KEMISKINAN di Muba adalah kue, Bupati Toha baru saja mengirisnya tipis-tipis sampai hampir habis, dari angka 12,88% di 2024, kini tersisa 9,97% di 2025. Luar biasa!, bahkan nenek-nenek di warung sayur pun bisa bilang, “lebih tipis dari mie instan yang baru direbus”
Gubernur Sumsel, H. Herman Deru, sampai memuji pencapaian ini sebagai bersejarah, namun di balik statistik manis itu, ada beberapa kerikil yang masih menunggu untuk diangkat, angka putus sekolah yang tinggi, ketimpangan antar kecamatan, dan tantangan ekonomi lokal yang belum sepenuhnya merata.
Kalau kamu pikir kemiskinan bisa turun sendiri, itu sama aja kayak berharap kucing belajar bikin kopi. Tidak mungkin, jadi, apa rahasianya?
-
Program 22 Prioritas
Delapan program utama sudah terealisasi, layanan dokumen gratis, seperti Akte, KK, dan KTP diantar sampai rumah. Praktis!, tapi kritik santunnya distribusi layanan ini masih bisa ditingkatkan agar menjangkau desa-desa paling terpencil. Solusinya? menggunakan data desa dan jadwal keliling rutin, bahkan memanfaatkan sistem jemput bola berbasis RT/RW. -
Pelantikan 10.100 PPPK
Ribuan warga mendapat pekerjaan, anggaran Rp357 miliar, keren, tapi perlu diperhatikan keberlanjutan pekerjaan dan kualitas gaji. Masukan untuk pemerintah daerah bisa menyiapkan program pendampingan skill tambahan supaya PPPK tidak hanya bekerja tapi juga punya kapasitas naik kelas dalam kariernya. -
Distribusi Layanan Gratis
Mengantar dokumen langsung ke rumah sudah bikin senyum masyarakat, kritik ringan, kadang logistik dan birokrasi lambat di daerah terpencil, solusi memanfaatkan teknologi digital, misal pendaftaran online dengan notifikasi SMS, sehingga warga bisa cek status dokumen tanpa harus menunggu berhari-hari.
Kalau di luar negeri? cerita mirip tapi bisa jadi pelajaran, misalnya Finlandia, pendidikan dan kemiskinan, negara ini menurunkan kemiskinan lewat pendidikan gratis dan subsidi anak. Pelajaran buat Muba, selain ekonomi, fokus ke pendidikan penting untuk memutus rantai kemiskinan.
Selain itu, Brasil – Bolsa Familia, yakni program tunai bersyarat menurunkan angka kemiskinan signifikan. Masukan, Muba bisa membuat versi lokal dengan tunjangan bersyarat, misal bagi keluarga yang anaknya tetap sekolah.
Ada juga Singapura – Smart Nation, yakni inovasi digital dan data-driven governance membuat ketimpangan terpantau, masukan untuk Muba bisa mulai membangun sistem data terintegrasi untuk memantau kemiskinan dan distribusi bantuan agar lebih tepat sasaran.
Kalau kemiskinan itu seperti tumpukan pasir di pantai, maka program Bupati Toha ibarat ember dan sekop. Satu ember mungkin tidak cukup, tapi jika terus digali, pantai akan terlihat rapi.
Ungkap pepatah klasiknya “Bagaikan menyalakan lilin di tengah gelap, satu program kecil bisa bikin perbedaan besar,”. Di Muba, lilin itu menyalakan cahaya dan sekaligus memberi inspirasi untuk perbaikan berikutnya.
Oleh sebab itu, dari Muba kita belajar menurunkan kemiskinan tidak cukup dengan janji atau pidato, harus ada aksi nyata, kreatif, dan perhatian terhadap warga. Tapi, statistik indah saja tidak cukup, yakni pemerintah perlu memastikan semua warga, terutama anak-anak dan desa terpencil, ikut merasakan manfaatnya.
Solusi konkretnya, antara lain memperkuat pendidikan dengan program anti-putus sekolah, menyasar ketimpangan antar kecamatan dengan bantuan spesifik, memanfaatkan digitalisasi untuk distribusi bantuan dan layanan publik dan menyiapkan pelatihan dan skill tambahan bagi PPPK agar berkelanjutan.
Muba kini menjadi contoh nyata tentang angka kemiskinan bisa turun dengan strategi tepat, program nyata, dan perhatian terhadap warga. Namun, masih ada PR besar, antara lain anak putus sekolah, ketimpangan lokal, dan keberlanjutan program. Jika daerah lain di Indonesia meniru, mungkin angka kemiskinan nasional bisa turun, tapi tetap harus diimbangi pendidikan, data, dan inovasi.
“Statistik boleh manis, tapi perhatian pada rakyat itulah yang benar-benar bikin hidup lebih enak”, kalau kamu masih ragu, ingat, di Muba, angka kemiskinan turun, warga tersenyum, dan Bupati Toha hampir bisa bikin stand-up comedy gratis di balai desa, tapi jangan lupa, humor saja tidak cukup tanpa solusi nyata.[***]