Sumselterkini.co.id, -Di tengah rutinitas birokrasi yang kadang lebih kaku dari lemari arsip kelurahan, Sumatera Selatan tiba-tiba bersiap menyambut sebuah hajatan ceria, yakni PLN Mobile Color Run 2025.
Bukan acara seminar formal dengan sambutan tiga halaman, tapi ajang lari-larian penuh warna yang lebih mirip pesta bubuk bedak ketimbang lomba atletik.
Dan siapa sangka, Gubernur Sumsel H. Herman Deru bukan cuma menyambutnya dengan senyum pejabat, tapi juga dengan semangat seperti baru beli sepatu lari diskon siap mendukung penuh acara ini demi gaya hidup sehat rakyatnya, bukan sekadar lari-lari pas dikejar janji kampanye.
Iya, benar, lari-larian sambil dilempar bubuk warna, bukan dilempar masalah, dan kabar baiknya, Gubernur Sumsel, Pak H. Herman Deru, menyambut acara ini dengan tangan terbuka dan sepatu kets siap tempur.
Katanya, demi gaya hidup sehat. Tapi kita tahu, kadang yang sehat bukan cuma badan, tapi juga hubungan antarinstansi ya macam PLN dan Pemprov yang lagi mesra-mesranya ini.
“Color Run ini bukan sekadar lari-lari lucu kayak anak TK pas jam olahraga, ini simbol bahwa hidup itu harus dijalani dengan warna, dengan semangat, dan tanpa harus menunggu kena deadline rumah sakit baru mau olahraga,” ujar seseorang bijak di warung sebelah, sambil nyeruput kopi.
Pertemuan Pak Deru dengan GM PLN S2JB, Adhi Herlambang, pun berjalan mulus, seperti jalan tol Palindra yang tidak banyak belokannya.
Di Ruang Tamu Gubernur, dua tokoh ini membahas persiapan Color Run dengan harapan besar rakyat tak cuma kuat melempar kritik di medsos, tapi juga kuat menempuh 5K tanpa pingsan di kilometer 2.
Color Run bukan hanya soal peluh dan warna. Ini soal simbol semangat hidup sehat, namun mari kita tarik napas panjang, sambil kita pikirkan seberapa sering kita diajak lari sehat oleh pemerintah, tapi di hari-hari biasa malah disuguhi jalan berlubang, udara penuh asap knalpot, dan taman kota yang lebih cocok untuk selfie daripada senam?
Kalau lari sehat cuma diadakan setahun sekali, ya itu bukan gaya hidup sehat itu cuma gaya-gayaan, kayak diet ketat tiga hari, lalu dilanjutkan makan sate kambing lima tusuk malamnya. Ngaku deh.
Di kota-kota lain seperti Bandung, pemkot bahkan menutup sebagian jalan utama tiap minggu buat car free day dan senam massal. Di Singapura, warganya diajak jalan kaki dengan desain kota yang pejalan kaki-friendly, bukan jalan penuh lubang yang bisa bikin orang tua terpeleset dan terlempar ke masa lalu.
Kalau Sumsel serius mau bikin rakyatnya sehat, Color Run jangan cuma jadi etalase gebyar tahunan, tapi harus jadi pintu gerbang gaya hidup baru. Mulai dari memperbanyak trotoar yang manusiawi, taman yang bisa dipakai jogging tanpa takut disenggol motor, sampai edukasi kesehatan yang tidak cuma formalitas acara seminar.
Mengutip buku “Perfect Health” karya Deepak Chopra – “There exists in every person a place that is free from disease, that never feels pain, that cannot age or die.”
Ia seorang dokter dan penulis terkenal di bidang kesehatan holistik, dalam bukunya, Chopra menjelaskan konsep bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mencapai kesehatan sempurna melalui kesadaran dan keseimbangan antara tubuh dan pikiran.
Kutipan-kutipan di atas menegaskan bahwa kesehatan adalah fondasi utama dalam kehidupan. Tanpa kesehatan, pencapaian lain dalam hidup menjadi kurang berarti. Oleh karena itu, menjaga kesehatan fisik dan mental adalah investasi terbaik untuk masa depan yang lebih baik.
Jangan sampai rakyat cuma diajak lari sehat, tapi harga beras masih bikin ngos-ngosan. Pemerintah bisa mulai dari hal kecil bikin komunitas senam ibu-ibu di tiap kelurahan, lomba lari antar-RT, atau bahkan trotoar yang bisa buat jalan kaki sambil ngobrol, bukan trotoar yang dijadikan parkir motor.
Mari kita sulap event Color Run ini jadi momentum untuk mendorong pemerataan fasilitas olahraga rakyat, taman sehat di tiap kecamatan, dan dukungan bagi UMKM yang jualan sehat-sehatan kayak jus jambu tanpa gula, bukan cilok isi lemak sapi.
Dan jangan lupa, libatkan anak muda. Mereka itu seperti sepatu lari, kalau disimpan di lemari, ya nganggur. Tapi kalau diajak lari bareng, mereka bisa jadi motor perubahan, bukan sekadar followers giveaway.
Color Run ini lucu dan penuh warna, tapi jangan sampai warnanya hanya bertahan sehari. Hidup sehat itu bukan festival, tapi kebiasaan. Jangan sampai setelah lari, rakyat kembali duduk 12 jam di warung sambil main domino dan minum es teh manis dua liter.
Gubernur dan PLN sudah buka jalan, tinggal sekarang, jalan itu dijadikan lintasan sehat sepanjang tahun karena hidup bukan soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang konsisten.
Seperti kata pepatah, “Badan sehat itu rezeki, tapi badan sehat yang bisa menari di acara Color Run, itu berkah plus hiburan gratis.”
Jadi, ayo, jangan cuma lari kalau dikejar deadline. Lari sekarang, sebelum kolesterol dan asam urat keburu naik dan lutut keburu ngambek..
Kalau kata orang kampung, sehat itu rezeki, sakit itu uji nyali dan uji tabungan, dari para tokoh dunia di atas kita belajar bahwa kesehatan bukan cuma soal bebas dari flu atau encok, tapi juga tentang hidup yang seimbang, waras pikiran, dan tenang dompet. Mau sepatu branded, mobil tiga pintu, atau rumah empat lantai semuanya tak berguna kalau napas ngos-ngosan naik satu anak tangga.
PLN Color Run 2025 seharusnya jadi bukan sekadar ajang joget warna-warni, tapi juga momentum menyadarkan kita bahwa olahraga itu bukan hobi orang gabut, tapi kebutuhan manusia waras yang ingin pensiun tanpa harus antri BPJS tiap minggu. “Sehat itu bukan cuma nggak batuk. Tapi juga bisa tertawa lepas, makan enak, dan nyicil bahagia pelan-pelan.” (Mbah Wiryo, petani sehat dari Gunungkidul).[***]