara teratur. Jika makanan tersebut habis kita kasih makanan tambahan lagi, selama 3 bulan agar sang bayi beratnya sesuai dengan usia kehamilan dan sehat,” kata dia.
Dalam masa kehamilan, para ibu disarankan tidak terlalu banyak beraktifitas berat dan lelah. Dan perbanyak gizi sehingga calon bayi mendapat asupan gizi yang cukup selama masa kehamilan.
Lanjut dia, Puskesmas yang ada di kota Palembang juga memberikan buku KIA kepada ibu hamil yang memberikan informasi mengenai gizi yang diperlukan ibu hamil. Serta ibu hamil juga disarankan rutin pemeriksaan agar kesehatan calon bayi terpantau.
“Kita ada inovasi ” MARTABAK HAR” singkatan dari Mari Membaca Buku KIA di Hari Rabu. Petugas puskesmas akan mempromosikan kepada ibuny setiap hari harus makan apa, jumlah karbohidrat, protein, vitamin dan sebagainya,” bebernya.
Sementara itu Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Palembang Hj Eni Mardiani SKM menambahkan, angka kasus stunting di Palembang ini berdasarkan data yang ter-Entry (terdata) oleh Dinkes di Aplikasi Elektronik Pencatatan Pelaporan gizi berbasis masyarakat (E-PPGBM) adalah 7,9 persen.
“Dari 113.718 balita di tahun 2019, ditemukan 4641 balita (7,9 persen) kasus stunting. Ini masih jauh lebih rendah dari nasional bahkan dari riset kesda/survei yang pernah dilakukan sebelumnya, 25 persen ternyata setelah kita data terbaru lagi hanya 7,9 persen. Dari jumlah balita ini sudah 60 persen yang kami data,” terang eni.
Adapun balita yang mengalami stunting direntang usia 0-2 tahun sebanyak 1075 balita dan direntang usia 3-5 tahun 2806 balita. Menurutnya, dari 18 Kecamatan ada sepuluh wilayah yang tersebar sebagai lokus intervensi stunting.
Pihaknya menargetkan pendataan balita akan rampung tahun ini mengingat masih 40 persen lagi balita yang belum ter-entry di data E-PPGBM. “Targetnya tahun 2019 tadi selesai tapibada beberapa gangguan jaringan di aplikasi tersebut, jadi tahun ini kita selesaikan,” pungkasnya. [***]