Sosial

“5 Veteran Terakhir di Muba, Tugu Perjuangan Mulai Rapuh: Cerita Para Veteran Muba Tak Pernah Lelah Mengabdi”

ist

KALAU zaman dulu mereka menembakkan peluru, sekarang mereka menembakkan pesan moral, kalau dulu pakai senapan, sekarang cukup pakai tongkat dan tekad yang masih kokoh macam tiang bendera di tengah badai.

Hari Selasa, 5 Agustus 2025, di Guest House Griya Bumi Serasan Sekate kedatangan tamu istimewa, yakni para veteran dari Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kabupaten Musi Banyuasin,  tapi jangan bayangkan rombongan penuh barisan karena jumlah mereka hanya tinggal lima orang. Ya, cuma lima,  bahkan untuk main futsal pun tak cukup, namun soal urusan semangat gak kalah dengan yang muda-muda, sebab meski mereka hanya tinggal lima orang,  mereka sanggup bikin  yang muda-muda malu sendiri.

Dipimpin  Letkol Purn Widianto, mereka datang menemui Bupati H M Toha SH, bukan untuk minta penghargaan atau gelar kehormatan, tapi untuk satu hal yang terdengar sederhana agar sejarah dan perjuangan mereka jangan sampai jadi fosil museum.

“Gedung Sekretariat butuh perawatan, dan tiga tugu pertempuran juga mulai keropos, padahal itu saksi bisu perjuangan lawan Belanda di Sungai Guci tahun 1947,” kata Widianto, suaranya pelan, tapi isi hatinya menohok.

Tugu itu berdiri di Desa Bailangu dan Desa Epil, bukan cuma tumpukan semen dan batu, tapi prasasti diam dari masa di mana bangsa ini belum merdeka secara utuh.

Bupati Toha menyambut dengan tangan terbuka dan hati yang (semoga) sungguh-sungguh. Ia bilang, “Monumen-monumen bersejarah akan kita perindah, mudah-mudahan ini jadi pemicu semangat baru bagi kita semua”

Bahasanya lembut, tapi maknanya penting, karena kalau kita sibuk selfie di tempat Instagramable, tapi lupa berkunjung ke tugu perjuangan di desa sendiri, itu tandanya kita lebih mengenal filter TikTok daripada sejarah nasional.

Pepatah bilang, “Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan kenangan”. Tapi jangan sampai kenangan para pejuang ini ditinggal begitu saja, seperti mantan yang nomornya dihapus pas ganti HP.

Plt Asisten I Setda Muba, Pak Ardiansyah juga menegaskan pemerintah siap mendukung asalkan prosedur dijalani. Oke, kita paham. Namanya juga negara hukum, bukan negara suka-suka. Tapi kita harap, prosedur itu jangan jadi alasan untuk menunda, apalagi menguap seperti janji kampanye yang tak sempat direvisi.

Jangan tunggu mereka tinggal satu

Kalau sekarang tinggal lima, tahun depan bisa saja tinggal tiga, atau  tahun depannya lagi, tinggal satu.[maaf bukan doain], jangan sampai kita baru sibuk saat tinggal satu veteran yang bisa datang, itu pun pakai kursi roda dan baju lusuh.

Kalau bisa direnovasi, renovasikan segera, kalau bisa dibantu, bantu dengan hormat, mereka sudah memberi terlalu banyak untuk negeri ini, tanpa pernah tahu apakah akan mendapat balasan atau tidak.

Karena pada akhirnya, bangsa besar bukan yang bisa membangun jalan tol sepanjang seribu kilometer, tapi yang tahu caranya menghargai jalan setapak para pejuang kemerdekaan.

Tugu pertempuran di Bailangu dan Epil itu bukan sekadar dekorasi sejarah. Itu saksi bisu darah dan air mata, tempat kenangan lebih banyak dari jumlah followers kita.

Dan lima orang veteran yang masih hidup hari ini, adalah tanda bahwa kemerdekaan belum selesai dijaga. Jangan biarkan mereka menua dalam diam. Dengarkan kisah mereka, rawat kenangan mereka, dan pastikan bahwa sejarah tidak dikubur di pojokan arsip.

Kalau nanti cucu kita bertanya, “Apa yang pernah kakek bantu untuk negeri ini?” setidaknya kita bisa jawab,

“Kakek ikut menjaga cerita mereka agar tak hilang, karena bangsa yang kehilangan sejarah, itu seperti lontong tanpa opor ada bentuknya, tapi hambar dan cepat basi”

Oleh sebab itu, menjelang Dirgahayu ke-80 Republik Indonesia, lima veteran tersisa di Muba patut dhormati, dan rayakan kemerdekaan bukan cuma dengan lomba balap karung serta ramainyabendera di jalanan, tapi juga dengan menghargai sejarah, menyapa pejuang, dan merawat tugu, karena bangsa besar adalah bangsa yang tak lupa jasa para pendahulunya. [***]

Terpopuler

To Top