(Dari balik 1.860 foto dan 42 kucing besar yang enggak suka diganggu pas me time)
KALAU hidupmu terasa berat, ingatlah Harimau Sumatera masih bisa eksis meski habitatnya makin habis., sebab dia enggak punya rumah yang bisa dicicil lewat KPR, enggak punya BPJS, enggak bisa lapor polisi kalau tempat tinggalnya dijarah, tapi dia tetap bertahan. Diam-diam, gagah-gagah, persis mantan yang masih kamu stalk di Instagram, tapi tak pernah bisa kamu miliki lagi.
Nah, ini bukan kisah cinta, tapi kisah 42 Harimau Sumatera yang berhasil ketahuan lagi nongkrong di hutan Bengkulu, bukan karena mereka update status atau pamer di TikTok, tapi karena kamera trap yang diam-diam merekam aksi mereka dari semak-semak. Harimau Sumatera enggak tahu konsep privacy policy, jadi ya sudah… tiap kucing besar ini ter-candid sebanyak 1.860 kali dalam tiga bulan terakhir.
Sumpah, kalau mereka tahu wajahnya dipajang di laporan konservasi, bisa jadi mereka minta royalti.
Di hutan Seblat, Bengkulu, 16 unit kamera trap dipasang diam-diam bukan buat syuting FTV, tapi buat ngintip siapa-siapa aja yang masih hidup di hutan. Hasilnya?, selain harimau, ada tapir, rusa, macan dahan, gajah, bahkan anjing hutan alias ajak.
Lengkap, kayak isi kulkas waktu lebaran.
Ini bukan sembarang dokumentasi, artinya memang hutan Seblat masih sehat, hutan yang punya harimau itu ibarat rumah makan yang dapurnya masih ramai. Ada makanan, ada keseimbangan, dan ada… kemungkinan kamu dikejar kalau masuk tanpa permisi.
Orang-orang dari BKSDA Bengkulu-Lampung, bersama LSM dan mitra konservasi, baru aja ngumpul buat FGD alias Focus Group Diskusi-diskusi Serius Tapi Kadang Ngopi Juga.
Mereka ngumpulin data, mastiin, ngitung ulang, bahkan mungkin debat gara-gara bingung. “Itu harimau sama atau beda ya? Soalnya belangnya mirip!”
Karena jumlah 42 itu penting, jangan sampai salah hitung kayak pas kita THR dikasih amplop dari bos, ternyata di dalamnya isinya cuma kutipan ayat dan ucapan “Semangat, ya!”
Kita juga harus nyadar karena harimau sumatera spesies kunci, bukan kunci Inggris. Harimau bukan cuma peliharaan besar yang galak. Dia itu top predator, satpam alami yang ngatur lalu lintas rantai makanan di hutan. Kalau dia ilang, hutan bisa rusak.
Gampangnya gini kalau harimau punah, populasi rusa meledak, kalau rusa meledak, tanaman habis, kalau tanaman habis, longsor. Ujung-ujungnya, kita bukan cuma kehilangan harimau… tapi juga kehilangan WiFi karena tower roboh kena longsor.
Jadi kalau kamu pikir menjaga harimau itu cuma buat lucu-lucuan di Instagram, kamu perlu piknik ke hutan, tapi inget, jangan selfie sama harimau. Itu bukan kucing oren, itu kucing segede motor.
Kalau harimau masuk kampung, siapa yang salah?
Kebanyakan orang akan bilang “Itu harimaunya, nyasar!”
Tapi coba dipikir siapa duluan yang nyasar ke hutan?
Kadang kita manusia ini lucu, kita gusur hutan, bikin kebun sawit, terus kaget kenapa harimau muncul di belakang dapur. Lah, dia itu pemilik sah rumahnya sejak ribuan tahun lalu, kita yang ngekos di halaman dia, bukan sebaliknya.
Ini kayak kamu ngontrak kamar orang, terus marah pas dia masuk ambil charger.
Harimau itu enggak minta apa-apa selain hutan yang tenang, makanan yang cukup, dan manusia yang gak iseng bikin prank “pura-pura jadi rusa” buat konten di TikTok.
Bumi ini luas, tapi tempat untuk makhluk liar makin sempit, kalau kita enggak bisa berbagi ruang dengan sesama makhluk hidup, ya tunggu aja giliran kita digusur sama bencana.
Kita sudah punya data, sudah tahu jumlahnya, sudah lihat fotonya, sudah dengar aumannya (dari rekaman, sih).
Tinggal satu aksi nyata.
Kalau kamu bukan aktivis lingkungan, gak apa-apa. Tapi setidaknya jangan beli hewan dilindungi, jangan pakai produk dari hasil perambahan hutan dan jangan ngajak harimau main petak umpet, serius, ente kalah!.[***]