Sumselterkini.co.id,- Di antara bunga anggrek plastik dan kipas angin yang setia bergoyang meski tak ada angin segar perubahan di luar, Griya Agung pagi itu seperti dapur strategi emak-emak. Tapi jangan salah, ini bukan arisan RT yang ujungnya undian loyang bolu. Ini Rapat Koordinasi (Rakor) TP PKK Sumatera Selatan yang serius tapi santai, macam acara talkshow yang dibuka dengan senyum dan ditutup dengan PR berjilid-jilid.
Duduk manis di sana, Ketua TP PKK Palembang, Dewi Sastrani Ratu Dewa, tampil dengan gaya elegan yang khas senyum penuh makna dan niat penuh aksi. Ia hadir bukan sekadar absen dan salaman formal, tapi betul-betul bawa semangat, kayak nasi bungkus yang datang dengan lauk lengkap dan sambal berapi.
“Kita siap bersinergi untuk menciptakan keluarga yang berkualitas dan sejahtera,” ujar Dewi, dengan suara mantap, seolah sedang menyampaikan strategi memenangkan lomba masak serba tempe tingkat provinsi.
Yang menarik, Dewi juga membawa kabar baik soal Posyandu. Dulunya Posyandu itu identik dengan kegiatan menimbang bayi yang sering kali bikin ibu-ibu deg-degan. Bukan takut bayinya kurang gizi, tapi takut berat badannya kalah saing sama anak tetangga. Sekarang, Posyandu sudah upgrade. Dari tempat nimbang bayi jadi one stop service ala kampung ada imunisasi, penyuluhan, bahkan konsultasi remaja dan lansia. Bisa dibilang, Posyandu kini seperti warung kopi edukatif semua umur boleh mampir, tapi pulangnya harus bawa ilmu.
“Posyandu itu ujung tombak,” kata Dewi. Dan benar saja, kalau kesehatan adalah rumah, maka Posyandu adalah pondasinya. Dan fondasi ini dibangun bukan pakai semen, tapi pakai semangat gotong royong dan cinta emak-emak yang pantang menyerah meski sendoknya sering hilang dicampur mainan anak.
Di sisi lain, Ketua TP PKK Sumsel, Febrita Lustia Herman Deru atau akrab disapa Bu Feby juga nggak kalah semangat. Setelah dilantik Februari kemarin, beliau langsung gercep keliling desa. Bukan sekadar nyapa warga atau cari pisang goreng favorit, tapi benar-benar mengecek langsung dapur kehidupan masyarakat.
“Rakor ini adalah momen menyamakan pandangan,” ujarnya. Bahasa kerennya alignment of vision. Bahasa emak-emaknya “ayo kita satu frekuensi, biar nggak kayak pengajian tapi beda juz.”
Bu Feby bahkan menantang semua Ketua PKK kabupaten/kota untuk segera menyusun program kerja tahun 2026 di pertengahan 2025 ini. Wah, ini semacam nyuruh anak nyiapin PR liburan sejak sebelum ulangan semester.
“Sedikit, tapi solid dan bergerak,” katanya. Kalimat ini seperti sambal terasi sederhana tapi nampol. Daripada banyak program tapi cuma numpuk di laci dan jadi kenangan tahun depan.
Dan yang paling lucu tapi penting, Bu Feby bilang “Tahu jumlah desa itu langkah awal.” Benar juga. Masa mau membina keluarga desa tapi nggak tahu desanya di mana? Sama aja kayak mau bikin rendang tapi nggak tahu beli daging di mana.
Rakor PKK kali ini bukan cuma ajang temu kangen emak-emak penuh semangat, tapi juga semacam brainstorming nasional berskala dapur desa. Di sana, Posyandu bukan lagi tempat nimbang bayi semata, tapi titik temu segala harapan. Dari imunisasi hingga motivasi, dari lansia hingga remaja, semua bisa ditangani di tempat yang dulunya cuma identik dengan balita nangis dan biskuit kacang.
Kalau kata pepatah PKK, “Di balik keluarga sehat, ada Posyandu yang kuat dan emak-emak yang tangguh.” Dan kalau semua program jalan seperti yang dicanangkan Bu Dewi dan Bu Feby, bukan tidak mungkin Sumsel jadi provinsi dengan masyarakat paling sehat, paling sejahtera, dan tentu saja… paling rajin datang ke Posyandu, walau cuma numpang tanya. “Bu, saya masih termasuk remaja nggak kalau umur saya 38 tahun tapi jiwanya muda terus?”[***]