Sumselterkini.co.id, OKI – Angka Stunting di Kabupaten Ogan Komering Ilir [OKI] turun sehingga tidak lagi menempatkan OKI sebagai daerah dengan kasus stunting terbanyak di Sumsel.
Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1). Berdasarkan SSGI tahun 2022 itu, prevalensi stunting di Kabupaten Ogan Komering Ilir turun dari 32,2 % di tahun 2021 menjadi 15,2 % atau sebanyak 17,1 % di tahun 2022 pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1/2023).
Penurunan stunting itu terjadi dimasa pandemi bukan terjadi di masa biasa. Oleh karenanya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengapresiasi daerah-daerah yang mampu menekan angka stunting secara signifikan.
Dia juga berharap di masa yang normal penurunan kasus stunting bisa lebih tajam lagi sehingga target penurunan stunting di angka 14% di 2024 dapat tercapai.
Penurunan signifikan stunting di OKI berkat upaya kolabaratif berbagai sektor.
“Penanganan stunting dari hulu ke hilir, secara konvergensi atau lintas sektora,l” ujar Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) OKI, Lubis ditemui Jum’at, (27/1/23).
Lubis menerangkan keseriusan Pemkab OKI dalam menyelesaikan persoalan stunting dimulai dengan dibentuknya Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tingkat Kabupaten dan Kecamatan serta Desa/Kelurahan oleh Bupati OKI.
Infrastruktur dan lembaga yang ada, lanjutnya, digerakkan untuk memudahkan menyelesaikan persoalan stunting. Dari lingkungan mulai dari air bersih, jamban keluarga, sanitasi, rumah yang sehat, kecukupan gizi ibu hamil dan balita melalui kerja terintegrasi dan terkonsolidasi.
Pemkab OKI juga mengerahkan sebanyak 1.806 orang Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang bertugas mendampingi 4.200 Rukun Tetangga (RT) tersebar di 327 desa di wilayah OKI.
“Mereka ini mendampingi keluarga yang dikategorikan mengalami stunting hingga rentan stunting agar ada perubahan perilaku agar hidup lebih sehat dan memperhatikan tumbuh kembang anak di 1.000 hari pertama kehidupan” jelas Lubis.
Kiat sukses lainnya penurunan stunting di OKI berkat pendampingan mulai dari hulu. Berkolaborasi dengan Kementrian Agama, Pemkab OKI menggagas program program “Cegah Stunting dan Tingkatan Kualitas Keluarga dengan Terencana” atau (Canting Kencana).
“Canting Kencana” itu pendampingan para calon pengantin. 3 bulan sebelum menikah, calon pengantin harus diperiksa kesehatannya dengan petugas kesehatan kalau anemia/kurang darah dan KEK (kurang gizi Kronis) diimbau untuk menunda kehamilan dulu demi kesehatan ibu dan bayi sampai gizi tercukupi,” terang Lubis.
Tim pendamping keluarga ini terdiri dari kader KB, bidan, TP PKK desa, Kantor Urusan Agama (KUA) yang bertugas memberikan edukasi dan konsultasi hingga pengecekan kesehatan calon pengantin.
Kabupaten OKI menurut Lubis optimis target nasional penurunan stunting 14 % pada tahun 2024 dapat dicapai.”Kita optimis dengan kekuatan kita bersama semuanya bisa bergerak. Angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama-sama,” ucap Lubis.[***]