MESKI berada di pesisir, panitia pemilihan kepala desa Sungai Lumpur Kecamatan Cengal, Ogan Komering Ilir, Sumsel tidak ketinggalan soal inovasi. Untuk menghindari kecurangan dalam pemilihan kepala desa (Pilkades) yang diselenggarakan serentak pada Selasa, (12/10) kemarin, anak muda desa setempat membuat surat pemilihan yang sudah ditandai dengan barcode.
“Sistem IT ini terbukti, dapat menghindari seperti pemilih ganda dan pencoblos siluman. Karena semua sudah terdata disoftware, dan diberi barcode,” kata Anwar Ketua Panitia Pilkades Sungai Lumpur, Kamis, (13/10).
Anwar menceritakan gagasan ini muncul karena belajar dari penyelenggaran Pilkades di desa ini tahun sebelumnya yang bermasalah.
“Pilkades sebelumnya sempat ada persoalan saat penghitungan, untuk itu kami belajar jangan sampai terjadi kembali kendala serupa” terang dia.
Mata pilih ganda, surat undangan yang dipalsukan dan pemilih siluman (joki) jadi persoalan pilkades di desa-desa pesisir. “Kondisi geografis tentu persoalan kami di sini dan tidak mungkin panitia mampu mengenali satu persatu pemilih” terang Anwar.
Untuk itu, panitia desa sepakat membuat data base pemilih serta sistem scenerring undangan pilkdes. “Kita berdayakan anak muda desa yang belajar di Kota. Kita minta mereka pulang dulu membantu pelaksanaan Pilkades tahun ini” terangnya.
Program ini lalu digunakan di Desa Sungai Lumpur saat menggelar Pilkades. Menurut Anwar, inovasi ini mendapat dukungan dari calon kepala desa dan masyarakat.
“Alhamdulilah masyarakat dan para calon mendukung, sehingga kami melaksanakan pilkades tahun ini dengan tertib serta mematuhi protokol kesehatan” terang dia.
Aplikasi data base pemilih dan sistem scenerring pemilih pemilihan kepala desa Sungai Lumpur OKI ini dikembangkan oleh dua kakak beradik Givo Braders dan Kasogi Braders. Givo yang dihubungi melalui selulernya, Kamis, (13/10) menceritakan sistem yang dia buat bersama kakanya ini dikerjakan kurang lebih satu bulan. “Saya dan Kasogi (kakak) diminta membantu pelaksanaan pilkades di desa. Selaku anak muda desa kami terpanggil karena Pilkades tahun sebelumnya itu ada masalah” terangnya.
Givo menjelaskan data base yang mereka berdua buat terdiri dari data NIK, Umur, nomor pemilihan dan foto pemilih. “Data-data itu kita kumpulkan satu persatu lalu diolah kedalam data base. Outputnya adalah surat undangan yang berkode (barcode), ketika di scan akan muncul data dilayar” terangnya.
Kesulitan yang mereka hadapi jelas Divo, yaitu saat pengumpulan data. “Kami harus datangi satu persatu pemilih, untuk di foto. Ada 1.761 pemilih yang harus diinput datanya” terang dia.
Selain barcode di surat undangan juga tampil foto pemilih “Jadi panitia tidak kesulitan mengenali pemilih. Surat undangan juga tidak bisa dipalsukan atau dibawa orang lain” tambah dia.
Selain itu, keunggulan lain sistem ini saat penghitungan suara panitia bisa menghitung lebih cepat. “Saat penghitungan suara kita tinggal input masing-masing kartu suara ke sistem, jadi lebih cepat dari cara manual yang lambat juga rawan dengan adanya kecurangan” jelasnya.
Divo merasa senang karya mereka bisa membantu dan bermanfaat bagi warga desa.
Drs. H. Alamsyah, M. Si Kepala Dinas Perdagangan OKI yang bertugas memantau pelaksanaan Pilkades di desa setempat takjub dengan proses Pilkades dengan sistem tersebut. “Inovasi luar biasa dari panitia desa dengan sistem informasi yang digunakan seperti ini sangat kecil terjadi kecurangan,” terangnya.
Bukan saja bisa diterapkan di Kabupaten OKI terang Alamsyah. Sistem ini bisa menjadi model untuk pelaksanaan Pilkades di seluruh wilayah Indonesia yg secara rutin melaksanakan pilkades serentak terutama daerah-daerah yang rawan terjadi manipulasi data pemilih.
“Bahkan menurut saya KPU perlu mempelajari apa yg sdh dibuat dan dilaksanakan di pilkades Sungai Lumpur ini guna meminimalisir kecurangan dan juga meminilisir waktu kerja,” tutupnya.[***]
dra