KEMENTERIAN Sosial (Kemensos) menggunakan pendekatan kearifan lokal dalam mengatasi dampak pascakebakaran permukiman Suku Badui Luar dengan pendekatan kearifan lokal di wilayah Kampung Cepak Huni, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Langkah tersebut dilakukan sebab terdapat tradisi khusus bagi masyarakat Badui, salah satunya terkait dengan kebutuhan sandang saat akan memberikan bantuan.
Hal itu disampailan Analis Bencana Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, Kemensos, Kresno Aji, melalui keterangan tertulisnya, kemaren seperti dilansir dari InfoPublik.id.
“Bantuan yang terkait kebutuhan sandang, masyarakat Baduy harus menggunakan pakaian kampret bagi pria dan pakaian kebaya bagi perempuan, ada karembong dan lomar ,” ungkap Kresno Aji.
Karembong yakni kain panjang dan biasa digunakan untuk menggendong anak.
Lomar atau romal adalah ikat kepala khas Suku Baduy
Menindaklanjuti arahan Menteri Sosial Tri Rismaharini, Dinas Sosial Provinsi Banten telah mendistribusikan bantuan berupa beras satu ton, tenda gulung merah 24 lembar, perlengkapan dapur mandiri 24 paket, makanan anak 24 paket, makanan siap saji 468 paket, serta “kids ware” enam paket.
Sementara itu, Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten Tajul Arifin menyatakan setelah mendapat informasi kebakaran, pihaknya langsung menerjunkan tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) ke lokasi kejadian.
“Kami bersama Tagana langsung menuju lokasi kebakaran, sekaligus melakukan upaya evakuasi, pendataan, serta mendistribusikan bantuan bagi masyarakat yang terdampak dari bencana kebakaran tersebut, ” kata dia.
Sedangkan Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat prihatin atas kebakaran yang menimpa masyarakat Suku Badui.
“Kami atas nama Pemerintah Kabupaten Lebak mengucapkan terima kasih kepada Kemensos yang hadir mendistribusikan bantuan kepada masyarakat adat Badui yang mengalami musibah. Juga, berharap Kemensos bisa memberikan bantuan bahan bangunan rumah kepada masyarakat terdampak,” ujar Bupati Lebak.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari lokasi kebakaran, diduga penyebab kebakaran berasal dari tungku api dari salah satu rumah warga, lalu api menjalar cepat lantaran material konstruksi bangunan sebagian besar terbuat dari kayu, bambu, dan atap daun sehingga rentan terbakar.
Sebelumnya, ada 23 unit rumah mengalami kebakaran di permukiman warga Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
“Kami menerima laporan kebakaran itu diduga dari tungku tempat memasak warga Badui,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama, di Lebak, belum lama ini.