SUMSELGLOBAL

Gowes 54 KM, Roda Berputar, Jiwa Bergetar, Ketika Sepeda Lipat Jadi Jembatan Asa Kota

ist

Artikel ini tersedia dalam dua bahasa, versi Bahasa Inggris tersedia di bawah setelah garis pemisah.

GALIAT Kota Palembang yang makin mirip panci presto karena macet dan polusi, hadir satu momen segar SE54K alias Sepeda Lipat 54 Kilometer akhir pekan ini.

Acara yang dilepas langsung oleh Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, ini bukan sekadar kegiatan olahraga, tapi juga ibarat nyanyian pagi untuk warga kota yang haus udara bersih dan silaturahmi.

Coba bayangkan, ratusan pesepeda dari berbagai daerah, termasuk Pekanbaru dan bahkan Malaysia, berdatangan ke Palembang. Mereka bukan datang untuk adu gengsi, tapi adu stamina dan tawa.

Dengan sepeda lipat yang kadang ringkih tapi penuh semangat, mereka menjajal rute dari Kertapati, Seberang Ulu Satu, Seberang Ulu Dua, hingga Plaju. Sepeda lipat ini ibarat kisah cinta jarak jauh ringkas, sederhana, tapi harus kuat tahan banting.

Wali Kota Ratu Dewa pun membuka acara dengan basmalah yang mantap, semantap harapannya agar kegiatan seperti ini rutin digelar. “Ini bukan cuma olahraga, tapi pembinaan karakter,” ujarnya sambil menatap para peserta yang sudah seperti pasukan Avengers versi gowes. Ada yang pakai helm full-face, ada juga yang mirip mau kondangan tapi naik sepeda.

Menurut Dewa, acara seperti SE54K punya banyak manfaat jasmani sehat, rohani adem, dan siapa tahu lahir bibit atlet nasional dari Plaju atau Kertapati. Ini lebih dari sekadar mengayuh pedal ini soal membangun kebiasaan sehat, menebar inspirasi, dan menyatukan komunitas.

Perjalanan sejauh 54 kilometer itu bukan cuma jarak, tapi metafora. Hidup pun kadang seperti bersepeda kalau nggak dikayuh, kita bisa jatuh. Kalau terlalu cepat, bisa kepleset. Kalau terlalu lambat, ya disalip nasib. Maka, setiap kayuhan adalah doa diam-diam, setiap tanjakan adalah tantangan yang bikin betis makin berkarakter.

SE54K membuktikan bahwa olahraga bukan milik orang kota besar atau atlet nasional saja. Di Palembang, semua bisa ikut, semua bisa kuat. Ini pelajaran bagi kota lain bahwa event kecil bisa berdampak besar kalau digarap dengan cinta dan niat mulia.

Kita tahu, Palembang belum sepenuhnya ramah sepeda. Tapi bukan berarti tidak bisa. Lihatlah Amsterdam, kota yang sepedanya lebih banyak dari warganya. Atau Copenhagen, yang punya jalur sepeda lebih mulus dari jalan tol kita. Tapi jangan minder. Palembang juga bisa asal konsisten. Kalau perlu, libatkan komunitas, CSR, bahkan sekolah-sekolah.

Bayangkan anak-anak SD gowes bareng guru ke sekolah, bayangkan PNS naik sepeda tiap Jumat, bayangkan tukang ojek ngajak penumpang naik sepeda tandem. Mungkin absurd, tapi perubahan besar selalu dimulai dari ide gila.

“Jangan takut keringat, karena sukses pun lahir dari kerja keras, bukan rebahan manja,” kata pepatah bikinan kita sendiri. SE54K memberi inspirasi bahwa kita semua bisa memulai perubahan dari pedal pertama. Keringat adalah parfum perjuangan, dan peluh adalah air suci dari tubuh yang bergerak.

SE54K adalah alarm. Ia mengingatkan kita bahwa kota bukan cuma tempat tinggal, tapi ruang hidup yang harus terus dirawat. Palembang butuh lebih banyak acara seperti ini, yang menyatukan, menyehatkan, dan menggerakkan.

Bukan cuma sepeda yang harus terus melaju, tapi juga semangat kolaborasi. Karena seperti kata pepatah “Kalau ingin cepat, goweslah sendiri. Tapi kalau ingin jauh, goweslah bersama.”(***)


  • This article is bilingual. English version starts here

Fold It, Ride It, Love It: When 54KM of Pedal Becomes a Path to Urban Hope

IN the sweltering bustle of Palembang where traffic jams are as routine as sambal on your plate, there comes a gust of fresh air: SE54K, the 54-kilometer folding bike ride.

This wasn’t just a sporting event, it was a moving festival of wheels, sweat, and unexpected joy, kicked off with flair by Palembang Mayor Ratu Dewa.

Hundreds of cyclists from across the archipelago and even from Malaysia gathered not for medals or money, but for memories and mileage. From Kertapati to Seberang Ulu Dua and Plaju, riders turned the city into a playground of pedals. These folding bikes, some barely taller than a goat, braved the streets like warriors on wheels.

Mayor Ratu Dewa, armed with a microphone and motivation, officially launched the ride with a heartfelt bismillah. “This is more than a ride,” he said. “It’s a movement for body and soul.” And let’s be real,  if anything can unite bankers, baristas, and Bandung-born uncles in tight jerseys, it’s a shared love of sweating together on public roads.

Riding 54 kilometers is not just a distance it’s a metaphor for life. Pedal too fast, you crash. Pedal too slow, life overtakes you. But pedal with rhythm and a smile, and you might just reach enlightenment somewhere between Seberang Ulu and a warung selling iced coconut.

SE54K reminded us that fitness isn’t just for gym rats or elite athletes. In Palembang, anyone with a helmet, hope, and two working calves can join. This could be a blueprint for other cities low-cost, high-impact, people-powered progress.

Is Palembang Ready to Be the Amsterdam of Sumatra?

Not yet. But every dream starts with a spin. Amsterdam didn’t become a bike heaven overnight. Copenhagen wasn’t always cool with two wheels. But they started somewhere with lanes, policies, and citizens who preferred biking to braking.

Imagine a Palembang where school kids bike to class. Where government workers ditch their cars on Fridays. Where couples go on cycling dates and even break up politely at traffic lights. Absurd? Maybe. But revolutionary? Absolutely.

Motivation From the Streets, As we like to say here, “Don’t be afraid to sweat. Success is made of effort, not just wishful scrolling.” SE54K offered more than cardio it offered connection. Every drop of sweat on that journey was a silent testimony the city lives when its people move.

SE54K was not just an event; it was an awakening. A pedal-powered reminder that cities should breathe, connect, and evolve.

Let’s make Palembang a city that moves—with heart, legs, and community. Because as our own local proverb goes: “If you want to go fast, ride alone. If you want to go far, ride together.”

Now get on your bike, and let’s roll toward a better city.[***]

 

Terpopuler

To Top