MERAYAKAN kemerdekaan itu bukan hanya soal upacara dan lagu kebangsaan, karena kalau HUT RI cuma seperti itu saja, rasanya seperti makan soto tanpa sambal hambar dan kurang nendang. Beruntung, HUT RI ke-80 di Musi Banyuasin (Muba) tahun 2025 menghadirkan cerita berbeda. Di sini, Bupati H M Toha Tohet SH tidak sekadar hadir, tapi turun langsung ramah tamah dengan veteran, LVRI, dan keluarga pejuang, lengkap dengan bantuan sosial dan hiburan yang membuat suasana hangat, seperti teh manis sore hari yang pas di lidah.
Satu momen yang tak terlupakan seorang veteran, lengkap dengan seragam resmi, berjalan pelan namun tiba-tiba mulai berjoget di tengah lapangan. Anak-anak yang membawa bendera mini menatap dengan mata bulat, ASN tersenyum geli, dan para pedagang UMKM yang sedang sibuk memamerkan dagangannya ikut terkikik.
Momen itu seperti pepatah lama “Orang tua boleh renta, tapi semangat jangan sampai kering”, suasana langsung hidup, lebih meriah dari kembang api malam 17-an.
Bupati Toha Tohet dengan santai berkata, “Kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah hasil pengorbanan luar biasa dari para pejuang. Generasi sekarang punya kewajiban untuk menjaga, mengisi, dan mewariskan semangat itu”.
Kata-kata sederhana tapi nendang ini bagai sambal matah Bali langsung terasa di hati. Di balik banyolan dan tawa, terselip pesan moral merdeka itu bukan sekadar hak, tapi tanggung jawab yang nyata.
Acara semakin hidup saat penyerahan bantuan kepada veteran LVRI dan janda veteran berlangsung. Sekilas tampak formal, tapi sebenarnya ini, seperti menabur benih di kebun kehidupan sedikit perhatian bisa membuat semangat mereka tumbuh subur kembali. Seorang janda veteran tersenyum sambil berkata, “Wah, ini baru merdeka yang terasa, Pak Bupati!”, sontak semua tertawa, tapi di hati terselip haru.
Tidak kalah penting, dukungan diberikan kepada UMKM lokal penjual kue lapis, kerupuk, dan kerajinan tangan. Salah satu pedagang, sambil memamerkan dagangannya, bergurau “Kalau dagangan saya laku semua, ini bisa jadi perayaan kemerdekaan versi gula dan tepung!”.
Gelak tawa terdengar, tapi di baliknya terselip pesan moral yang jelas, kemerdekaan juga soal kemandirian ekonomi dan dukungan terhadap masyarakat kreatif. Bak Pepatah bilang“Beri orang ikan, ia kenyang sehari. Ajari orang memancing, ia kenyang seumur hidup”.
Dukungan kepada UMKM bukan hanya keuntungan sesaat, tapi menumbuhkan keberdayaan jangka panjang.
Acara bertambah meriah dengan pemberian piagam penghargaan bagi ASN berprestasi, petani berprestasi, dan gapoktan unggul. Piagam ini bukan sekadar kertas dan tinta, ia simbol prestasi dan dedikasi dihargai. Seorang petani berkomentar sambil tersenyum, “Kalau ini piagam bisa dimakan, mungkin saya sudah kenyang dari pagi!”.
Semua tertawa, tapi maknanya jelas kerja keras yang konsisten akan membuahkan hasil, dan pengakuan menambah semangat untuk berkarya lebih baik. Kata pepatah “Hidup itu seperti lemang: jangan terlalu cepat matang, tapi jangan juga kelewat gosong”
Yang membuat perayaan ini berbeda adalah kehangatan yang hadir dari seluruh Forkopimda, Ketua DPRD, Ketua TP PKK, staf ahli, dan kepala perangkat daerah.
Anak-anak yang mengibarkan bendera mini, veteran yang berjoget, pedagang UMKM yang riang, semuanya ikut merasakan getaran kemerdekaan yang sesungguhnya.
Momen ini membuktikan perayaan HUT RI bukan monopoli pejabat atau veteran saja, tapi milik seluruh masyarakat.
Di tengah gelak tawa, ada interaksi kecil yang manis seorang anak bertanya pada Bupati, “Pak, boleh ikut joget juga?” Bupati tersenyum dan menjawab, “Tentu saja, tapi jangan sampai kalah sama veteran ya!” Anak itu tertawa lepas, dan veteran yang sedang berjoget ikut mengangkat tangan memberi semangat. Adegan kecil ini menunjukkan bahwa kemerdekaan bisa dirayakan dari generasi ke generasi, dengan tawa, semangat, dan kebersamaan.
Selain hiburan dan tawa, acara ini menegaskan nilai moral yang kuat menghormati jasa pejuang, mendukung generasi muda, dan membangun ekonomi lokal adalah bentuk nyata dari kemerdekaan hakiki. Tidak cukup berdiri saat lagu kebangsaan diputar; kita harus bergerak, terlibat, dan memberi arti pada kemerdekaan itu sendiri.
Kata-kata Bupati Toha Tohet kembali terdengar di benak “Generasi sekarang punya tanggung jawab untuk menjaga, mengisi, dan mewariskan semangat itu”. Dalam bahasa sehari-hari jangan cuma selfie di depan bendera, tapi beri hati dan karya nyata untuk bangsa.
Seperti pepatah lama “Berkumpul itu menambah semangat, berbagi itu menambah berkah”. HUT RI ke-80 di Muba menunjukkan bahwa kemerdekaan bisa dirayakan dengan tawa, perhatian, dan kolaborasi. Veteran berjoget, UMKM bersorak, anak-anak tersenyum semua momen ini bagaikan lukisan besar tentang Indonesia yang hangat, peduli, dan penuh semangat.
Dengan cara ini, peringatan kemerdekaan bukan sekadar ritual tahunan, tapi laboratorium kehidupan yang mengajarkan nilai persaudaraan, kepedulian, dan tanggung jawab. Dari Sekayu untuk Indonesia, HUT RI ke-80 kali ini menjadi catatan manis yang bisa dikenang dengan senyum, tawa, dan hati yang hangat.[***]