Seni & Budaya

Bukan Buternburg, Ternyata H. Jahri Penemu Prasasti Kedukan Bukit

Foto : Faldy

SUMSELTERKINI.CO.ID, PALEMBANG – Seperti diketahui, prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan oleh M. Batenburg berkebangsaan Belanda pada pada 1920, dikampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), punya makna penting dalam sejarah Sriwijaya di Palembang.

Namun, ada yang unik dibalik kisah temuan prasasti Kedukan Bukit, yang mungkin tidak pernah diceritakan di dalam buku sejarah dan literatur lainnya, kisah ini diceritakan kembali oleh Pemerhati Sejarah Palembang, Jupri Al Palimbani.

“Kalau cerita versi lainnya ada,” ujar Jupri, disela bincang santai di Markas KompakS Palembang, Selasa (4/12/18).

Jupri menjelaskan, mungkin versi cerita ini mendasar pada cerita turun temurun, yang berkembang di masyarakat Palembang dan di dalam buku berjudul Sejarah Sriwijaya karangan Erwan Suryanegara bin Asnawi Jayanegara (2009).

Awalnya kisah ini bermula pada November 1920, dari seorang penduduk asli daerah 35 ilir Palembang, bernama Haji Jahri, yang sibuk menjala ikan di Sungai Tatang disela kesibukan itu,  saat menarik jala, Jahri menemukan batu unik berbentuk bulat telur yang bertulis aksara lama.

Jahri pun bergegas pulang, dan berfikir bahwa batu ini, semacam ‘ajimat’ yang mungkin akan membawa keberuntungan bagi hidupnya.

Tak lama berselang dari temuan itu, terdengarlah bahwa akan ada perlombaan bidar oleh Belanda, di Sungai Musi untuk menyambut kedatangan Ratu Wilmena di Palembang.

Saat perlombaan inilah, penampakan batu itu pertama kali, terlihat oleh warga Palembang pada masa itu, sebagai batu aneh, yang diikatkan persis di depan bidarnya H. Jahri, pada perlombaan itu, sebagai ‘ajimat’ keberuntungan pada pelombaan bidar itu dan anehnya perahu bidar itu pun menang.

“Disinilah, seorang kontrolir Belanda bernama Batenburg melihat prasasti Kedukan Bukit itu sebenarnya,” jelas Jupri.

Karena Butenburg paham dengan tulisan itu, maka dimintalah batu prasasti itu, dan dibawa ke Batavia untuk dilaporkan penemuan itu ke Oudheidkundigen Dienst atau Dinas Purbakala pada waktu itu, kemudian sejarah pun mencatat nama Butenburg sebagai penemu pertama prasasti Kedukan Bukit, yang sekarang tersimpan di Museum Nasional Jakarta.

“Prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti tertua dari masa Kedatuan Sriwijaya dengan angka tahun 604 Saka atau setelah dikonversikan menjadi 682 Masehi.Dikukuhkannya hari Jadi Kota Palembang, yang diperingati setiap tanggal 16 Juni, juga mendasar pada penandaan tanggal di Prasasti Kedukan Bukit, menurut buku Hari Jadi Kota Palembang tahun 1973,” terangnya.

Sementara itu, Ketua KompakS Palembang Hirmeyudi, menjelaskan karena begitu pentingnya prasasti kedukan bukit ini yang Artinya menjadi akte kelahiran kota alangkah baiknya, jika ada tugu peringatan hari jadi kota di sekitaran titik Nol kota tepatnya ditaman Nusa Indah dulunya.

Ditugu itu juga, menurutnya, Replika akte kelahiran kota ditampilkan sebagai penegas lahirnya kota Palembang, biar generasi kedepan tetap peduli dengan kotanya dan tak melupakan sejarah Palembang sebagai kota tua.

“Mudah mudahan akan jadi destinasi wisata baru kota dan kebanggan Kota Palembang yang berada ditengah tengah kota, he..hee.. lokasi baru tempat berfoto dan berselfi ria,” tutupnya.[**]

 

Penulis :Faldy

 

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com