Sosial

Dapur Gizi Gandus, Dari Panci Bergolak Lahir Asa Anak Sekolah!

ist

ADA yang lagi ngepul di Gandus, tapi bukan asap bakar sampah atau kabut kiriman dari seberang. Kali ini, yang mengepul adalah dapur!, tapi bukan sembarang dapur, sob! Ini Dapur Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) yang baru diresmikan  Wakil Wali Kota Palembang, Prima Salam, Kamis (9/10).

Begitu gunting pita dikibaskan, aroma perjuangan langsung menyeruak dari wajan dan kukusan, dapur ini bukan cuma tempat rebus sayur dan goreng tempe, tapi juga tempat merebus masa depan anak-anak Palembang supaya gak lagi sekolah dengan perut bunyi “krucuk-krucuk” kayak radio rusak.

Dapur SPPG yang nongkrong manis di Yayasan Fauzi Tiga Wijaya, Kecamatan Gandus ini, adalah bagian dari program Makan Bergizi Gratis (MBG), program yang sedang ngetren seantero negeri karena bikin anak-anak sekolah gak cuma pintar di otak, tapi juga kuat di perut.

Wakil Wali Kota Prima Salam, dengan nada mantap bak chef Gordon Ramsay versi Gandus, bilang kalau dapur ini sudah menyerap puluhan tenaga kerja dari warga sekitar. Jadi, bukan cuma anak-anak yang kenyang, tapi emak-emak juga dapet rezeki dari dapur yang menggeliat ini.

“Ini wujud nyata komitmen Pemkot Palembang memastikan anak-anak, terutama dari keluarga prasejahtera, dapat gizi yang cukup dan seimbang,” ujar Prima sambil menepuk dada mungkin biar semangatnya makin nyala.

Bangunan dapurnya juga gak main-main, bro, kata Prima, desain dan tata ruangnya sudah memenuhi standar kelayakan, bahkan bisa dijadikan contoh dapur percontohan seantero Sumatera Selatan. “Kami berharap fasilitas ini bisa jadi model bagi daerah lain,” tambahnya, sambil senyum puas seperti koki yang baru berhasil masak rendang tanpa gosong.

Prima lanjut ngomong dengan nada berapi-api, katanya, program MBG ini bukan sekadar kasih makan gratis, tapi bentuk nyata kepedulian pemerintah terhadap masa depan generasi muda. “Kita ingin memastikan tidak ada lagi anak-anak di Palembang yang datang ke sekolah dengan perut kosong, tidak ada lagi siswa kehilangan semangat belajar karena kekurangan gizi,” tegasnya.

Nah, ini baru namanya perang melawan kelaparan tanpa darah!, karena katanya, anak yang lapar bisa lebih galak dari guru matematika pas ujian, jadi, sebelum murid kehilangan fokus gara-gara mikirin nasi uduk, dapur SPPG siap siaga tiap pagi.

Dengan adanya dapur di Gandus, Pemkot Palembang berharap jangkauan program MBG makin luas, sinergi makin kuat, dan yang paling penting, anak-anak Palembang makin bertenaga buat kejar mimpi.

Hadir juga Anggota DPR RI Fraksi Gerindra Komisi IV, Kartika Sandra Desi, yang ikut manggut-manggut melihat dapur megah ini, katanya, program MBG ini bukan ide sembarangan, ini inisiatif dari Presiden Prabowo Subianto yang ingin bikin anak Indonesia tumbuh sehat dan cerdas. “Ini cita-cita Presiden kita, agar anak Indonesia sehat dan cerdas,” ujar Kartika dengan senyum bangga.

Tapi yang paling menarik, katanya, program ini gak cuma bikin anak kenyang, tapi juga bikin ekonomi rakyat kecil ikut berputar. “Banyak pihak terbantu dari program ini, mulai dari penjual sayur, pedagang ayam, sampai pekerja dapur yang kini punya penghasilan tetap,” tambahnya.

Bayangin, cuma dari satu dapur, bisa nyambung hidup banyak orang, namanya bukan cuma masak buat anak sekolah, tapi juga masak rezeki buat satu kampung!

Kalau kata orang tua dulu, “Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit”. Di Gandus, pepatah itu terbukti, dari satu panci yang ngepul, lahir semangat gotong royong, dan dari satu centong nasi, tumbuh harapan baru buat anak-anak Palembang.

Dapur SPPG bukan cuma soal makan gratis, ia adalah simbol bahwa kebaikan bisa dimasak, disajikan, dan dibagikan, oleh karena itu,  kepedulian itu gak harus mewah, kadang cukup dengan sepiring nasi hangat dan segenggam niat baik.

Di balik gemuruh penggorengan dan deru kukusan, ada harapan yang terus mendidih di dapur Gandus, anak-anak yang dulu berangkat sekolah dengan perut kosong, kini berangkat dengan senyum kenyang dan semangat baru.

Warga Gandus pun tak lagi sekadar menunggu bantuan, tapi ikut berperan jadi penggerak ekonomi lewat dapur ini, jadi, kalau nanti kamu lewat Gandus dan mencium aroma tumisan bawang yang menggoda, jangan buru-buru ngiler dulu. Ingatlah, itu bukan cuma aroma lauk, tapi aroma perjuangan, karena di dapur itu, bukan cuma nasi yang dimasak, tapi juga masa depan Palembang yang bergizi, kuat, dan cerah.[***]

Terpopuler

To Top