Pendidikan

Pendidikan Vokasi & Literasi Hijau, Modal Mahasiswa Cerdas

ist

SIAPA bilang belajar di kampus vokasi itu cuma soal teori dan menghafal rumus? Di Politeknik Ketenagakerjaan, mahasiswa diajak ‘bermain hijau’, tapi jangan bayangkan mereka pakai kostum daun sambil menyiram tanaman. Justru, pendidikan vokasi kini jadi laboratorium masa depan, dimana tempat mahasiswa mengasah keterampilan, berpikir kreatif, dan mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja hijau alias green jobs.

Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, menekankan  Indonesia Emas 2045 bukan sekadar jargon motivasi ala poster dinding kamar. Visi itu menuntut generasi muda siap bersaing di era ekonomi hijau. Dan kuncinya? bukan hanya IPK tinggi, tapi juga literasi hijau, yakni kemampuan memahami, menerapkan, dan berinovasi dengan prinsip ramah lingkungan.

Bayangkan saja, green jobs itu seperti resep masakan warisan nenek, kalau bahan dan takarannya salah, rasanya bisa hancur. Begitu juga tenaga kerja masa depan. Kalau mahasiswa tidak dibekali keterampilan praktis dan pemahaman lingkungan, peluangnya loyo saat memasuki dunia kerja. Di sinilah pendidikan vokasi berperan, bukan hanya mengajarkan teori, tapi juga praktik langsung yang ‘mengotori tangan’ dengan inovasi nyata.

Di kampus, mahasiswa belajar hal-hal yang kadang tak diajarkan di kelas reguler, membuat sistem energi terbarukan, mengelola limbah organik, hingga merancang startup sosial ramah lingkungan.

Ada yang bilang, “Ilmu itu bagai payung, jangan hanya dibawa di musim hujan, tapi juga untuk melindungi ide kreatifmu dari teriknya persaingan”. Pepatah itu pas banget untuk menggambarkan pentingnya literasi hijau. Mahasiswa tidak hanya belajar bagaimana menghasilkan karya yang bermanfaat, tapi juga bagaimana berpikir kritis dan kreatif untuk menyelesaikan masalah lingkungan yang kompleks.

Lucunya, meski istilahnya ‘green jobs’, tantangannya tidak selalu hijau-hijau. Ada saja mahasiswa yang gagal membuat panel surya sederhana karena kabelnya nyangkut atau sensor terlalu sensitif.

Tapi di sinilah pembelajaran sesungguhnya terjadi,  gagal adalah guru terbaik. Pendidikan vokasi memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mencoba, gagal, dan akhirnya sukses, proses yang tidak bisa digantikan dengan sekadar membaca buku tebal berjudul “Green Economy for Dummies”.

Oleh karena itu, mahasiswa terbiasa praktik langsung cenderung lebih adaptif menghadapi dinamika dunia kerja, dengan literasi hijau, mereka tidak hanya memahami konsep energi bersih atau pengelolaan limbah, tapi juga mampu mengidentifikasi peluang inovasi yang mendukung pembangunan berkelanjutan.

Misalnya, mengubah sampah plastik menjadi bahan bangunan ringan, atau memanfaatkan limbah organik untuk pupuk hidroponik. Praktik semacam ini memberi nilai tambah sekaligus meningkatkan daya saing mahasiswa di pasar kerja hijau.

Selain keterampilan teknis, pendidikan vokasi menekankan soft skills, kemampuan berkomunikasi, kerja sama tim, dan kepemimpinan. Mahasiswa belajar proyek kelompok, magang di industri, hingga presentasi inovasi di hadapan dosen dan praktisi.

Semua itu membentuk karakter siap kerja sekaligus peduli lingkungan. Dengan kata lain, kampus vokasi bukan hanya tempat belajar, tapi juga miniatur dunia nyata, di mana mahasiswa dibentuk menjadi problem solver yang handal.

Dan belajar itu bukan sekadar menunggu wisuda, tapi mempersiapkan diri menghadapi tantangan nyata. Green jobs akan mendominasi masa depan, dan mahasiswa yang mengasah literasi hijau sejak dini akan lebih siap menghadapi perubahan.

Seperti pepatah bijak “Air yang tenang jangan disangka tidak bisa menenggelamkan kapal,” – mahasiswa yang pasif hanya mengandalkan teori akan terseret arus perubahan, sementara yang aktif belajar dan berinovasi akan mengemudikan kapal menuju Indonesia Emas 2045.

Akhirnya, pendidikan vokasi & literasi hijau bukan sekadar trend atau jargon kampus, ini adalah strategi jitu mencetak generasi muda yang cerdas, kreatif, dan siap berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.

Mahasiswa hari ini adalah pionir green jobs masa depan. Jadi, jangan hanya jadi mahasiswa yang pintar menulis skripsi, tapi jadilah inovator hijau yang bisa membuat dunia lebih bersih, lebih cerdas, dan lebih lucu, tanpa kehilangan tawa dalam proses belajar.[***]

Terpopuler

To Top