AKU adalah parutan kelapa, jangan bayangkan aku cuma alat dapur biasa, aku ini superhero dapur!, dari pagi buta sampai malam tiba, aku bertugas menaklukkan kelapa keras, wortel bandel, bahkan ubi yang sok keras kepala. Kalau blender bisa “klik” sekali beres, aku? Aku harus kerja keras sambil tampil dramatis, seperti aktor komedi, lengkap dengan efek suara “grrr…scrrrr…”.
Pagi itu, aku sudah siap, kelapa pertama mendarat di atasku. Aku menekan, menggesek, serabut-serabutnya beterbangan. Rasanya seperti konser rock mini di dapur. Kadang aku pikir, “Aku ini bintang film atau cuma parutan kelapa?” Tapi tak masalah, yang penting santan kental keluar dan lidah semua orang menari kegirangan.
Tiba-tiba, ubi muncul, dia sok keras, menantangku, aku menatapnya dan berkata dalam hati “Pepatah bilang benar, ‘Tak ada rotan, akar pun jadi.’ Mari kita lihat siapa yang lebih kuat”. Aku mulai memarut, wortel dan ubi menjerit, ya, kalau parutan bisa dengar suara, pasti terdengar “Aduh… jangan paksa aku!” Tapi akhirnya, ubi itu luluh, menjadi camilan manis, dan aku tersenyum dalam diam. Moralnya jelas: jangan keras kepala, karena kerja keras yang sabar selalu menang.
Ibu memasukkan wortel selanjutnya. Aku sempat bergumam “Ini dapur atau sirkus ya?” Tapi aku menyesuaikan diri. Aku seperti guru yoga dapur menekan bahan keras, memelihara kesabaran, dan membuat semua bahan lentur menjadi sesuatu yang lezat. Serabut kelapa, santan kental, dan parutan yang lincah adalah kombinasi rahasia yang bikin masakan tradisional lezat.
Terkadang aku jadi saksi bisu drama keluarga, dari gosip tetangga sampai cerita cinta anak-anak, aku mendengar semuanya. Aku pikir, pepatah lama benar “Di mana ada cerita, di situ ada kehidupan”. Bahkan alat dapur sederhana seperti aku bisa punya kisah seru dan penuh tawa.
Sekarang, aku ingin berbagi rahasia dapur parutan kelapa bukan cuma alat, tapi pahlawan tak terlihat di setiap resep keluarga. Tanpa aku, rendang, serundeng, atau kue tradisional hanyalah mimpi kosong. Aku mengubah kelapa keras jadi santan kental, wortel bandel jadi serutan manis, ubi keras jadi topping lezat. Semua ini dengan sedikit banyolan dan drama komedi yang membuat dapur lebih hidup.
Lucunya, aku pernah “ngambek”, aku ditinggal di sudut dapur berdebu, seolah tak ada yang peduli, aku pikir, “Setiap benda punya waktunya”. dan benar, suatu hari, kelapa yang lain mendarat di atasku, aku beraksi penuh gaya, seperti superhero dapur sejati. Semua bahan tunduk pada kemampuan parutanku, aku tetap raja dapur, siap menghadapi tantangan berikutnya.
Aku juga belajar satu hal penting sabar itu kunci, bayangkan kalau aku marah tiap kali kelapa keras atau tangan ibu salah gerak. Aku pasti patah, atau lebih parah lagi, rusak. Tapi aku menyesuaikan diri, aku ini seperti guru kesabaran di dapur yang diam-diam mengajari manusia, proses itu penting, hasil yang manis selalu membutuhkan usaha yang keras.
Dan jangan lupakan kreativitas, siapa bilang parutan cuma untuk kelapa? Aku sudah dipakai untuk wortel, ubi, keju, bahkan sedikit jahe. Setiap bahan punya tantangan berbeda, dan aku selalu menyesuaikan diri. Aku seperti artis serba bisa di dapur. Tanpa aku, masakan terasa datar, tanpa tekstur dan rasa.
Akhirnya, pesan moralku sederhana tapi penting hargai hal-hal kecil, karena di balik kesederhanaan, ada kerja keras, cinta, dan tawa. Aku, parutan kelapa, mungkin kecil dan sederhana, tapi aku membuat hidup lebih manis, dan dapur lebih seru!
Kalau kamu sedang mencari alat dapur serbaguna, atau ingin resep serundeng, santan kental, atau masakan tradisional lezat, ingat aku, sang parutan kelapa. Tanpa aku, hidanganmu hanyalah campuran bahan tanpa cinta. Dengan aku, semuanya penuh rasa, humor, dan sedikit drama dapur yang bikin ketagihan.[***]