LIBURAN itu ibarat naik becak, kalau jalannya rata, rasanya adem dan santai, tapi kalau jalannya berlubang, bisa bikin penumpang meloncat-loncat kayak popcorn. Begitu juga saat mengajak difabel atau lansia berwisata, kalau tempatnya mendukung, liburan jadi indah. Kalau tidak, bisa berakhir dengan drama sinetron 200 episode.
Banyak orang berpikir liburan hanya milik anak muda yang kuat mendaki gunung, lompat pantai, atau keliling kota tanpa lelah. Padahal, liburan itu hak semua orang. Mau muda, tua, difabel, atau lansia, semua berhak merasakan angin segar, melihat pemandangan, dan makan kuliner khas di tempat wisata.
Nah, biar liburan ramah difabel dan lansia tetap lancar, berikut tips yang bisa kamu praktikkan, dijamin asik tanpa ribet, dan penuh tawa tanpa kehilangan makna.
Bayangkan kamu ngajak kakek ke wisata air terjun, tapi ternyata akses jalannya tangga curam, akhirnya bukan healing, malah jadi hiking.
Maka, riset itu wajib, cari tahu apakah destinasi punya jalur kursi roda, lift, toilet ramah difabel, atau kursi istirahat. Pepatah lama bilang “Sedia payung sebelum hujan, sedia info sebelum jalan-jalan”
Kalau tempatnya nggak ramah difabel, lebih baik pilih destinasi lain. Ingat, tujuan liburan itu bahagia, bukan uji nyali.
Selain itu, naik bus penuh sesak tanpa AC mungkin keren buat backpacker, tapi buat lansia atau difabel? bisa jadi pengalaman horor.
Gunakan transportasi yang aman dan nyaman, kalau perlu, sewa mobil dengan sopir. Lebih tenang, lebih santai, lebih manusiawi, ibarat pepatah “Perjalanan jauh terasa dekat kalau kursinya empuk”
Kalau orang muda kadang bisa cuek, beda cerita dengan lansia atau difabel, bawa kursi lipat, obat-obatan, tongkat, bahkan bantal kecil untuk duduk. Jangan lupa juga air minum.
Tas bawaan mungkin terlihat kayak koper Doraemon, tapi percayalah perlengkapan kecil ini bisa menyelamatkan liburan dari drama. Seperti kata pepatah “Kecil-kecil cabe rawit, perlengkapan mungil bikin hati tenang”
Tidak semua tempat wisata cocok untuk semua orang, kalau ajak kakek-nenek, jangan paksa naik gunung. Kalau ajak teman difabel, hindari tempat yang jalurnya sempit dan licin.
Pilih yang landai, banyak spot duduk, ada fasilitas ramah difabel, dan tidak bikin ngos-ngosan. Contohnya taman kota, museum, kebun binatang, atau pantai dengan jalan setapak yang rapi.
Ibarat memilih jodoh, jangan lihat cantiknya saja, tapi apakah cocok dan membuat nyaman.
Anak muda liburan sering kejar target, pagi ke pantai, siang ke gunung, malam ke cafe, lansia? jangan coba-coba.
Buat itinerary santai, satu atau dua destinasi sehari sudah cukup, ingat!, liburan itu bukan lomba Amazing Race, pepatah bilang “Pelan asal selamat, santai asal nikmat”.
Kuliner memang bagian seru dari liburan, tapi kalau ajak lansia, jangan asal serbu makanan pedas atau kolesterol tinggi. Bisa-bisa wisata berubah jadi antre IGD.
Cari makanan lokal yang aman dan sesuai kondisi kesehatan. Tetap bisa menikmati, tapi nggak bikin was-was. Ingat, makan itu bukan sekadar kenyang, tapi juga kenangan.
Saat liburan bareng difabel atau lansia, jangan jadikan mereka sekadar “penonton.” Ajak ngobrol, libatkan dalam memilih destinasi, dan sabar kalau jalannya lebih lambat.
Pepatah bilang “Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”, kalau semua ikut mendukung, liburan jadi indah bersama, bukan beban salah satu pihak.
Liburan ramah difabel dan lansia itu bukan cuma soal fasilitas, tapi juga soal hati. Tentang bagaimana kita mau meluangkan waktu, bersabar, dan menghargai hak mereka untuk bahagia.
Karena pada akhirnya, pemandangan indah tidak ada artinya kalau kita lupa berbagi. Bukankah lebih indah melihat kakek tersenyum di pantai, atau teman difabel tertawa di taman bunga, daripada sekadar punya foto keren untuk dipamerkan?
Tips liburan ramah difabel dan lansia sederhana saja, riset fasilitas, pilih transportasi nyaman, bawa perlengkapan wajib, tentukan destinasi sesuai, nikmati dengan santai, makan aman, dan selalu dukung kebutuhan mereka.
Liburan bukan hanya tentang seberapa jauh kita melangkah, tapi seberapa banyak kita membawa pulang tawa dan kebahagiaan bersama.
Ingat pepatah “Bahagia itu bukan soal bisa jalan cepat, tapi bisa jalan bareng”.
Jadi, yuk mulai rencanakan liburan ramah difabel dan lansia, karena semua orang, tanpa terkecuali, punya hak yang sama untuk merasakan indahnya dunia.[***]