|
KITA sudah sampai di penghujung tahun 2022 saja ya. Semoga kamu dalam kondisi sehat dan selamat, di tengah maraknya kejadian gempa dan erupsi gunung di berbagai wilayah belakangan ini.
Di bulan Desember ini, masih ada 1 gelaran penting lagi terkait lingkungan: Convention on Biological Diversity Conference of the Parties 15 atau disingkat CBD COP15. Berbeda dengan COP tahunan yang selama ini kita kenal, CBD COP15 fokus pada pembahasan tentang keanekaragaman hayati. Konferensi yang diselenggarakan oleh PBB di Montreal, Kanada ini sedang berlangsung hingga 19 Desember mendatang.
Kenapa CBD COP15 ternyata juga penting?
Diperkirakan ada 1 juta spesies yang berisiko punah secara global. COP ini adalah kesempatan bagi para petinggi dunia untuk mencapai kesepakatan selevel Perjanjian Paris – dalam bentuk kesepakatan yang terukur untuk menekan hilangnya keanekaragaman hayati di akhir dekade ini.
Indonesia sebagai salah satu negara yang punya keanekaragaman hayati yang kaya sudah seharusnya berkomitmen kuat untuk melindungi anugerah yang kita miliki ini, karena keanekaragaman hayati kita adalah investasi kini dan masa depan. Untuk melindungi keanekaragaman hayati dunia kita perlu melindungi minimal 30% dari luas lautan dan daratan kita dari aktivitas manusia yang merusak.
Cari tahu bagaimana CBD COP15 dapat membantu menghindari kehancuran alam di sini. |
Menanggapi dibukanya gelaran ini, Greenpeace Kanada membentangkan banner setinggi 14 meter di l’Anneau, Montreal.
Banner ini menggambarkan dua potensi masa depan bagi manusia dan planet. Setengah spanduk menggambarkan dunia yang sehat dengan manusia dan satwa liar berkembang biak; setengah lainnya ditandai dengan kerusakan dan degradasi lingkungan, di mana hanya kerangka dari spesies yang sama yang tersisa.
“COP ini dapat mengubah titik kritis menjadi titik balik bagi alam, dengan menghasilkan kesepakatan global yang ambisius,” kata Li Shuo, penasihat kebijakan global untuk Greenpeace Asia Timur yang berada di Montreal untuk konferensi tersebut. “Juga dengan menempatkan Masyarakat Adat dan komunitas lokal di pusat konservasi global dengan setidaknya 30% tanah dan air global dilindungi pada tahun 2030.”
Indonesia, yang menjadi bagian dari konferensi ini, bisa turut berkomitmen kuat dan terukur untuk menjaga keanekaragaman hayati yang masih tersisa. Karena tanpa keanekaragaman hayati, apa yang akan kita wariskan pada anak cucu kita tentang Indonesia di masa mendatang?
Salam hijau damai, Greenpeace Indonesia |
|
Jika proyek lumbung pangan Indonesia gagal, siapa yang bertanggung jawab memulihkan hutan? – The ConversationPasca kritik dari berbagai pihak termasuk Greenpeace Indonesia tentang kondisi sebenarnya Lumbung Pangan atau Food Estate di Kalimantan Tengah, peneliti dari Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) menjabarkan bagaimana kecarut-marutan dasar hukum pemulihan hutan jika proyek tersebut gagal. Berbagai aturan yang ada saat ini ternyata tidak cukup menjawab bagaimana masa depan hutan yang sudah dibuka tersebut bisa kembali ke sedia kala. |
|
Nature needs $384 billion annually by 2025, U.N. says – ReutersUnit pengawas lingkungan PBB menyebutkan bahwa investasi di bidang perlindungan dan pengelolaan ekosistem dunia perlu mencapai $384 miliar per tahun pada tahun 2025 untuk menjaga kita dari ancaman perubahan iklim dan hilangnya sumber daya alam. Saat ini, jumlah uang yang dikeluarkan secara global tidak lebih dari setengahnya – atau hanya $154 miliar per tahun. |
|
Climate Crisis: International court should play key role in delivering climate justice – Amnesty InternationalLewat siaran pers, Amnesty International mendukung seruan Mahkamah Internasional (ICJ) untuk mengeluarkan pendapat tentang tanggung jawab dan kewajiban negara seputar Krisis Iklim. Pendekatan berbasis Hak Asasi Manusia diharapkan dapat diterapkan oleh negara-negara untuk mengatasi ancaman nyata Krisis Iklim di depan mata kita. |