Palembang Terkini

Menerangi Palembang dari Parkir Liar

ist

Sumselterkini.co.id, – KotaPalembang saat ini seolah sedang terjaga di antara dua dunia, yakni satu yang terang benderang dan satunya lagi yang terperangkap dalam kegelapan.

Di satu sisi, Wali Kota Palembang, Ratu Dewa tengah berusaha menghidupkan cita-cita kota yang tidak hanya dikenal dengan Pempek dan Jembatan Ampera, tapi juga dengan ketertiban dan penerangan yang memadai.

Namun, di sisi lain, parkir liar yang melambung tinggi dan lampu jalan yang redup seperti wajah yang terlupakan, masih menyelimuti wajah kota ini. Seolah menjadi pembelajaran dari pepatah lama.

“Jika rumah gelap, tak ada yang bisa dilihat, tapi kalau jalanan gelap, siapa yang akan datang?” Kota ini butuh lebih dari sekadar lampu yang menyala. Palembang membutuhkan perubahan yang terang, yang bisa dirasakan semua lapisan masyarakat.

Ratu Dewa tampaknya sedang memegang obor semangat, seperti Raja Salman memegang tongkat komando. Dalam rapatnya, ia menyoroti dua penyakit menahun Palembang  parkir liar dan lampu jalan yang temaram. Dua hal ini, kalau digabung, bisa menciptakan kesan kota yang “kumuh modern” macet di siang hari, seram di malam hari.

Bayangkan, katanya, di Jalan Sudirman dan Angkatan 45, kendaraan parkir semaunya, mirip ayam kampung cari makan serampangan dan tanpa koordinasi.

Bahkan di depan Indomaret dan Alfamart, tempat yang semestinya bebas biaya parkir, malah jadi ladang panen receh bagi oknum tak bertanggung jawab. Ini bukan cuma ganggu estetika kota, tapi bikin masyarakat meradang. Ibarat beli tahu isi, eh isinya parkir liar!

Kita tidak sedang mengada-ada, tengok  saja kota Bandung, yang sudah menertibkan area pusat kota dengan sistem zonasi parkir dan CCTV. Yogyakarta bahkan menambah personel Dishub dengan rompi terang menyala, yang kalau berdiri di tengah jalan, tampak seperti traffic cone hidup.

Lebih jauh lagi bisa dicontoh  luar negeri, sebut saja Tokyo adalah contoh ideal kendaraan tak parkir sembarangan karena sistem denda dan penarikannya sangat efisien, bahkan maling pun takut parkir sembarangan di sana. begitu pula Amsterdam , parkir jelas, tarifnya transparan, dan kalau melanggar, siap-siap digembok atau diderek.

Sementara di Palembang, masih banyak kendaraan yang parkir miring kaya bangunan miring Pisa. Tukang parkirnya entah dari mana, kadang pakai rompi, kadang pakai wajah nekat.

“Di mana bumi dipijak, di situ Dishub harus tegas menindak,” begitu kira-kira pepatah yang cocok untuk kondisi ini. Tak perlu banyak diskusi, langsung turun ke lapangan. Kalau ada lampu jalan mati, jangan tunggu malam mingguan, langsung ganti, kalau ada parkir liar, jangan tunggu viral di medsos, langsung sikat dech!

Ratu Dewa sudah mengancam kalau ada oknum Dishub yang “main-main” dengan urusan parkir, siap-siap diganti seperti lampu redup yang sudah lewat masa pakainya.

Tegas betul. Tapi ini perlu dikawal. Kita tak ingin biasanya, semangat pemimpin hanya jadi petasan tahun baru ramai sesaat, lalu sunyi kembali.

Soal penerangan jalan pun tak kalah penting. Palembang katanya mau dibuat terang benderang, sampai lorong-lorong pun disorot lampu. Rencananya, akan dibeli mobil crane dan motor kecil yang bisa masuk lorong, supaya perbaikan lampu bisa cepat. Teknologi baru pun disiapkan untuk masa depan. Kita harap bukan hanya lampu yang canggih, tapi juga niat dan integritas pengelolanya.

Bandingkan dengan Seoul yang malam harinya seperti siang bukan karena mataharinya dua, tapi karena pemerintahnya serius urusan lampu jalan.

Di Indonesia pun, di Semarang punya program “Kampung Terang” yang fokus pada lampu PJU di gang-gang kecil. Bahkan Makassar pernah bikin lomba kampung terang agar masyarakat ikut berperan.

Sementara kita? Masih berdebat lampu mati itu tanggung jawab Dishub atau PLN. Karena percuma saja pasang lampu LED super terang, kalau niatnya masih redup kayak sinyal HP di daerah rawa. Percuma juga rapat sampai lantai delapan, kalau parkir liar tetap berdiri di pinggir jalan sambil senyum-senyum. Maka dari itu, kota yang hebat bukan hanya kota yang dibangun vertikal ke atas, tapi juga yang punya etika horizontal tertib di jalan, terang di malam, dan bersih dari pungli.

Palembang jangan cuma jadi kota pempek dan Jembatan Ampera, tapi juga jadi kota yang nyaman tanpa klakson berkepanjangan dan jalanan gelap, sebab parkir liar itu seperti ketombe kecil, tapi bikin risih dan bikin orang malas mendekat. Maka, bersihkan sampai ke akarnya. Dan untuk lampu jalan? Jangan cuma terang saat peresmian, lalu redup saat pemadaman anggaran.

Karena seperti kata pepatah lama “Biar kecil asal bercahaya, daripada besar tapi meredup seperti janji kampanye yang tinggal bayangan.”

Jadi, pertanyaannya sekarang Palembang mau jadi kota yang terang dan tertib, atau tetap parkir semrawut dan gelap gulita tapi banyak alasan? Pilihan ada di tangan pemkot, dan mata rakyat, terang atau tidak, akan tetap melihat.[***]

Terpopuler

To Top