Pemerintahan

“Pantang Pulang Sebelum Padam (dan Sebelum Ego Turun Suhu)”

ist

KALAU ada pekerjaan yang bikin adrenalin naik kayak naik roller coaster tanpa sabuk pengaman, itu bukan jadi stand-up comedian di depan mantan, tapi jadi pemadam kebakaran.
Profesi ini cuma punya dua pilihan, antara lain cepat atau hangus, dan di antara dua itu, mereka tetap senyum,  walau keringat udah campur asap dan doa.

Nah, semangat itu yang jadi sorotan Wakil Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), H. Cik Ujang, saat menghadiri pelantikan Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Pemadam Kebakaran Indonesia (APKARI) Sumsel masa bakti 2025-2029, di Hotel Aryaduta Palembang, Rabu (15/10/2025).

Cik Ujang datang bukan sekadar nonton orang disumpah, tapi juga memberi api semangat minus kebakaran, tentu.
Dalam sambutannya, beliau menegaskan kalau peran pemadam ini nggak bisa diremehkan, apalagi cuma dianggap tukang semprot api. “Pemadam ini garda terdepan, mereka melindungi nyawa, harta benda, dan lingkungan,” tegasnya.

Beliau juga menambahkan kalau tugas mereka bukan cuma berat, tapi juga penuh risiko. “Bayangkan, mereka kerja saat semua orang lari. Saat orang lain sibuk nyari ember, mereka justru bawa selang,” ujarnya, disambut tawa dan tepuk tangan.

Tapi bukan Cik Ujang namanya kalau cuma kasih pujian, beliau juga kasih wejangan,  jangan cuma jago padamkan api, tapi juga cepat tanggap dalam pencegahan.
“Lebih baik mencegah kebakaran daripada sibuk menangani setelah api membesar,” katanya, sambil mengingatkan pentingnya edukasi dan budaya tanggap darurat di masyarakat.
Karena, kata beliau, kalau api udah keburu marak, jangankan sempat mikir asuransi, sandal jepit pun bisa tertinggal.

Di barisan tamu, hadir juga Ketua Umum DPP APKARI, pejabat Kemendagri, dan beberapa kepala OPD Pemprov Sumsel. Tapi sorotan utama tetap pada Kemas Haikal, Ketua APKARI Sumsel yang baru dilantik. Pria yang satu ini tampil berapi-api, ia cocok banget sama jabatan barunya.

Kemas Haikal bilang, kepengurusannya nggak mau cuma jadi pajangan piagam, mereka udah siap tancap gas dengan dua program utama, antara lain pertama, peningkatan kompetensi SDM lewat kerja sama pelatihan dan sertifikasi dengan Kemendagri tahun depan. Kedua, penambahan Pos Pemadam di Palembang, salah satunya bakal dibangun di kawasan Talang Putri, biar waktu tanggap mereka maksimal 15 menit dari laporan ke lokasi kejadian.

“Target kami jelas, yakni padam sebelum nasi jadi abu!” ujarnya, disambut tawa para undangan.
Lalu, ia menutup dengan kalimat yang langsung jadi slogan viral hari itu. “Semangat kami, pantang pulang sebelum padam, dan sekarang kita tambah, padamkan juga api ego sektoral!”.

Nah, kalimat terakhir ini bikin ruangan agak hangat, bukan karena AC mati, tapi karena maknanya dalem.
Soalnya, selain api di dapur warga, ternyata masih banyak api lain yang sering nyala di dunia birokrasi, yakni api ego, api gengsi, api rebutan kewenangan, sampai api “siapa yang paling berhak naik panggung duluan”.

Dan di sinilah APKARI bisa jadi contoh, bayangin kalau semua sektor kerja pakai semangat pemadam “pantang pulang sebelum padam”, bukan “pantang kerja sebelum rapat selesai”. Kebayang nggak, betapa damainya negeri ini kalau semua ego bisa didinginkan pakai hydrant kerja sama?

Sebenarnya, kerja pemadam itu bisa jadi cermin buat kita semua, mereka nggak peduli siapa yang punya rumah, siapa yang manggil, atau siapa yang nyiram duluan, yang penting api padam, semua selamat.
Bandingin sama urusan kantor, kadang yang dipadamkan malah semangat, bukan masalah.

Dan lucunya, kalau mereka bisa kerja di tengah kobaran api, masa kita yang kerja di ruangan ber-AC aja masih bisa “kebakaran emosi” cuma gara-gara printer macet?

Cik Ujang pun menutup pesannya dengan nada optimis, beliau berharap APKARI bisa jadi mitra strategis Pemprov Sumsel, bukan cuma di atas kertas, tapi juga di lapangan.
“Dengan semangat satu korps, satu standar, dan satu komando, kita bisa wujudkan pelayanan prima bagi masyarakat,” ujarnya.

Harapan itu bukan sekadar formalitas, tapi juga bentuk apresiasi bagi para pahlawan yang sering dilupakan, sebab jujur aja, kita baru ingat jasa pemadam kalau api udah nyala, dan lupa lagi saat api padam.

Mereka nggak pernah minta viral, nggak nuntut konten di TikTok, tapi kerja mereka nyata melawan panas demi kita yang pengin tetap adem.

Jadi, kalau nanti kamu lihat mobil merah lewat dengan sirene meraung di tengah malam, jangan cuma kesal karena suara bisingnya.
Ingatlah, di dalamnya ada orang-orang yang rela berjibaku demi memastikan api padam, bukan cuma api di rumah, tapi juga api di hati yang kadang ikut terbakar kalau liat bensin naik.

Dan kalau kata Kemas Haikal, sekarang waktunya kita semua belajar jadi pemadam juga, bukan pemadam api, tapi pemadam ego karena kadang yang bikin rusak bukan kebakaran di dapur, tapi kebakaran di kepala. Pantang pulang sebelum padam?, setuju!, tapi tambah satu lagi yakni pantang ngantor sebelum ego turun suhu!.[***]

Terpopuler

To Top