Sumselterkini.co.id, OKI- Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan dari 32,2 persen pada tahun 2021 menjadi 15,1 persen di 2022. Angka prevalensi stunting di Kabupaten ini mampu di tekan sebanyak 17,1 % dalam jangka waktu satu tahun saja.
Hasil Survei Status Gizi (SSGI) yang diumumkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) itu menempatkan Kabupaten OKI sebagai daerah paling sukses menurunkan angka prevelensi status stunting di Sumatera Selatan. Atas upayanya Pemkab OKI menyabet dua penghargaan sekaligus dari Kepala BKKBN RI dan Gubernur Sumsel yang diserahkan pada acara Rakerda/Forum Koordinasi Program Bangga Kencana dan Program Penurunan Kasus Stunting Provinsi Sumsel Tahun 2023 di Hotel Novotel Palembang, Rabu (15/2/23)
“Kita patut berbangga dengan capaian ini, keberhasilan Kabupaten OKI menurunkan angka stunting sebanyak 17,1 % dalam kurun waktu 1 tahun menempatkan kita sebagai daerah yang paling signifikan dalam menurunkan angka stunting di Sumsel. Hal ini berkat kerja keras kita semua” Ujar Bupati OKI melalui Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan, Cholid Hamdan,
Ditempat yang sama Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten OKI M. Lubis, mengatakan penurunan signifikan angka stunting di OKI berkat upaya kolabaratif berbagai sektor.
“Penanganan stunting dari hulu ke hilir, secara konvergensi atau lintas sektoral,” ujar Lubis
Lubis menerangkan keseriusan Pemkab OKI dalam menyelesaikan persoalan stunting dimulai dengan dibentuknya Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tingkat Kabupaten dan Kecamatan serta Desa/Kelurahan oleh Bupati OKI.
Infrastruktur dan lembaga yang ada, lanjutnya, digerakkan untuk memudahkan menyelesaikan persoalan stunting. Dari lingkungan mulai dari air bersih, jamban keluarga, sanitasi, rumah yang sehat, kecukupan gizi ibu hamil dan balita melalui kerja terintegrasi dan terkonsolidasi.
Lubis menyebut Pemkab OKI juga mengerahkan sebanyak 1.806 orang Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang bertugas mendampingi 4.200 Rukun Tetangga (RT) tersebar di 327 desa di wilayah OKI.
“Mereka ini mendampingi keluarga yang dikategorikan mengalami stunting hingga rentan stunting agar ada perubahan perilaku agar hidup lebih sehat dan memperhatikan tumbuh kembang anak di 1.000 hari pertama kehidupan” jelas Lubis.
Kiat sukses lainnya penurunan stunting di OKI berkat pendampingan mulai dari hulu. Berkolaborasi dengan Kementrian Agama, Pemkab OKI menggagas program program “Cegah Stunting dan Tingkatan Kualitas Keluarga dengan Terencana” atau (Canting Kencana).
“Canting Kencana” itu pendampingan para calon pengantin. 3 bulan sebelum menikah, calon pengantin harus diperiksa kesehatannya dengan petugas kesehatan kalau anemia/kurang darah dan KEK (kurang gizi Kronis) diimbau untuk menunda kehamilan dulu demi kesehatan ibu dan bayi sampai gizi tercukupi” terang Lubis.[***]