Pendidikan

Gubernur Herman Deru Main Bola Bareng Anak di Hari Anak Nasional Sumsel 2025: Bahagia Itu Sederhana, Kok!

ist

PERNAH nggak lihat gubernur yang tiba-tiba berubah jadi bocah lagi? Nah, itulah yang terjadi Senin (11/8) lalu di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Palembang. Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, yang biasanya dikenal serius ngurusin angka dan proyek, mendadak turun gelanggang bukan buat debat politik, tapi buat main bola bareng sekitar 700 anak dari SD sampai SMA.

Buat anak-anak, ini kayak mimpi jadi nyata, main bola langsung sama pak gubernur! Buat gubernur, ini kayak ‘isi ulang baterai’ biar nggak kaku dan tetap ingat, bahagia itu sederhana. Bahkan anak-anak kecil yang polos malah jadi guru kebahagiaan buat sang pemimpin yang biasanya sibuk rapat.

Dan siapa bilang anak-anak cuma bisa belajar dari orang dewasa? Kadang justru sebaliknya. Psikolog keren, Dr. Alice Miller, bilang di bukunya The Drama of the Gifted Child kalau anak-anak punya keajaiban alami mengajarkan kita nikmatnya hidup penuh rasa ingin tahu dan tawa lepas.

Gubernur Herman Deru jadi murid dadakan pas main bola bareng anak-anak di HAN 2025. Dia sadar, bahagia itu bukan cuma soal angka laporan keuangan yang naik atau proyek jalan mulus, tapi hal kecil kayak ketawa bareng dan saling menyemangati.

Tengok deh, taman penuh anak-anak yang berlarian mengejar bola, sambil bersorak-sorak, “Pak Gubernur, jangan kalah ya!” Gubernur Herman Deru dengan semangat yang masih awet, ikut kejar bola walau sesekali ngos-ngosan.

“Kalau saya ngos-ngosan, berarti anak-anak harus jadi motivasi saya supaya sehat dan semangat terus,” kata sang gubernur sambil ketawa lepas.

Anak-anak pun makin semangat, rakyat yang nonton makin terhibur, suasana jadi cair kayak es teh manis pas panas terik.

Ini bukan acara seremonial yang basi, tapi pelajaran hidup yang bikin kita sadar, bahwa kebahagiaan itu sederhana dan justru dari anak-anak kita bisa belajar tentang optimisme dan keikhlasan.

Meski  acara itu penuh tawa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan Pemerintah, yakni jangan cuma fokus sama statistik dan infrastruktur megah, sampai lupa bahwa kebahagiaan dan hak anak itu nomor satu. “Api dalam sekam itu bahaya, jangan sampai damai rumah kita jadi abu”, kata pepatah minang.

Herman Deru paham betul untuk membangun karakter dan kebahagiaan anak adalah investasi jangka panjang yang tak boleh diabaikan. Ini bukan sekadar seremonial tahunan, tapi tugas berkelanjutan yang hasilnya akan terlihat di masa depan Sumsel dan Indonesia.

Oleh sebab itu kalau pemerintah Sumsel mau lebih maju, harus memberi ruang pada anak-anak untuk berpartisipasi dalam pembangunan sosial dan budaya. Misalnya, bikin forum anak di kecamatan yang benar-benar didengar suaranya, bukan cuma pajangan.

Contohnya, di Finlandia ada “Child Councils” yang ngajak anak berdiskusi soal pendidikan dan lingkungan. Di Selandia Baru, “Youth Parliaments” bikin anak muda aktif dalam kebijakan publik. Di Kanada, “Youth Advisory Committees” melibatkan anak dalam keputusan yang berdampak langsung pada hidup mereka.

Model ini bukan sekadar teori, tapi bukti nyata bahwa anak yang didengar dan dihargai akan tumbuh jadi warga bertanggung jawab dan peduli.

Karena bahagia anak bermula dari rumah, tapi rumah yang sunyi yang kurang perhatian bukan tempat tumbuhnya anak bahagia, dan orang tua, pemerintah harus kerja sama, kayak pepatah Jawa bilang, “Nyiur melambai di tepi pantai, bahagia itu tumbuh dari hati yang tenang.”

Kasih ruang pada anak untuk bermain, belajar, dan berekspresi supaya mereka tumbuh kuat dan siap menghadapi masa depan.

Dr. Penelope Leach, psikolog anak asal Inggris dan penulis Your Baby and Child (1988), bilang, “Children do not need perfection from adults, they need presence.” Anak-anak gak butuh orang dewasa yang sempurna, tapi butuh yang hadir nyata dan penuh perhatian.

Momen Gubernur Herman Deru main bola bersama anak-anak adalah bukti kehadiran yang sesungguhnya,  bukan formalitas kosong, tapi perhatian tulus yang bikin anak merasa aman dan bahagia.

Di balik riuh tawa anak-anak yang mengisi taman Purbakala Sriwijaya, tersimpan pesan besar kebahagiaan anak adalah modal utama membangun masa depan. Gubernur yang mau turun tangan main bersama, bukan cuma bikin anak senang, tapi juga bikin kita semua optimis Sumsel makin maju dan rakyatnya makin sejahtera.

Merajut kebahagiaan anak dengan perhatian tulus dan ruang bermain penuh warna itu hal yang sangat penting, karena kata pepatah “Anak adalah lentera hidup yang menuntun kita ke jalan terang.” Dengan lentera itu, Sumsel dan Indonesia Emas 2045 bukan cuma mimpi, tapi kenyataan yang siap dijalani.

Bermainlah, tertawalah, dan hadirlah untuk anak-anak, karena dari sanalah lahir pemimpin masa depan yang cerdas, bahagia, dan berkarakter. Investasi terbaik yang gak ada tandingannya.[***]

Terpopuler

To Top