TERBATASNYA aktivitas karena protokol kesehatan di masa pandemi membuat semua bidang kehidupan terdampak. Termasuk para seniman pun merasakan hal tersebut.
Karena itu, para seniman seakan dipaksa untuk melakukan transisi serta beradaptasi. Tetap eksis tanpa melanggar protokol kesehatan.
Hasan, seorang penggiat teater di Palembang menyebutkan dengan kondisi saat ini dimana teater melakukan transisi dari tradisi ke modern serta membangun berkolaborasi. Sehingga, upaya memperkenalkan budaya dan seni bisa lancar dilakukan dengan memnfaatkan teknologi.
“Harapan kedepannya teater di Palembang bisa mengisi panggung. Serta Komite Teater Dewan Kesenian Palembang (DKP) akan mendata dan mendukung teater untuk tampil,” tutup Acan, yang juga Ketua Komite Teater DKP dihubungi via telpon seluler.
Lentur Memilih Ruangnya
Seniman nasional, Rendra Bagus Pamungkas, melalui diskusi virtual, menyebutkan teater itu harus dilakukan secara langsung. Kalau tidak langsung, itu bukan teater. Tetapi di masa sekarang, karena Covid-19 terpaksa melakukan transisi sehingga pertunjukan teater bisa berjalan tanpa mengurangi nilai unsur teater.
“Teater itu lebih lentur untuk memilih ruangnya, sehingga di dalam teater itu banyak sekali cabang keilmuan yang bisa dimanfaatkan,” jelas Rendra.
Karena keterbatasan tempat, maka teater pun mentas lewat daring. “Mereka mentas melalui platform digital. Entah itu, media sosial seperti Youtube, Instagram, maupun Facebook. Bisa bersemuka antara senian dan masyarakat penikmat,” ujarnya.
Belajar di Panggung
Terpisah, Muhamad Yunus, Sutradara Teater Triax, menanggapi persoalan mengenai kondisi teater saat Covid-19. Menurutnya, kalangan remaja saat ini masih membutuhkan panggung dari pada virtual.
“Proses belajar di panggung sangatlah luar biasa, karena panggung adalah tempat yang istimewa,” tutup Yunus.
Tetapi, mengingat tak memungkinkan pentas langsung, tentu dicarilah saluran-saluran yang tersedia dan memungkinan untuk saling melepas dahaga. Baik itu, penggiat teater maupun masyarakat yang banyak berdiam di rumah.
Pentas Virtual
Uda Dapuk, penggiat teater di Palembang menjelaskan, pementasan secara virtual untuk berekspresi itu tidak masalah. Akan tetapi bagaimana kita duduk berdirinya sebagai seorang seniman. Harus jelas. Permainan di virtual, bukan tidak mungkin justru menuntut kemampuan maksimal pemain maupun sutradara, juga harus membangu kolaborasi. Kedepannya seniman bisa merasakan bagaimana satu kenikmatan dalam memancing emosional antara pemain dengan penonton melalui pertunjukan virtual. Kalau tidak, sampai kapan menunggu bisa tampil utuh di atas panggung,
“Yang membuat adegan makin naik dan rumit, adalah bagaimana menutupi kelemahan pementasan secara virtual,” kata Dapuk, yang aktif di Teater Gaung dan bernama asli Syaiful Bahri. Untuk itu, penggiat teater harus berusaha maksimal. Dan masyarakat sebagai penonton pun harus bisa menerima kekurangan yang ada.
Yang jelas, memang masa pandemi telah memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa kehidupan harus tetap berjalan, waspada tetap harus diutamakan . Begitupun seniman, tidak mungkin harus berhenti berkreasi menunggu Covid 19 berakhir. (muhamad nasir)
Masa Pandemi “Memaksa” Seniman Melakukan Transisi
By
Posted on