Palembang Terkini

Darahmu Menentukan Warna Dunia (Dan Warna Bibirmu Setelah Donor)

ist

Sumselterkini.co.id, – Belum lama ini, matahari terik, tapi tetap bersemangat, di salah satu  Kantor Lurah yang lebih rame dari kedai kopi saat ada pertandingan Timnas, berkumpullah manusia manusia baik hati, dengan lengan digulung dan senyum mengembang demi satu tujuan mulia menyumbang darah, bukan menyumbang drama.

Acara ini bukan sekadar ajang pamer lengan dan tensi tinggi, tapi benar-benar aksi nyata dari Tim Penggerak PKK Kota Palembang bersama Kecamatan Ilir Timur II, yang rupanya sudah bosan jadi penonton sinetron penderita kekurangan darah di IGD. Digelarlah aksi donor darah dan pemeriksaan kesehatan gratis di Kantor Lurah 2 Ilir, Rabu, 19 Juni 2025, demi membantu PMI yang kantongnya kerap kali lebih tipis dari dompet tanggal tua, he..he..he.

Targetnya 160 kantong darah, bukan 160 kantong plastik belanja. Dan ini bukan target sembarangan, ini target mulia. Ketua TP PKK Palembang, Ibu Dewi Sastrani Ratu Dewa, dengan gaya khas emak-emak pemberani, bilang“Ini bukan acara seremoni semata, kami ingin ini jadi gerakan rutin. Bukan donor sekali, terus hilang seperti mantan waktu ditagih janji”

Ya, benar Bu Dewi. Sebab darah bukan seperti pulsa yang bisa kita isi ulang sendiri di minimarket. Kalau stoknya habis, yang kena bukan sinyal, tapi nyawa. Dan nyawa itu, konon katanya, lebih penting dari sekadar konten viral.

Camat Ilir Timur II, Pak Irman, juga nggak kalah semangat, dengan dada membusung dan suara meyakinkan, beliau bilang. “Antusias warga luar biasa, kesadaran tentang donor ini sudah mulai tumbuh. Mungkin dulu takut jarum, sekarang takut liat harga cabai, jadi mending donor aja”.

Ya, mungkin benar, donor darah sekarang jauh lebih menguntungkan ketimbang donor perasaan. Setidaknya setelah donor darah, kita dapat biskuit, teh manis, dan perhatian sejenak dari petugas medis. Kalau donor perasaan? Paling-paling dibalas “kita temenan aja ya…”

Saking ramainya, suasana Kantor Lurah berubah jadi seperti pesta, bedanya, yang ini nggak ada organ tunggal. Tapi ada alat tensi, ada cek kolesterol, bahkan ada yang tiba-tiba pingsan setelah sadar bahwa berat badannya naik 3 kilo padahal niatnya donor sambil diet.

Di balik banyolan itu, kegiatan ini menyimpan makna besar. Di Palembang, kebutuhan darah bukan cuma untuk kecelakaan atau operasi besar, tapi juga buat pasien rutin, kayak penderita thalassemia dan ibu-ibu melahirkan yang butuh darah lebih banyak dari yang dikira. Tapi stoknya sering seret, kayak air PDAM di musim kemarau.

Di sinilah peran orang-orang biasa menjadi luar biasa. Karena setetes darah bisa menyelamatkan nyawa, dan setetes humor bisa menyelamatkan suasana. Kalau bisa keduanya sekaligus? Wah, itu baru Palembang sejati.

Seperti kata pepatah modern “Lebih baik kehilangan darah di tempat donor, daripada kehilangan cinta di tangan orang ketiga”

Dan, jika kita merasa terlalu sibuk untuk menyumbang darah, mungkin suatu hari kita akan terlalu sibuk menyesal karena tak sempat membantu. Ingatlah!!, darah tidak bisa dicetak pakai printer 3D. Jadi selama nadi masih berdenyut, mari kita bagi, karena hidup ini tak selalu soal mengambil. Kadang, yang bikin kita bahagia justru saat kita memberi meski yang kita beri adalah darah, bukan uang arisan.

Di kota sebesar Palembang, kegiatan macam ini harusnya lebih sering digelar daripada rapat-rapat seremonial yang isinya cuma foto-foto dan sambutan sepanjang jalan kenangan. Kalau bisa, donor darah dijadikan semacam “festival rakyat” pakai hiburan, edukasi, bahkan lomba joget sehat habis donor (asal jangan salto).

He..he buat yang masih takut jarum, ingatlah… jarum suntik itu kecil, yang besar itu manfaatnya. Jangan sampai kita kalah sama nyamuk yang tiap malam nyedot darah tanpa izin dan tanpa pamit.

Mari kita beri darah, sebelum hidup kita kekurangan rasa peduli, dan semoga kegiatan macam ini bisa terus menetes… eh, maksudnya berlanjut, ke tiap kecamatan, RT, RW, bahkan sampai ke grup WhatsApp keluarga, karena kalau donor darah sudah jadi budaya, oleh sebab itu, Palembang bukan hanya terkenal karena pempeknya, tapi juga karena empatinya. Dan daripada darahmu cuma dipakai buat marah-marah di jalan atau debat di medsos, mending disumbangkan ke PMI. Setidaknya, darahmu bisa bikin orang lain hidup lebih lama, bukan bikin keributan lebih lama.

Setetes darahmu hari ini adalah napas terakhir yang tertolong besok, ingat, berbuat baik itu tak selalu pakai modal gede kadang cuma butuh lengan digulung dan hati yang mau peduli. [***]

Terpopuler

To Top