PUSLITBANG Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag telah mengembangkan Sistem Peringatan dan Respons Dini Konflik (M-Harmoni). Sistem ini sudah masuk tahap uji coba dan itu dilakukan melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Penguatan Kapasitas Aparatur Kementerian Agama, khususnya yang bertugas di KUA.
Bimtek yang berlangsung di Bandung ini digelar bekerjasama dengan Pusat Pengembangan dan Transformasi Masyarakat. Bimtek diikuti peserta perwakilan Kankemenag dan Kepala KUA se Bandung Raya.
“KUA adalah salah satu pusat layanan pemerintah di tingkat Kecamatan. Perannya sangat sentral dalam memperkuat ketahanan keluarga di Indonesia,” kata Sekjen Kemenag Nizar Ali saat memberikan materi tentang “Peran KUA sebagai Focal Point Penyelenggaraan Sistem Peringatan Dini dan Respon Dini Konflik Keagamaan dan Ekstremisme” di Bandung, Kemaren.
“KUA juga memiliki peran strategis sebagai penjaga kerukunan umat beragama,” sambung Nizar Ali.
Nizar Ali menyampaikan, tugas pokok penyuluh agama Islam adalah ikut mengentaskan buta huruf Al-Quran dan kepenyuluhan keluarga sakinah (ketahanan keluarga). Tujuannya, untuk membentuk keluarga sakinah.
Penyuluh juga bertugas dalam fasilitasi pengelolaan zakat, pemberdayaan wakaf, dan penyuluh produk halal. Termasuk tugas penyuluh juga, membina kerukunan umat beragama.
“Bahkan, penyuluh juga bertugas dalam mencegah berkembangnya ekstremisme dan aliran sempalan, hingga penyuluhan terhadap dampak penyalahgunaan Nafza, HIV/Aids,” papar Nizar Ali.
Dijelaskan Nizar, tanggung jawab para penyuluh di KUA memang cukup berat. Sebab, merekalah yang secara langsung bersentuhan dengan masyarakat.
Nizar Ali berpendapat, munculnya kekerasan di masyarakat disebabkan berbagai faktor, antara lain: masalah sosial ekonomi, politik, dan masih kuatnya rasa saling curiga di antara umat yang berbeda. “Disinilah peran penting para penyuluh. Sistem ini akan menyesuaikan kondisi di lapangan. Dan penyuluh di KUA sebagai ujung tombaknya,” kata Nizar Ali.
Kapus Litbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, M Adlin Sila menyampaikan, tujuan Bimtek adalah memberi pemahaman kepada para penyuluh agama di KUA terkait teknis deteksi dini potensi konflik bernuansa agama di tingkat kecamatan tempat mereka bekerja. “Mereka dilatih cara menginput data potensi ke aplikasi sistem deteksi dini atau early warning system (m-harmony) yang sudah di download di android masing-masing,” jelas Adlin Sila.
Sistem ini, kata Adlin Sila, akan membantu para pimpinan di Kemenag dari tingkat kecamatan hingga Pusat dalam mengambil kebijakan atau bentuk intervensi apa yang harus dilakukan secara on the spot jika ada laporan yang masuk ke server m-Harmoni. Jika masalah bisa selesai pada tingkat kecamatan, maka cukup kepala KUA yang bertanggungjawab menyelesaikannya.
“Namun, kalau tidak terselesaikan maka naik ke tingkat Kabupaten, dan begitu seterusnya,” tuturnya.
“Meminjam kata Pak LHS sebagai penggagas awal sistem ini, penyuluh agama harus bisa menyediakan data yang lebih cepat dan lebih rapih. Jangan kalah cepat dari wartawan dalam menyampaikan berita,” tambahnya.Kemenag (***) Ril