SUMBAWA, pagi yang cerah tapi berdebu, di lapangan latihan, deru tank meraung, debu naik, dan para prajurit berdiri gagah. Tapi tunggu dulu, di sisi kanan lapangan ada pemandangan absurd, barisan prajurit juga, namun bukan bawa senjata. Mereka pegang… sabun cair.
“Loh, ini latihan perang atau lomba cuci tangan?”, celetuk seorang warga sambil nyengir.
Letnan Adi, yang rambutnya klimis tapi mukanya tegang, cuma nyeletuk, “Hari ini kita perang lawan musuh yang gak kelihatan, siap tempur, tapi jangan lupa bilas!”.
Sersan Rina di barisan depan nyeletuk, “Siap, Pak!, tapi musuhnya ini kecil, licin, dan gak bisa ditembak pakai peluru. Paling ampuhnya ya pakai sabun, bukan senapan,”
Kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, penyakit menular itu pembunuh paling brutal sepanjang sejarah manusia. “Lebih besar dari perang,” ujarnya saat meninjau pembangunan Markas Batalyon Teritorial Pembangunan 835 di Sumbawa, 18 Oktober 2025.
Ia bahkan nyeletuk, “Pandemi COVID-19 itu perang dunia paling merepotkan semua pemimpin. Bayangin, musuhnya kecil, tapi semua negara jongkok”.
Dan bener juga, sejarah mencatat, Spanish Flu tahun 1918–1919 menewaskan antara 50–100 juta orang di seluruh dunia (Our World in Data, 2023). Padahal waktu itu belum ada Zoom, belum ada TikTok, jadi gak bisa nyalahin work from home.
Belum cukup? Pandemi COVID-19, kata jurnal The Lancet (2022), bisa jadi menewaskan 18 juta orang di seluruh dunia. Bandingkan dengan perang, kalah telak!
Artinya, peluru bisa meleset, tapi virus? Nggak pernah absen.
“Letnan, saya baru sadar, kalau kendaraan tempur bisa mogok gara-gara lumpur, virus bisa mogok gara-gara sabun,” kata Sersan Rina sambil ngucek tangan dengan gaya spirit of Florence Nightingale.
Letnan Adi ketawa. “Wah, jangan-jangan nanti kita disuruh push-up pakai sabun cair!”
“Boleh juga, Pak, biar bersih sekalian niat,” sahut Rina, yang tampaknya sudah lebih cocok jadi duta Lifebuoy ketimbang komando.
Menkes Budi sampai bilang, “Pertahanan negara itu bukan cuma soal senjata, tapi juga soal kesehatan. Saya nggak mau ada prajurit yang kalah sama penyakit sebelum pensiun. Kalau bisa, umur rata-rata mereka 80 tahun, tetap bugar”.
Kalimatnya ngena banget. Soalnya, kalau prajurit kalah sama kolesterol, ya… gimana mau perang lawan virus?
Kalau dipikir, sabun itu kayak prajurit paling disiplin di dunia, karena setiap kali dipakai, pasti kerja tanpa banyak omong.
Bentuknya lembek, baunya wangi, tapi daya serangnya ke virus? Ngeri.
CDC (2023) bilang, cuci tangan dengan sabun bisa menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan sampai 21%, pikirkan coba kawan!, efeknya segitu besar padahal cuma butuh air, sabun, dan niat tulus.
World Bank (2022) juga sempat ngitung, setiap satu dolar buat cuci tangan bisa menghemat tujuh dolar biaya rumah sakit.
Artinya, sabun itu bukan cuma alat kebersihan, tapi juga investasi pertahanan nasional.
Belajar dengan negara lain seperti Jepang, sudah lama pakai masker dan rajin cuci tangan, bukan karena takut virus, tapi karena takut malu kalau bawa kuman ke rumah orang. Hasilnya, angka kematian COVID-nya termasuk paling rendah di dunia.
Ada lagi Korea Selatan bahkan sampai kerahkan pasukan medis militer buat tes massal. Bayangin, tentaranya sibuk swab, bukan nembak. Dan hasilnya? pandemi bisa dikontrol tanpa lockdown besar.
Selanjutnya ada lagi Finlandia, juga lucu sebab anak SD di sana disuruh latihan cuci tangan kayak latihan baris-berbaris, jadi pas pandemi datang, mereka udah jago formasi tangan bersih 45 derajat.
Pepatah lama bilang air tenang menghanyutkan, tapi kalau air itu dicampur sabun, dia bisa menyelamatkan dunia, kadang kita sibuk upgrade HP, tapi lupa upgrade kebersihan, padahal, bela negara paling sederhana ya mulai dari wastafel.
Budi Gunadi Sadikin juga bilang, “Melindungi rakyat dari penyakit adalah bentuk bela negara paling nyata, karena pertahanan sejati bukan cuma di medan perang, tapi juga di rumah dan di diri kita sendiri”
Di akhir hari, Letnan Adi berdiri di depan pasukannya. “Baik, pasukan, mulai hari ini musuh kita gak berseragam, gak bawa bendera. Tapi dia bisa numpang di tangan kalian, siap lawan?”
“Siap!” jawab prajurit kompak.
“Senjatanya apa?”
“Sabun, Pak!”
Mereka tertawa. Tapi di balik tawa itu, ada kebenaran pahit dunia ini memang aneh, kadang tank gak bisa apa-apa, tapi sabun bisa menyelamatkan bangsa.
Karena, kata pepatah modern “Jangan remehkan yang kecil. Virus aja bisa bikin dunia rebahan, apalagi sabun — dia bisa bikin dunia hidup lagi”.[***]
Catatan redaksi : tulisan ini disajikan dengan gaya humor khas Sumselterkini untuk mengajak pembaca melihat isu kesehatan dengan cara yang lebih ringan dan menghibur. Semua bentuk guyonan, perumpamaan, dan dialog dalam artikel ini bersifat fiktif dan tidak dimaksudkan untuk menyinggung pihak mana pun, termasuk TNI, Kementerian Kesehatan, atau tokoh-tokoh yang disebut.
Pesan utama dari artikel ini adalah pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga kesehatan bangsa, karena melindungi rakyat dari penyakit sama mulianya dengan menjaga negara dari ancaman militer.