Palembang Terkini

Peci,Papan Nama & Dasi ASN

ist

WAKTU masih kecil, kita diajarin pepatah “Pakaian adalah cermin kepribadian”, namun  zaman sekarang, buat sebagian orang, pakaian seragam cuma jadi cermin buat selfie di Instagram.

Padahal, buat para ASN (Aparatur Sipil Negara), seragam itu bukan sekadar kain yang dijahit rapi, tapi identitas, kehormatan, sekaligus tanda bahwa dia bukan abang-abang tukang fotokopi keliling.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Palembang, Aprizal Hasyim, di halaman Kantor Kecamatan Sukarami, Senin pagi, beliau muncul sebagai pembina apel, bukan buat jadi model fashion week lokal, tapi untuk menegaskan, seragam ASN bukan buat gaya-gayaan, tapi tanda bahwa mereka itu aparat negara, bukan aparatur ngopi-ngopi.

Kalau kata Pak Sekda, seragam lengkap mulai dari peci sampai papan nama itu ibarat peralatan perang di medan birokrasi. Tanpa itu, ASN seperti tentara turun ke medan perang cuma pakai celana kolor gagahnya hilang, wibawanya buyar.

Seragam ASN itu, seperti kuah soto tanpa bumbu lengkap, rasanya hambar. Nah, seragam kuning khaki dengan peci, tanda jabatan, hingga tulisan “Kementerian Dalam Negeri” itu adalah bumbu penyedapnya.

Kalau ada ASN datang ke kantor tanpa atribut lengkap, ibarat soto ayam tapi nggak ada ayamnya yang ada cuma kuah dan harapan.

Aturan ini tertuang manis dalam Peraturan Wali Kota (Perwali) Palembang Nomor 23 Tahun 2025. Hari Senin dan Selasa, wajib pakai seragam kuning khaki lengkap. Rabu hitam putih, bukan buat ikut lomba nyanyi di kantor, tapi karena itu identitas resmi.

Di Jepang, para pegawai negeri bangga pakai seragam identitas perusahaan atau instansi, biar pun musim panas, tetap pakai jas, karena buat mereka, baju kerja adalah tanda kehormatan, bukan beban.

Bahkan di Negeri Ginseng alias Korea Selatan, para petugas pelayanan publik tampil rapi jali seperti idol sebelum debut. Kalau kita gimana? Kadang masih ada yang baju nggak dimasukkan, peci malah dipakai buat tutup galon.

Sekda Aprizal pun rajin hadir ke kecamatan tiap hari Senin, niatnya bukan inspeksi mendadak ala sinetron, tapi memastikan bahwa apel bukan cuma ritual baris-berbaris lalu bubar dan ke kantin.

Disiplin harus dimulai dari hal kecil, seragam rapi, atribut lengkap, dan senyum manis meskipun gaji belum naik. Beliau bahkan menyebut angka 80 persen ASN di Palembang sudah hadir dan tampil rapi.

Lumayan, sisanya mungkin masih ngumpulin atribut yang hilang entah kemana, atau lagi nyetrika kemeja dari malam tak tidur karena anak minta ditemenin nonton Upin Ipin.

Tapi tentu, Pak Sekda sadar, seragam bukan satu-satunya ukuran, pelayanan itu dimulai dari hal sederhana, yakni menyapa masyarakat dengan sopan, memberi solusi tanpa embel-embel pungli, dan menjawab pertanyaan warga tanpa nada nyolot, seperti customer service kartu kredit yang lagi dikejar target.

Kerapihan luar harus seimbang dengan keindahan dalam. ASN yang rapi tapi galak, itu sama saja seperti kado ulang tahun yang bungkusnya cantik tapi isinya centong nasi retak.

ASN seantero Palembang dan Nusantara, pesannya, jadikan seragam bukan sekadar kewajiban, tapi kebanggaan. Jadikan peci bukan hanya untuk nutup uban, papan nama bukan cuma buat nempel di laci, dan lencana bukan hiasan semata.

Ingatlah pepatah “Baju boleh sama, tapi sikap dan pelayananlah yang membedakan”. Jangan sampai ASN Palembang kalah sama satpam mal di Singapura, yang meskipun jaga eskalator, tetap tampil rapi dan sopan kayak mau jadi menantu idaman.

Kalau ASN rapi, pelayanan ramah, dan peci tegak lurus seperti cita-cita bangsa, maka masyarakat pun akan percaya bahwa di balik baju kuning khaki itu, ada semangat pelayanan yang tak kuning-kuning amat. ASN hebat bukan karena dasi mahal, tapi karena etika dan peci yang terpasang tegap tanpa miris!.[***]

Terpopuler

To Top