Seni & Budaya

Jejak Rempah Sriwijaya Dipentaskan dalam Festival Teater Sumsel di Era Pandemi

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumatra Selatan menggelar Festival Teater Sumsel 2021 “Jejak Rempah Sriwijaya” bertempat di Graha Taman Budaya Sriwijaya Palembang, Kamis lalu.
Festival di era pandemi ini diaksanakan secara tatap muka dengan penonton yang dibatasi dan juga secara daring melalui media sosial.
Acara dibuka Gubernur Sumsel diwakili oleh Kepala Disbudpar Sumsel Aufa Syahrizal. Tampak hadir, antara lain TGUPP Bidang Pariwisata Abdul Aziz Kamis, TGUPP Bidang Kebudayaan H. Hidayat Comsu, Plh Kepala UPTD Graha Taman Budaya Sriwijaya Agus Harianto, PAM OVIT Polda Sumsel, dan peserta.
Kepala Disbudpar Sumsel Aufa Syahrizal mengaku sangat mengapresiasi para seniman dan seniwati di Sumsel maupun luar Sumsel yang ikut andil dalam event festival seni theater tahun 2021.
“Tadi saya sempat menyaksikan penampilan para seniman, sungguh sangat luar biasa. Saya lihat banyak seniman yang memiliki potensi bidang seni teater. Maka saya memiliki tanggung jawab untuk membantu dan melestarikan kegiatan seni teater di Sumsel,” kata dia.
Aufal juga mengapresiasi seniman yang dulunya merantau kembali ke daerahnya. Mereka melihat Kota Palembang memiliki potensi, dan membangun kebudayaan dan seni-seni yang ada di Provinsi Sumsel.
Dia melanjutkan tema dari teater hari ini adalah Sriwijaya Dalam Jejak Rempah. Karena memang Sriwijaya Sumsel ini salah satu daerah yang memang dilalui oleh perjalanan jalur rempah, dan Sumsel memang memiliki banyak sekali rempah-rempah yang sangat digemari oleh semua orang.
“Kita mencoba mengingatkan kembali bahwa Provinsi Sumsel memiliki potensi flora dan fauna, khususnya rempah-rempah yang merupakan kekayaan yang tidak boleh kita abaikan. Kemajuan teknologi jangan sampai membuat kita lupa kepada kebudayaan kita,” bebernya.
Sementara itu, Ketua Festival Teater Sumatera Conie Sema menambahkan jejak rempah ini perjalanannya sangat panjang, sejak abad ke-6 masa Sriwijaya.
Tata niaga perdagangan pada zaman Sriwijaya sangat menyebar hingga ke Tiongkok, India, Arab dan Eropa.
“Titik balik dari perjalanan Rempah Sriwijaya itu membawa banyak nilai-nilai, produk-produk termasuk juga agama. Proses panjang perjalanan Rempah itu sampai masuk ke masa kolonial. Sampai hari ini kita mencoba menarasikan kembali apa itu rempah dalam konteks kekinian,” jelasnya.
Sebagai pelaku teater, lanjut dia, bahwa narasi jalur Rempah ini memang harus ada dari pelaku-pelaku seni. Jadi hanya pembuat kebijakan atau pemerintah saja, tapi pelaku seni juga harus memiliki tujuan narasi Rempah.
“Hari ini 12 komunitas teater sudah membuat dukungan dari seluruh Sumatera, kecuali Kepulauan Riau yang tidak hadir,” pungkasnya.
Ini menunjukkan bahwa pandemi tak bisa membatasi dan mengungkung para seniman untuk berkarya. Kehadiran penonton mungkin terbatasi akibat protokol kesehatan dan PPKM, tapi kreativitas dan semangat seniman tetap bergelora.
“Dengan festival ini, diharapkan pesan-pesn yang meiliki benang merah dengan histioris jalur rempah-rempah yang membawa nama Sumetara atau leih liuas nusantara, bisa tersampaikan ke berbagai lapisan masyarakat melalui pentas dan tontonan yang digarap apik para seniman di Sumatera,” ujarnya. (nasir)

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com