Palembang Terkini

Sepotong Pepaya di Halaman, Sejuta Harapan di Tangan Warga

ist

DI tengah hiruk-pikuk kota Palembang yang kadang lebih panas dari sambal ulekan mertua, datanglah kabar segar, seperti semangka di siang bolong Wali Kota Ratu Dewa resmi mencanangkan Gerakan Kota Palembang Menanam Buah, bukan menanam janji, bukan pula menanam utang, tapi buah-buahan beneran!

Acaranya dimulai dengan tanam-tanam manja di pelataran Masjid Agung. Ada rambutan, kelengkeng, mungkin sebentar lagi duren ikut nebeng, seperti orang tua yang bangga anaknya bisa nyiram tanaman, Pak Wali juga langsung turun tangan, bukan cuma kasih pidato sambil senyum tipis kayak di baliho.

“Palembang ini harus hijau, tapi yang berguna, jangan cuma tanaman hias, tanamlah yang bisa disantap,” begitu kira-kira makna ucapan beliau. Ini menarik, karena biasanya kota ditanami pohon-pohon yang daunnya doang yang rimbun, buahnya nihil, mirip janji kampanye kadaluwarsa.

Pepatah bilang, “Lebih baik menanam nangka di halaman sendiri, daripada menunggu mangga jatuh dari langit”. Maka langkah ini patut diapresiasi, siapa tahu kelak, kalau lapar tengah malam, tinggal petik jambu dari pekarangan, daripada nyalain ojek online sambil ngucek dompet yang tinggal berisi uang kembalian parkir.

Gerakan ini juga bisa jadi solusi diplomatis untuk tetangga-tetangga yang suka pinjam mangga tapi gak pernah balikin bijinya. Nah, kalau semua orang nanam sendiri, setidaknya budaya “meminjam buah permanen” bisa terkikis.

Kalau gerakan ini sukses, mungkin ke depan OPD gak cuma sibuk bikin laporan, tapi juga ngurusin siapa yang lupa nyiram pohon sawo di kantor. Camat bisa bagi-bagi bibit sirsak saat rapat mingguan. Dan bayangkan RT-RW bikin lomba buah paling cepat berbuah ngalahin sinetron stripping yang episodenya gak habis-habis.

Ini bukan sekadar gaya-gayaan, di tengah krisis pangan dunia, di mana harga cabai bisa mengalahkan kurs dollar, Palembang bisa jadi pelopor “urban farming” yang gak sekadar selfie di kebun, tapi juga panen serius. Ya, siapa tahu nanti muncul profesi baru  influencer buah lokal.

Wali Kota juga ngajak masyarakat, komunitas, sampai tingkat RT untuk berkolaborasi, dalam bahasa kerennya semua harus pegang cangkul, bukan cuma pegang mic. Kalau ini berhasil, barangkali satu kota bisa berubah jadi kebun buah berjamaah, bukan cuma taman kota yang rindang, tapi juga stasiun LRT bisa jadi tempat nyicip buah kersen sambil nunggu kereta.

Gerakan menanam buah ini adalah bentuk cinta paling manis, setelah teh manis buatan ibu, gerakan yang nggak cuma enak di konsep, tapi juga bisa dimakan hasilnya, karena sejatinya, kota yang hebat bukan yang penuh gedung tinggi, tapi yang halaman rumah warganya ditumbuhi pepaya tanpa ribut-ribut urusan tanah warisan.

Sambut langkah ini dengan riang, Warga Palembang, ambil cangkulmu!. Gali halamanmu!, tanam buahmu!, siapa tahu, 10 tahun lagi, ketika anak cucu kita tanya “Kenapa halaman kita penuh duku, Pak?”. Kita bisa menjawab dengan bangga “Karena dulu Wali Kota suruh tanam, dan Bapak ikut, bukan cuma ikut komentar di Facebook!”.

Karena seperti kata pepatah baru “Daripada debat tak berbuah di grup WA, mending tanam buah beneran di rumah!”.[***]

Terpopuler

To Top