Pendidikan

“Anak Muba Jangan Cuma Duduk, Jemput Peluangmu Sekarang!”

ist

SEKAYU pagi itu cerahnya kayak senyum mantan tiba-tiba muncul di WA, tapi Bupati Muba, H.M. Toha, malah kelihatan sibuk mondar-mandir di kantor. Matanya berbinar, tangan mengepal, mirip anak kecil liat es krim di tengah panas terik. Bukan karena lapar, tapi karena dengar kabar Kemnaker buka Magang Batch 2.

“Waduh… ijazah numpuk, tapi lowongan kerja kayak es campur di musim hujan, lumer nggak jelas!” gumamnya sambil menepuk meja. Sekretarisnya, Bu Sari, cuma bisa geleng-geleng. “Pak, jangan meja yang kena tepuk, nanti copot bautnya”.

Toha tersenyum “Kalau anak Muba cuma duduk nunggu lowongan kerja kayak nunggu durian jatuh, ya percuma! Jemput peluang itu, Bu! Jemput jangan tunggu!”.

Di warung kopi pinggir jalan, Rani dan Andi, dua fresh graduate, lagi galau. Andi menatap HP sambil menyeruput kopi yang lebih pahit dari realita pengangguran.

“Eh…, Rani… kamu dengar nggak soal Magang Batch 2 Kemnaker?”

Rani mengerutkan dahi. “Dengar sih… tapi ribet. Lagian aku lulusan Diploma, nggak sehebat Elon Musk”.

Andi menepuk meja sampai cangkir kopinya terbang sedikit. “Elon Musk juga dulu fresh graduate, tapi lihat sekarang! Kalau kita nggak jemput peluang, ya cuma nonton sejarah sambil makan keripik!”.

Rani tersenyum tipis. “Tapi kalau gagal, minimal bisa bilang, ‘Aku udah coba, nggak cuma duduk nonton drama pengangguran!”

Di taman kota, Bupati Toha turun tangan langsung. Dia berteriak ke sekelompok pemuda “Anak-anak Muba! Jangan cuma nunggu lowongan datang kayak hujan musim kemarau! Jemput peluang! Magang Batch 2 ini tiket emas kalian ke dunia kerja!”

Seorang pemuda dengan topi kebesaran gumam “Tiket emas apa tiket ojek online, Pak?”

Toha menatap tajam tapi tersenyum. “Kalau pakai logika orang malas, semua tiket kayak ojek online. Tapi kalau mau sukses, ya harus jalan kaki dulu, baru naik kendaraan, baru sampai tujuan!”

Di warung kopi, Andi hampir tumpah kopi. “Eh, Rani! Kalau Bupati bilang begitu, berarti kita harus daftar juga dong!”

Rani mengangguk. “Iya! Pendaftaran cuma dari 6–12 November 2025. Kalau telat sehari, siap-siap nangis kayak bawang goreng jatuh ke lantai!”

Pak Jaka, penjual kopi, ikut nimbrung. “Waduh, kalian ketawa sambil baca berita, kok aku ikut ngakak juga. Magang bisa bikin orang bahagia gini?”

Rani tersenyum malu. “Pak, ini magang Batch 2! Bisa belajar di UMKM, bikin pengalaman kerja, dan modal masa depan”

Pak Jaka mengangguk. “Ah, pantes… jadi magang itu bukan sekadar fotokopi stempel lagi ya?”

Di kantor Disnakertrans, Kepala Herryandi Sinulingga menjelaskan persyaratan. “Ini serius ya! WNI, lulusan Diploma/Sarjana maksimal satu tahun, belum pernah ikut program Kemnaker, dan bersedia ditempatkan di UMKM. Kalau nggak, ya jangan ngeluh kalau cuma jadi penonton sejarah!”

Seorang pegawai baru, sambil menahan tawa “Pak, UMKM itu bisa buat belajar jualan pempek juga kan?”

Herryandi mengangguk. “Bisa. Tapi jangan cuma belajar makan pempek, harus belajar jual pempek juga!”

Di taman kota, ada seorang satpam bernama Pak Slamet yang ikut nimbrung “Pak, anak Muba kan katanya harus jemput peluang. Kalau aku jemput peluang, aku harus bawa gerobak apa mobil?”

Toha menatap serius, lalu jawab sambil senyum.

“Kalau Pak Slamet jemput peluang, cukup bawa semangat! Tapi kalau semangatnya ketinggalan, ya siap-siap ditabrak peluang orang lain!”

Seorang ibu-ibu tukang sayur ikut komentar.
“Waduh Pak, kalau anak-anak itu jemput peluang, nanti sayur saya mau dijual ke siapa?”

Andi langsung nyengir. “Bu, kalau sempat, kita bisa magang sambil bantu bu jual sayur. Kan multitasking juga bagian dari skill!”

Ibu tukang sayur tersenyum sambil menepuk punggung Andi. “Wah, hebat kalian, nggak cuma jemput peluang tapi juga sambil bikin dagangan saya laris”

Bupati Toha punya pepatah andalan “Kalau padi belum berisi, jangan harap bisa dipanen. Tapi kalau terus ditunggu, bisa dimakan tikus duluan!”.

Artinya jelas anak muda harus aktif dan proaktif, program magang Batch 2 ini, seperti ladang emas di tengah sawah yang belum digarap, penuh peluang. Anak-anak bisa belajar UMKM, memperkuat ekonomi lokal, sekaligus menambah skill dan pengalaman.

Kalau dianalogikan makanan Muba, ini “pempek isi pengalaman”, kalau kosong, enak dilihat tapi nggak bikin kenyang di dunia kerja.

Cerita ini ngasih pelajaran, jangan cuma duduk diam nunggu lowongan. Jemput peluang, aktif ikut magang, jangan takut gagal.

Bupati Toha sudah memberi contoh anak muda harus proaktif, kreatif, siap bersaing global. Filosofi lokal. “Air tenang jangan disangka tiada buaya, tapi jangan diam kalau ingin menyeberangi sungai”.

Rani dan Andi pun akhirnya daftar. Andi berbisik.

“Eh…., kalau aku sukses nanti, aku mau bikin startup magang digital, bisa ikut dari rumah sambil main TikTok!”

Rani menepuk kepala Andi. “Ya ampun, jangan kebanyakan mimpi, nanti kebanyakan ketawa!”

Pak Jaka tertawa ngakak. “Nah itu, anak Muba memang kreatif. Bisa ketawa sambil belajar. Yang penting jangan cuma nunggu peluang datang, jemput sendiri!”.

Dan siapa tahu, besok pagi, ketika burung-burung masih setengah sadar, kamu sudah siap jadi pahlawan UMKM lokal, bukan sekadar pengangguran yang nunggu durian jatuh.[***]

Catatan Redaksi: tulisan ini mengadaptasi rilis resmi Kemnaker. Beberapa tokoh dan dialog dibuat fiksi untuk menghidupkan cerita, namun informasi utama tentang program, persyaratan, dan jadwal pendaftaran tetap akurat dan faktual.

Terpopuler

To Top