Lingkungan

Tesso Nilo Bukan Sawitlandia, Saat Gajah, Harimau & Hati Nurani Bersatu

foto : kemenlh

KALAU hutan bisa curhat, mungkin Taman Nasional Tesso Nilo sudah nangis pakai daun pisang sebagai tisu. Bayangkan, dari 81.793 hektare luasnya, sekitar 70.000 hektare sudah berubah jadi kebun sawit. Lah, gajah sama harimau Sumatera mau tinggal di mana? Masa mereka disuruh jadi pemetik sawit freelance?

Ini bukan sinetron dilema di Rimba Raya, tapi kisah nyata tentang bagaimana ekosistem hutan tropis dataran rendah terakhir di Sumatera Tengah sedang merintih.

Untunglah, Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, bukan tipe bos yang cuma duduk manis di kantor sambil minum kopi organik. Beliau turun langsung ke lapangan, lihat dari udara, ngobrol sama warga, dan bilang dengan lantang “Restorasi bukan cuma nanam pohon, tapi menata ulang kehidupan”

Wah, kalimatnya cocok jadi lirik lagu atau quote motivasi di belakang buku catatan, dan bener juga, hutan bukan cuma soal pepohonan, tapi tempat tinggal satwa, sumber penghidupan warga, dan paru-paru dunia yang tersisa.

Upaya restorasi ekosistem ini bukan operasi militer yang galak, tapi pendekatannya persuasif dan berkeadilan. Pemerintah ngerti kok, ada masyarakat yang udah lama hidup di sana.

Bukan kayak pendatang baru yang bawa cangkul langsung tebas pohon. Tapi kalau ada yang nekat menunggangi situasi buat kepentingan ilegal? Nah, hukum tetap berjalan, karena seperti kata pepatah tua dari kampung sebelah, “Jangan mentang-mentang duduk di atas kerbau, lantas kau pikir tak bisa diciduk oleh hukum.”

Langkah Menteri Hanif ini, jujur aja, mirip kisah heroik di film, tapi bukan pakai jubah, melainkan pakai rompi lapangan dan wajah serius.

Beliau bahkan pimpin rapat lintas sektor malam harinya, kayak superhero yang habis patroli, langsung rapat koordinasi sama Avengers-nya KLH, Gubernur, DPRD, TNI, sampai pengelola taman nasional. Hasilnya? Dibentuklah Tim Restorasi Terpadu dengan prinsip satu peta, satu data, satu strategi. Mantap jiwa!

Kalau mau belajar tentang restorasi yang nggak asal-asalan, mari tengok negara lain Kosta Rika, negara kecil ini dulunya kehilangan hampir 75% hutannya. Namun dengan program pembayaran jasa lingkungan dan pelibatan masyarakat, sekarang hutan mereka tumbuh lagi hingga menutupi lebih dari 50% wilayahnya. Keren? Iya. Bisa ditiru? Bisa banget!

India (Sundarbans), pemerintah lokal dan organisasi masyarakat ikut melindungi hutan bakau, bahkan dengan pelatihan ibu-ibu rumah tangga untuk jadi penjaga hutan. Jadi, jangan salah, emak-emak juga bisa jadi pahlawan ekosistem!.

Desa Wonosadi di Gunung Kidul, Yogyakarta, warga secara swadaya menanam dan menjaga hutan, lalu bikin ekowisata kecil-kecilan. Hutan kembali lebat, ekonomi warga juga naik. Jadi, restorasi itu bukan mimpi, asal ada niat dan semangat gotong royong.

Pemerintah juga nggak asal restorasi tanpa solusi, skema agroforestri adaptif disiapkan warga boleh berkebun, tapi tetap jaga fungsi ekologis hutan. Semacam pacaran sehat antara ekonomi dan lingkungan.

Harapannya, dari bekas kebun sawit bisa tumbuh kopi, kakao, madu hutan, bahkan jamur tiram. Kan nggak seru kalau hutan cuma punya satu komoditas kayak sawit, harus variatif, kayak isi toples lebaran.

Kita nggak bisa lagi pura-pura tidur di tenda kemah sambil bilang cinta alam, tapi diam saat hutan dibabat. Restorasi ekosistem bukan urusan KLH doang, tapi panggilan batin kita semua. Karena kalau hutan habis, banjir datang, suhu naik, dan akhirnya kita cuma bisa update status “Kenapa dunia makin panas ya?”

Ayo bantu dengan cara yang kita bisa tanam pohon, adopsi pohon, edukasi anak cucu, atau cukup jangan jadi penyebar hoaks soal “harimau nyamar jadi manusia”, karena seperti kata pepatah, “Kalau kita jaga hutan hari ini, hutan akan menjaga kita esok hari dari polusi, dari kekeringan, dan dari kehilangan akal sehat”

Tesso Nilo bukan tempat buat ditanamkan ambisi. Tapi tempat kita memanen nurani.

Kalau Menteri udah turun, harimau udah berdoa, gajah udah nari lambat, masa kita masih rebahan nunggu hutan pulih sendiri?

Ayo, jangan cuma jadi netizen. Jadilah bagian dari penyelamat rimba. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, nanti keburu harimaunya pindah ke apartemen.[***]

Terpopuler

To Top