Oleh : Faldy Lonardo
DERMAGA Speedboat Bekang Palembang, yang dalam rutinitasnya, digunakan sebagai dermaga bagi masyarakat di Kota Palembang untuk menghubungkan ke daerah perairan di Sumatera Selatan (Sumsel).
Posisinya yang strategis diantara Reverside restaurant dan Markas Perbekalan dan Angkutan Kodam II Sriwijaya (Bekang DAM II/ Sriwijaya) Palembang, di pinggiran Ilir Sungai Musi menjadikan dermaga ini sebagai jalur alternatif yang pas masyarakat untuk menaiki speedboat ke tujuan yang sulit di tempuh dengan jalur darat.
“Sudah 16 tahun saya buka warung disini, dermaga speedboat ini sudah ada,” ujar Fatma pedagang di area Dermaga, keterangan yang di dapat dari pantauan wartawan ST, Senin (15/10/18)
Meski akrab di telinga, namun masyarakat Palembang banyak yang tidak tahu dengan Dermaga Speedboat ini. Konon, Dermaga ini punya sejarah tersendiri, dimana dalam sejarah Perang Lima Hari Lima Malam di Kota Palembang yang melutus pada Januari 1947 silam, dikenal dengan sebutan Boom Yetty oleh Belanda.
Hal itu diungkap oleh beberapa budayawan, pemerhati dan sejarawan Kota Palembang, serta informasi yang di dapat dari masyarakat, kesemuanya menunjuk pada posisi yang sama, yakni antara Riverside Restaurant dan Bek Ang.
Salah satunya, yang dikatakan Anggota Pemangku Adat Kota Palembang, Kemas M. Fauzi Idrus (61), ia mengatakan sebenarnya pengucapannya Pelabuhan Jati, cuma Belanda yang menyebutnya Boom Yetty.
Letaknya akunya persis diantara Reverside dan Bek Ang, sekarang dipakai menjadi Pelabuhan Speed Boat, dulu ada besi-besi untuk penahan kapal.
“Saya rasa, tanda-tandanya masih ada, cuma sekarang menjadi pelabuhaan speedboat ke arah air sugihan dan lainnya,” ujarnya.
Hal senada dikatakan, Pemerhati Sejarah Palembang, Jupri Al Palembani, ia mengatakan, kenapa disebut Pelabuhan Jati ? Karena, dulunya ada Rumah Limas yang terbuat dari kayu Jati, yang berada di deket Pelabuhan itu sehingga untuk mempermudah penandaan oleh masyarakat disebutlah dermaga itu Pelabuhan Jati, cuma orang Belanda menyebutnya Boom Yetty.
“Pelabuhan Jati, Pelabuhan ke dua setelah Sungi Rendang, letak- nya persis diantara Reverside dan Bekang, sementara Rumah Limas itu sudah tidak ada lagi, tapi besi – besinya kemungkinan masih tersisa disana,” terangnya.
Sebelumnya juga salah satunya daerah bernama Boom Yetty atau Pelabuhan Yetty, tertulis di sejarah perang itu, disebut – sebut sebagai pelabuhan bongkar muat Belanda untuk kebutuhan di Benteng Kuto Besak, pada masa itu.
“Di sekitaran pasar sekanak kalau tidak salah, tapi karena lama tidak dipakai, istilah ini jadi sedikit ragu,” terang pemerhati sejarah Palembang, Kemas Ari Panji.
Menurut keterangan yang dia dapat, Kemas mengatakan, ada juga yang pernah memberi info bahwa Pelabuhan Boom Yetty atau Boom Jati, Lokasinya ada di Makras TNI (Bek ang).
Hal Senada dikatakan, Pemerhati Sejarah Palembang, Rd. Muhammad Ikhsan yang menjelaskan posisi Boom Yetty tersebut deket antara River Side Restaurant dan Bekangdam.
“Zaman sesudahnya, disebut Boom PNKA perusahaan kereta api,” ujar penulis buku Titik Nol Palembang ini.
Sementara itu, Budayawan Palembang, Vebri Alintani mengatakan Kalau menurut Asnawi Mangku Alam dalam buku Perang Kota 120 jam, Boom Yetty ada di Sekanak.
“Kalau pun memang keberadaannya sudah jelas di daerah situ, mungkin nantinya bisa dibuatkan tugu perang lima hari lima malam disana,” harapnya.
Lain halnya, Welly, Pemilik Gudang di daerah Sekanak Palembang, saat ditemui, menurutnya belum pernah mendengar lokasi Boom Yetty disitu, selama dia ada di sana.
“Setahu saya dari daerah pinggiran Musi sampai tikungan pisang, belum pernah dengar Boom Yetty itu, mungkin nanti akan saya tanya sama orang-orang disekitar sini dan keterangan dari pegawai saya yang pulang di daerah ini,” terangnya.[**]