Sumselterkini.co.id, – Di satu pagi yang cerah dan tidak terlalu panas kira-kira suhu semangat masih 36 derajat normal Pak Sekda Palembang, Aprizal Hasyim, kembali blusukan. Tapi bukan blusukan ke pasar cari cabe rawit, melainkan blusukan ke Kecamatan bawa semangat apel. Bukan apel Washington yang manis, tapi apel pagi yang (semoga) bikin manis pelayanan publik.
Minggu ketiga ini giliran Kecamatan Kemuning yang jadi panggung. ASN di sana berdiri rapi, sebagian mungkin masih kaget karena semalam nonton sinetron sampai jam dua, eh pagi-pagi harus denger wejangan. Tapi ya beginilah hidup ASN zaman now, nggak cukup cuma bisa pake seragam dinas dan update story di TikTok dengan caption “Menuju pelayanan terbaik”. Kata Pak Sekda, ASN itu bukan soal gelar, tapi soal “geliat”, geliat kerja dan niat melayani.
“Banyak yang pengen jadi pejabat, lebih dari 600 orang. Tapi yang dikasih kesempatan ini ya harus kerja, jangan malah leha-leha,” ujar Pak Aprizal. Kalimat itu mungkin sederhana, tapi menampar halus seperti angin kipas angin merek lama pelan tapi bikin merinding.
Bener juga, kalau jabatan cuma dipakai buat gaya, mending sekalian buka butik aja sekalian. ASN itu bukan soal prestise, tapi prestasi. Kalau cuma jadi pejabat tapi bingung harus ngapain, itu kayak naik motor gede tapi gak bisa belok ngesot juga akhirnya.
Perumpamaannya begini ASN itu seperti sambal di nasi padang. Mungkin kecil porsinya, tapi kalau sambalnya enak, seluruh hidangan terasa sempurna. Tapi kalau sambalnya basi walah, nasi, rendang, dan dendengnya jadi sia-sia. Jadi ASN itu nggak harus viral, tapi harus vital.
Camat Kemuning, Pak Amiruddin, juga nggak kalah semangat. Beliau bilang ASN wajib hafal visi misi pemimpin, bukan malah sibuk hafalin jadwal cuti. Semua program unggulan Palembang—dari Palembang Sehat sampai Palembang Belagak—disosialisasikan. Masyarakat pun katanya antusias, mungkin karena program “Palembang Belagak” bikin warga bertanya-tanya, “Ini belagak yang positif atau belagak yang suka sok?” Tapi ya sudahlah, yang penting pelayanannya nyata, bukan hanya gaya.
Di sisi lain, program penurunan PBB juga lagi disiapkan. Katanya sih mau diturunkan Rp500 ribu. Tapi sabar dulu, ini bukan sulap. Butuh regulasi, dan regulasi itu kadang lebih rumit dari hubungan yang belum direstui mertua. Jadi kata Pak Sekda, pelan-pelan asal selamat, kayak nyebrang rel kereta api.
Mengutip kata Mahatma Gandhi, “Pelayanan tanpa kerendahan hati hanyalah kesombongan yang disamarkan.” Maka ASN jangan cuma sopan waktu ada atasan lewat, tapi galak waktu warga datang minta tolong.
“Good governance is perhaps the single most important factor in eradicating poverty and promoting development,” artinya “Tata kelola pemerintahan yang baik mungkin adalah faktor paling penting dalam menghapus kemiskinan dan mendorong pembangunan.” Kalimat ini disampaikan Kofi Annan, mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk menekankan, jika pemerintahan dikelola dengan baik jujur, transparan, akuntabel, dan efisien, maka kemiskinan bisa diberantas dan pembangunan bisa berlangsung dengan lancar.
Dengan kata lain, kalau pemerintah serius, tidak korup, dan benar-benar melayani rakyat, maka rakyat bisa hidup lebih baik, miskin berkurang, dan pembangunan jalan.
ASN itu bukan cuma profesi, tapi profesi+aksi. Jangan cuma keren pas apel, tapi lunglai pas diminta cetak KTP atau bantu urus bantuan. Kata pepatah, “Kalau tak sanggup jadi lilin yang menerangi, jangan malah jadi angin yang memadamkan.” Dalam konteks ASN, kalau belum bisa jadi solusi, ya jangan malah nambah birokrasi.
Dan ingat, pelayanan publik itu bukan tontonan drama, tapi aksi nyata. Kalau ASN-nya serius melayani, rakyatnya bisa tertawa lega. Kalau ASN-nya cuma sibuk pencitraan, rakyatnya malah pusing tujuh keliling.
Minggu depan apel lagi? Semoga yang hadir bukan cuma fisik, tapi juga nurani dan kopi di termos. Mau angle satir yang lebih liar atau mau dijadiin cerpen jenaka juga bisa, mau dilanjutkan ke versi kartun dialog pun boleh. Mau coba?.[***]