ADA pepatah bilang “tak kenal maka tak sayang”, Begitulah yang terjadi pada keluarga Firmansyah di Sungai Ogan, Kecamatan Jakabaring sudah merasakan versi modernnya “Tak dengar, jangan risau, ada PKK Palembang yang sigap!”. Betul saja pada Rabu (27/8/2025) kemarin, Ketua TP PKK Kota Palembang, Dewi Sastrani Ratu Dewa, menggandeng Dinas Sosial Kota Palembang dan Kimia Farma untuk menyerahkan bantuan alat bantu dengar Palembang kepada Firmansyah, pemuda yang sejak kecil sudah bersahabat dengan hening.
Sejak kecil, Firmansyah memang hidup di dunia yang setengah senyap, telinga kiri? mati kutu, telinga kanan? Masih setia menampung bunyi-bunyian dunia, jadi wajar saja kalau dia sering melotot saat orang bicara, karena kadang yang didengar cuma “uh-uh” tanpa kata. Tapi, seperti kata pepatah, “Air tenang menghanyutkan”, PKK Palembang datang dengan senyuman dan alat bantu dengar, siap membuat Firmansyah kembali menikmati simfoni hidup.
Dewi, yang tampak santai tapi penuh perhatian, menuturkan, “Pendengaran Firmansyah memang tidak berfungsi dengan baik, tapi sebelah kanan masih bisa mendengar, karena itu kita berikan alat bantu dengar ini, semoga bermanfaat.” Kalau diibaratkan, alat itu seperti kunci Inggris untuk mesin tua menyesuaikan, pas, dan bisa menghidupkan kembali fungsi yang sempat mati suri.
Lucunya, sebelum bantuan ini datang, tim PKK Palembang sudah pernah mampir membawa kursi roda dan sembako untuk Mardia, ibu Firmansyah, yang sempat sakit.
Dewi menambahkan, “Waktu itu kita mengunjungi ibunya yang sakit, dan alhamdulillah sekarang sudah sembuh serta bisa kembali berjalan. Hari ini kita kembali ke sini untuk membantu Firmansyah.” Jadi, bisa dibilang, PKK Palembang ini seperti duo superhero satu menangani kaki, satu lagi telinga.
Mardia sendiri tak bisa menyembunyikan rasa harunya, ia mengenang saat anaknya mulai kehilangan pendengaran akibat demam tinggi ketika masih berusia 4 tahun. “Terima kasih kepada PKK Palembang dan Dinas Sosial atas bantuannya, semoga kebaikan ini menjadi amal jariyah,” ucapnya sambil sesekali menahan air mata.
Kalau kata pepatah Jawa, “Sapa sing nandur bakal ngundhuh” artinya, kebaikan yang ditabur pasti akan berbuah manis. Dan benar saja, senyum Firmansyah kini seolah meledak seperti kembang api, mendengar dunia kembali dari sisi yang sempat hilang.
Selain menghadirkan tawa, momen ini juga menyimpan pesan moral yang cukup kocak tapi bermakna kadang kita terlalu fokus pada hal besar, padahal bantuan sederhana alat bantu dengar, kursi roda, atau sekadar perhatian bisa mengubah hidup seseorang. Bayangkan saja, dari sunyi menjadi ngakak, dari kesepian menjadi bisa berceloteh dengan dunia.
Nah, bagi pembaca yang ingin ikut serta dalam kebaikan ala PKK Palembang, jangan remehkan hal-hal kecil. Bantuan pendengaran bukan cuma alat, tapi jembatan untuk kembali terhubung dengan dunia.
Dengan dukungan Dinas Sosial Palembang, perusahaan farmasi seperti Kimia Farma, dan tentunya hati yang tulus, hidup Firmansyah kini makin warna-warni.
Kisah ini bukan sekadar soal alat bantu dengar, tapi tentang kepedulian, sinergi antar lembaga, dan humor hidup yang bisa bikin ngakak sekaligus tersentuh. Dari sini kita belajar, bahwa setiap bantuan sekecil apapun bisa mengubah nasib seseorang, bahkan membuat dunia sunyi menjadi simfoni tawa. Jadi, kalau ada yang bilang “hidup itu keras”, ingat saja cerita Firmansyah kadang yang dibutuhkan cuma telinga yang mau mendengar, tangan yang mau menolong, dan hati yang mau peduli.[***]