Pendidikan

“Muslimat NU Sumsel Gelar Dialog Moderasi ala Warung Kopi”

muslimat-nu-sumsel-dialog-moderasi-beragama-lintas-agama

KALAU biasanya warung kopi jadi tempat debat receh soal siapa yang lebih jago, Messi apa Ronaldo, kali ini RAFA Tower UIN Raden Fatah Palembang berubah jadi arena “ngopi bareng lintas iman”. Bukan sembarang ngopi, tapi dialog serius yang dibumbui tawa, digelar oleh PW Muslimat NU Sumatera Selatan, Senin (15/9/2025).

Acara bertajuk “Penguatan Moderasi Beragama dalam Perspektif Lintas Agama”, ini bikin suasana mirip nongkrong malam Jumat hangat, penuh obrolan, tapi juga penuh makna. Narasumbernya bukan kaleng-kaleng, ada dari Islam, Katolik, sampai Buddha. Lengkap, tinggal pesan gorengan biar makin afdol.

Ketua PW Muslimat NU Sumsel, Dra. Choiriyah, M.Hum, membuka acara dengan petuah ibarat teh manis “Moderasi beragama itu bukan hambar tanpa gula, tapi manisnya pas. Biar nggak bikin darah tinggi, tapi juga nggak bikin pusing kepala.” Katanya, moderasi itu bukan melemahkan iman, justru bikin kita lebih adem dan kuat menjaga persatuan bangsa.

Tak ketinggalan, Prof. Dr. Zuhdiyah, M.Ag, yang kayaknya cocok jadi “kakak kelas bijak” di forum ini. Ia nyeletuk “Anak-anak harus belajar toleransi sejak TK. Kalau dari kecil sudah kenal berbagi mainan, besar nanti nggak bingung berbagi ruang hidup.” Pepatah lama pun terbukti melentur buluh biarlah dari rebungnya.

Sementara itu, Drs. Harmadi, MM (Katolik) dan Aris Cahyanto, S.Ag., M.Si (Buddha), kompak menyebut dialog lintas iman ini ibarat gotong royong bikin rumah. “Kalau semua agama bawa martil sendiri-sendiri, rumah nggak bakal jadi. Tapi kalau kita tukeran paku, kayu, dan ide, rumahnya bisa kokoh bareng-bareng,” seloroh mereka.

Peserta pun ikut nimbrung dengan pertanyaan, cerita, sampai curhat ala emak-emak komplek, suasana diskusi jadi cair, kayak es dawet ketemu santan segar. Semua sepakat moderasi bukan hanya teori, tapi harus dipraktikkan, dari meja makan sampai meja rapat.

PW Muslimat NU Sumsel berharap acara ini bisa jadi contoh nyata bahwa kerukunan itu nggak datang dari langit, tapi lahir dari obrolan, ketemu, dan kerja sama. Kalau kata pepatah, air tenang jangan disangka tak ada buaya, tapi kalau airnya jernih dan dijaga bersama, kita bisa mancing damai di situ.

Dan begitulah, RAFA Tower hari itu bukan hanya menara beton, tapi menara harapan bahwa moderasi bisa jadi “WiFi gratis” yang menyambungkan semua orang tanpa harus nanya password agama.[***]

Terpopuler

To Top