DI bawah terik matahari, ratusan pemuda dan pelajar Palembang tetap berdiri tegak, melambai-lambaikan semangat di halaman rumah Dinas Wali kota, bukan karena mereka suka panas-panasan, tapi karena hari ini mereka memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-97, menegaskan bahwa semangat perjuangan pemuda 1928 tetap hidup dan bisa bikin keringat bercampur tawa!
Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, memimpin upacara penuh khidmat, sambil sesekali menahan panas matahari yang seolah ikut merayakan semangat pemuda. Dalam kesempatan ini, beliau membacakan amanat Menteri Pemuda dan Olahraga, Erick Thohir, yang berpesan.
“Kalau dulu para pemuda mengangkat bambu runcing, sekarang kalian angkat ilmu, kerja keras, dan kejujuran. Tapi semangatnya tetap sama, yaitu untuk Indonesia yang harus berdiri tegak!” katanya, Selasa (28/10/2025)
Kalau dipikir-pikir, angkat bambu runcing mah gampang, tapi angkat ilmu sambil menghadapi WiFi lemot, ujian, dan tugas menumpuk? Nah, itu baru perjuangan modern!
Erick Thohir juga menegaskan bahwa dunia terus berubah dengan cepat. Pemuda masa kini dituntut tangguh, jujur, dan berani. “Kalian bukan pelengkap sejarah, kalian penentu sejarah berikutnya,” tegasnya.
Intinya, jangan takut bermimpi besar, walau kadang mimpi itu bikin kantong jebol atau nyaris tidur di kelas.
Di tengah terik dan musik Mars Nasional, peserta upacara tetap antusias. Ada yang menahan kantuk, ada yang menahan keringat, tapi semua sepakat semangat persatuan dan nasionalisme itu bisa bikin hati hangat, walau kulit gosong.
OLeh karena itu, Sumpah Pemuda bukan cuma seremoni atau kata-kata manis di buku sejarah. Ini tentang berani berdiri, bekerja keras, dan peduli pada negeri. Dari Palembang, terlihat jelas bahwa pemuda masa kini bisa tertawa, berkeringat, dan tetap optimis itulah “bumbu rahasia” untuk membangun Indonesia yang besar.
Dengan tepukan tangan, tawa, dan semangat yang tak pernah padam, upacara Hari Sumpah Pemuda ke-97 menegaskan satu hal, pemuda Indonesia selalu menemukan cara kreatif untuk menyulut api perjuangan, walau kadang panas-panasan di halaman wali kota.[***]