Pemprov Sumsel

“100 Hari, Bedah 2.500 Rumah : Makin Nyaman Rebahan” [ “Ngebut Boleh, Asal Nggak Asal!”]

foto : ist

Sumselterkini.co.id, – Gubernur Sumsel, H. Herman Deru, nggak main-main buat bikin warganya hidup lebih nyaman. Dalam waktu 100 hari ke depan,  ngegas bareng bupati dan walikota se-Sumsel buat ngebedah 2.500 rumah yang udah nggak layak huni. Nggak cuma itu, total targetnya sih lebih gede—5.815 rumah bakal diperbaiki bareng lewat program “Gerak Cepat, Bedah 5.815 Rumah Tidak Layak Huni Serentak.”

Pak Gub optimistis proyek ini bakal kelar dalam waktu 3 bulan aja. “Asal kompak, 2.500 rumah beres dalam 100 hari!” ujar beliau dengan semangat saat ngeresmikan program ini di Kelurahan 24 Ilir, Palembang.

Nggak cuma pemerintah, Herman Deru juga ngajak para bos-bos BUMN, BUMD, sampai korporasi buat ikut bantuin. “Buat yang rezekinya lebih, ayo bantu saudara-saudara kita biar punya tempat tinggal yang lebih layak!” katanya.

Responsnya? Mantap jiwa! Para kepala daerah langsung pada semangat kasih kontribusi. Bupati OKU Teddy Meilwansyah misalnya, siap bedah 75 rumah. Kabupaten PALI? Lebih banyak, 150 unit rumah. Banyuasin malah lebih jor-joran, 300 rumah siap dibenahin.

“Santuy aja Pak Gub, meski ada efisiensi, kita tetap gaspol buat bedah 75 rumah!” kata Teddy dengan percaya diri.

Di sisi lain, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Sumsel, Ir. H. Novian Aswardani, menjelaskan kalau program ini sejalan sama visi-misi gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel 2025-2030, serta Asta Cita Presiden RI. Infrastruktur makin kece, pelayanan publik makin jos!

Oh iya, tahun 2024 kemarin, Pemprov Sumsel udah berhasil bedah 7.165 rumah dari target 10.540 unit. Memang belum 100%, tapi udah lebih dari setengah jalan. Sementara backlog perumahan masih di angka 323.377 KK, jadi masih banyak PR ke depannya.

Nah, dengan program ini, semoga makin banyak warga Sumsel yang bisa tinggal di rumah yang nyaman dan nggak perlu lagi khawatir atap bocor pas hujan deras. Semangat terus, Pak Gub dan tim! Warga siap rebahan dengan tenang.

Ngebut ok

Gubernur Sumsel, H. Herman Deru, pede proyek ini bisa tuntas kalau semua pihak kompak. Wajar sih kalau ada optimisme, tapi jangan sampai ini cuma semangat di awal doang. Soalnya, yang namanya program infrastruktur, apalagi melibatkan banyak daerah, biasanya sering kena kendala klasik, seperti dana seret, koordinasi berantakan, dan eksekusi yang nggak sesuai rencana. Jangan sampai yang digadang-gadang bakal jadi solusi malah mandek di tengah jalan.

Dan bedah rumah ini bukan soal cepat-cepetan kayak balapan liar. Yang lebih penting adalah kualitas rumah yang dibangun. Jangan sampai karena kejar target, hasilnya cuma tambal sulam yang ujung-ujungnya bikin warga harus renovasi lagi dalam waktu dekat.

Jadi, selain ngebut, pemerintah juga perlu pastikan rumah yang dibangun benar-benar layak huni atap nggak bocor, dinding nggak gampang retak, dan sanitasi nggak bikin penghuni sakit-sakitan. Kalau perlu, kasih standar minimal yang jelas dan diawasi ketat biar nggak ada proyek asal jadi.

Salah satu poin menarik dari program ini adalah ajakan ke korporasi dan individu buat ikut nyumbang. Ini langkah yang patut diapresiasi, tapi bakal lebih bagus kalau ada sistem transparan yang bikin orang yakin donasi mereka beneran sampai ke warga yang butuh.

Selain itu, warga juga harus dilibatkan, bukan cuma sebagai penerima manfaat, tapi juga dalam proses perbaikannya. Bisa lewat sistem gotong royong atau skema padat karya yang memberdayakan masyarakat setempat. Jadi, selain dapat rumah yang lebih layak, warga juga punya peran aktif dalam memperbaiki lingkungannya sendiri.

Kalau melihat angka backlog perumahan di Sumsel yang masih 323.377 KK, program ini sebenarnya baru langkah kecil dari perjalanan panjang. Artinya, kalau memang serius, bedah rumah ini harus jadi program berkelanjutan, bukan sekadar gebrakan sementara yang heboh di awal tapi redup setelahnya.

Jadi, buat Pemprov Sumsel, semangat ngebutnya oke, tapi jangan sampai habis di tengah jalan. Jangan cuma kejar angka buat pencitraan, tapi pastikan manfaatnya benar-benar dirasakan warga. Karena pada akhirnya, rumah layak huni bukan cuma soal punya atap di atas kepala, tapi juga soal hidup yang lebih aman, sehat, dan nyaman.[***]

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com