Sumselterkini.co.id, – Di balik pintu-pintu rumah warga di Kecamatan Ilir Timur Satu, ada harapan yang sedang tumbuh. Senin (17/3/2025), Ketua TP PKK Kota Palembang, Dewi Sastrani Ratu Dewa, melangkah dari satu rumah ke rumah lainnya, membawa lebih dari sekadar bantuan—ia membawa kepedulian. Dan sedikit drama, karena kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi?
Dewi dan timnya menyusuri lorong-lorong sempit dengan semangat pantang lelah. Terik matahari nggak jadi alasan buat berhenti, meskipun keringat sudah mulai bercucuran. Wajah-wajah penuh harap menyambut mereka di Jalan Kapten Anwar Sastro Lorong Kulit, Jalan Letnan Jaimas Lorong Bidan Asmawati, hingga Jalan Sei Telo. Setiap langkah yang diambil bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan hati—menyentuh langsung kehidupan mereka yang membutuhkan. Kadang ada yang menyambut dengan senyum lebar, kadang ada ibu-ibu yang matanya berkaca-kaca. Duh, hati siapa yang nggak meleleh?
Dengan tas berisi beras, telur, susu, dan kebutuhan gizi lainnya, Dewi tak hanya menyerahkan bantuan, tetapi juga duduk bareng para ibu. Mereka berbagi cerita, mulai dari soal anak yang susah makan, takut disuntik di posyandu, sampai harapan agar si kecil bisa tumbuh sehat seperti anak-anak lainnya. “Bu, anak saya makannya dikit banget, susah banget disuruh minum susu,” keluh seorang ibu. Dewi pun tersenyum, “Nggak apa-apa, Bu. Sedikit tapi sering, yang penting gizinya masuk. Kita usaha bareng-bareng, ya.”
“Alhamdulillah, anak-anak yang kita datangi tadi sudah menunjukkan perkembangan. Sedikit lagi, berat badan dan tinggi mereka bisa mencapai standar yang kita harapkan agar bebas dari stunting,” ujar Dewi dengan nada penuh optimisme. Senyum anak-anak yang menerima bantuan menjadi bukti kecil bahwa perjuangan ini tidak sia-sia.
Tapi jangan salah, ini bukan acara bagi-bagi bantuan terus selesai. Stunting itu masalah jangka panjang, bukan sulap yang bisa selesai dalam sehari. TP PKK bersama Pemkot Palembang memastikan bahwa anak-anak yang menerima bantuan akan terus dipantau sampai mereka benar-benar bebas dari risiko stunting. Perjalanan masih panjang, tapi kalau nggak dimulai dari sekarang, kapan lagi?
Dewi pun mengingatkan pentingnya peran orang tua dalam perjalanan ini. “Jangan lupa, selalu bawa anak-anak ke posyandu. Di sana, tumbuh kembang mereka bisa dipantau setiap bulan. Kita, dari PKK, kader-kader, dan puskesmas, akan terus bekerja sama untuk memastikan mereka tumbuh sehat dan kuat,” tegasnya. Artinya, jangan cuma berharap bantuan, tapi juga harus aktif memastikan anak-anak kita tumbuh optimal. Kalau anaknya sehat, yang bahagia bukan cuma mereka, tapi kita semua.
Ini bukan sekadar program bantuan. Ini adalah upaya nyata membangun generasi yang lebih sehat dan lebih kuat. Stunting bukan hanya soal angka, tapi tentang masa depan. Dengan mendekatkan diri langsung ke warga, mengetuk pintu dan hati, Pemkot Palembang membuktikan bahwa perang melawan stunting bisa dimenangkan—satu anak, satu keluarga, dan satu komunitas dalam satu langkah nyata. Jadi, yuk sama-sama berjuang! Karena kalau bukan kita, siapa lagi?
Blusukan seperti ini tentu patut diapresiasi. Sentuhan langsung dari pemimpin ke warga memberikan rasa peduli yang nyata, bukan sekadar angka di laporan. Anak-anak yang menerima bantuan bisa merasakan perubahan secara langsung, dan orang tua mereka pun merasa lebih diperhatikan.
Namun, program ini sebaiknya tidak hanya berhenti di pembagian bantuan. Ada beberapa hal yang bisa diperbaiki dan ditingkatkan. Pertama, edukasi tentang gizi seimbang harus lebih masif, bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga komunitas secara luas. Masalah stunting bukan hanya soal kurang makanan, tetapi juga kebiasaan makan yang kurang tepat.
Kedua, monitoring yang lebih sistematis diperlukan agar anak-anak ini tidak hanya mendapat bantuan sesaat, lalu kembali ke kondisi sebelumnya. Harus ada kerja sama erat antara PKK, puskesmas, dan warga agar hasilnya benar-benar maksimal.
Ketiga, pemerintah juga perlu mengatasi akar permasalahan yang menyebabkan stunting, seperti ekonomi keluarga dan akses ke makanan sehat. Bantuan yang diberikan bagus, tetapi jika orang tua masih kesulitan mencari nafkah atau harga makanan sehat tetap mahal, maka permasalahan ini akan terus berulang.
Keempat, blusukan semacam ini jangan sampai hanya menjadi ajang pencitraan. Memang, aksi turun langsung ke warga sangat penting, tetapi yang lebih penting adalah tindak lanjutnya. Jangan sampai setelah kamera dan media pergi, perhatian pun ikut hilang. Kepedulian terhadap anak-anak yang berisiko stunting harus berkelanjutan, bukan hanya muncul saat ada momen tertentu atau menjelang event besar.
Blusukan ini adalah langkah baik, tapi tetap harus diiringi dengan solusi jangka panjang agar anak-anak Palembang benar-benar bebas dari stunting, bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk masa depan mereka. Semoga aksi seperti ini terus dilakukan dengan inovasi yang lebih efektif dan menyentuh lebih banyak keluarga!.[***]
