(Bilingual Article / Artikel Dua Bahasa: 🇮🇩 Indonesia – 🇬🇧 English Summary Below)
BATUBARA dianggap emas hitam, sekarang ia mulai dianggap “mantan beracun” yang bikin bumi kepanasan, laut naik-naik ke daratan, dan petani bingung kenapa musim hujan datang pas panen.
Sumatera Selatan, daerah yang selama ini “kaya batubara, tapi juga rawan banjir”, akhirnya mulai menoleh ke arah yang lebih ijo royo-royo. Kayak orang sadar mantannya toxic, akhirnya move on cari cinta baru yang lebih sehat yakni, Pembangunan Rendah Karbon.
Kabar baiknya, WRI Indonesia dan Bappenas barengan Bappeda Sumsel sekarang lagi nulis “buku nikah” bareng namanya Rencana Pembangunan Rendah Karbon Daerah (RPRKD). Nah, ini bukan sekadar dokumen formalitas yang ujung-ujungnya jadi tumpukan di rak kantor, tapi peta jalan agar pembangunan kita gak cuma ngejar pertumbuhan, tapi juga napas bumi dan masa depan cucu-cicit.
Pepatah lama bilang “Jangan menebang hutan hanya untuk menanam kesedihan”, kalau pembangunan cuma ngejar angka tapi bikin tanah longsor dan sungai cokelat kayak susu Milo, itu namanya ngutang sama alam.
Coba intip Bali, yang udah lebih dulu punya RPRKD, atau Jerman, yang nekat nutup pembangkit batu baranya dan serius bikin ekonomi hijau jadi kenyataan. Kota-kota kayak Surabaya juga udah mulai serius daur ulang dan bikin taman kota buat nyedot panas.
Kalau Sumsel pengen ikut naik kelas, ya harus mulai dari sekarang, gak bisa nunggu sampe Jembatan Ampera tumbuh lumut karena panas global.
Kita tahu, perubahan itu berat, apalagi buat provinsi yang selama ini hidup dari batubara. Tapi, jangan sampai nanti Sumsel dikenal bukan karena Sungai Musi atau pempek, tapi karena jadi contoh “daerah yang telat sadar”.
Jadi, alih-alih berlama-lama “rapat tanpa hasil” atau bikin proyek “uji coba” yang ujungnya hanya buat seremonial potong pita, mending gas pol ke arah pembangunan hijau yang berdampak nyata.
“Kalau kita tidak berubah sekarang, nanti kita akan dipaksa berubah oleh bencana”.
Sekarang saatnya bangun masa depan yang tidak cuma nyaman buat investor, tapi juga buat petani, nelayan, anak-anak kecil yang belum ngerti apa itu karbon tapi udah kepanasan tiap siang.
Kalau di dunia percintaan ada istilah “toxic relationship”, di dunia pembangunan ada istilah “toxic development” yang nyari untung tapi ngebakar hutan. RPRKD ini ibarat terapi hati buat Sumsel, biar bisa bangun masa depan yang hijau, bersih, adem, dan tetap makmur.
Sumsel, ayo kita buktiin, bahwa hijau itu bukan hanya warna daun, tapi juga warna masa depan!.[***]
———————————————————————————
Coal, Catfish, and Carbon Plans: When South Sumatra Takes the Green Turn!
ONCE hailed as the golden child coal is now more like the ex we regret dating. It’s hot, polluting, and leaves a mess. South Sumatra, long-time coal superstar, is finally swiping right on something healthier Low Carbon Development.
With WRI Indonesia and Bappenas teaming up with Bappeda South Sumatra, they’re drafting the provincial RPRKDa roadmap for building without burning the future.
As the old saying goes “Don’t cut forests just to plant sorrow”. Development that destroys nature is like baking a cake without egg sit looks okay but crumbles fast.
Look at Bali, already charting its green path. Or Germany, which shut down its coal plants to focus on renewables. Even Surabaya is busy turning trash into treasure and building shady city parks.
We get it change is hard. But better to start now than later when the Ampera Bridge is surrounded by climate refugees instead of tourists. Let’s not be the province that always says “soon” until it’s too late.
Let’s skip the empty ribbon-cutting ceremonies and build green plans that mean something. “If we don’t act now, nature will make us act—through floods, fires, and heatwaves”
Let’s build a future that’s good for investors and for kids who just want to play outside without melting.
Just like toxic love, toxic development must end. South Sumatra is on the verge of a green glow-up—and the RPRKD is its makeover plan.
Because green isn’t just the color of leaves. It’s the color of hope, health, and tomorrow.[***]