Perbankan & Keuangan

“Asuransi Hari Tua Ala Mang Zenal & Wak Bek: Investasi Singkong untuk Masa Pensiun”

ist

ASURANSI hari tua itu penting, tapi di kampung Mang Zenal dan Wak Bek, pembicaraannya bisa jadi lebih rame daripada rapat RT. Sore itu, di pos ronda pinggir sawah yang udaranya sejuk seperti AC alami, dua sahabat ini duduk cari angin sambil ngerumpi. Di hadapan mereka, hamparan padi menguning bak karpet emas, sementara angin sore membelai wajah seperti tangan emak yang lagi mijitin anaknya.

Di tengah suasana yang damai itulah, pembicaraan serius tentang masa tua malah jadi bahan guyonan karena, kata Mang Zenal, “Ngomongin tua itu kayak ngomongin hujan, Wak. Kita nggak tahu kapan datangnya, tapi pasti basah juga ujung-ujungnya”.

Wak Bek membuka obrolan sambil ngemil kacang tanah rebus. “Mang, ente udah punya asuransi hari tua belum?”

Mang Zenal nyeruput kopi, lalu menatap jauh ke sawah seolah mencari jawaban di antara batang padi. “Asuransi gue cuma satu, Wak… tabungan niat baik. Gue nolong orang hari ini, biar nanti pas tua orang itu nolong balik.”

Wak Bek ngakak, “Mang, itu mah bukan asuransi, itu doa plus utang budi. Masalahnya, nggak semua orang mau bayar cicilan utang budinya!”

Mang Zenal nyengir. “Ya terus, Wak, ente punya?”

Wak Bek duduk tegak. “Punya dong. Asuransi gue itu anak-anak gue. Nanti mereka yang biayain gue kalau udah nggak bisa kerja.”

Mang Zenal menatap Wak Bek penuh iba. “Wak… teori itu manis, tapi prakteknya, anak-anak zaman sekarang pas udah gede sibuk cicil rumah, cicil mobil, cicil jajan anaknya. Kita paling dikirimin pulsa sebulan sekali.”

Wak Bek menghela napas, “Ya minimal pulsa lah… bisa buat nelpon kalau kebelet curhat.”

Mereka berdua lalu diam sebentar, sebelum Mang Zenal berkata bijak, “Makanya Wak, pepatah bilang ‘Sedia payung sebelum hujan, sedia singkong sebelum lapar’. Kita tua nanti harus punya tiga asuransi: duit, kesehatan, dan teman. Duit habis, teman bisa minjemin. Sehat ilang, teman bisa anter ke Puskesmas. Kalau teman juga udah nggak ada… ya kita saling anter, Wak.”

Wak Bek manggut-manggut, lalu nyeletuk, “Gimana kalau kita bikin asuransi kampung, Mang? Iurannya singkong, klaimnya opak.”

Masa tua itu nggak bisa dihindari, tapi bisa disiapkan. Jangan cuma berharap pada satu sumber, apalagi cuma ngandelin anak atau nasib. Seperti kata pepatah, “Kalau mau panen padi, tanamnya jangan cuma satu rumpun”.

Asuransi hari tua ala Mang Zenal & Wak Bek memang kedengarannya nyeleneh, tapi pesannya jelas siapkan masa depan dengan menabung, menjaga kesehatan, dan membangun hubungan baik dengan orang sekitar, karena di hari tua, harta yang paling mahal bukan cuma uang, tapi juga tawa dan teman yang setia.[***]

Catatan Redaksi Mang Zenal dan Wak Bek adalah tokoh fiksi ciptaan penulis. Jika ada kesamaan nama, sifat, atau kejadian dengan orang atau peristiwa di dunia nyata, itu murni kebetulan belaka bukan hasil ngerumpi di pos ronda beneran. Cerita ini disajikan dengan gaya humor untuk menghibur pembaca, namun tetap memuat pesan moral tentang pentingnya menyiapkan asuransi dan bekal masa tua.

Terpopuler

To Top