MUBA Terkini

Direksi BUMD Dikasih PR, Jangan Sampai Nilainya Cuma KKM!

ist

Sumselterkini.co.id – Kalau jadi pemimpin BUMD itu seperti jadi koki di dapur restoran mahal kalau masakan hambar dan pelanggan kabur, jangan salahkan garam. Begitulah kira-kira perumpamaan yang menggambarkan ketegasan Bupati Muba, H M Toha, saat mengumpulkan seluruh juru masak alias pimpinan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di ruang rapat utama.

Dengan wajah serius tapi tak kehilangan semangat pembangunan, beliau tak cuma menghidangkan wejangan, tapi juga menyajikan ultimatum beraroma cabe rawit, enam bulan atau selamanya terjebak dalam kutukan “jalan di tempat.”

Apa yang dilakukan Bupati Toha bukan sekadar gaya-gayaan atau latah birokrasi. Ini sinyal kuat bahwa era BUMD hanya sebagai papan nama dan tempat parkir jabatan sudah selesai. Kalau dulu rapat hanya ajang ngeteh sambil presentasi PowerPoint penuh jargon, kini para direktur ditantang untuk membawa hasil, bukan alasan.

Bayangkan, sudah dikasih modal, dikasih fasilitas, bahkan sebagian sudah punya anak perusahaan sendiri masa iya kontribusinya ke daerah masih seret kayak motor kehabisan oli?

Direktur Utama Petro Muba, Khadafi, tampak seperti siswa rajin yang duduk di bangku depan siap mendukung dan menyambut baik arahan Bupati.

Ia bahkan memamerkan empat anak perusahaan di bawah payung Petro Muba, yang seolah-olah berkata, “Kami ini bukan cuma besar di nama, tapi siap jadi raksasa kontribusi!” Tapi ya, kita semua tahu, punya banyak anak itu bagus, asal semua diberi makan dan tidak jadi beban dapur.

Salah satu anak yang ingin naik kelas adalah PT Muba Link, di mana Direktur Sumadi tampil penuh semangat, menyatakan niat untuk merombak dari hulu ke hilir [SDM, operasional, sampai keuangan]. Kalau ini serius, bukan tak mungkin PT Muba Link bisa jadi seperti Gojek versi Muba cepat, efisien, dan menghasilkan. Tapi kalau cuma semangat di mikrofon, ya ujung-ujungnya cuma jadi bahan rapat tahunan.

Apa yang dilakukan Bupati Toha adalah bentuk kepemimpinan yang paham medan. Beliau sadar, Muba tidak butuh BUMD yang sekadar punya papan nama dan seragam keren, tapi butuh mesin ekonomi lokal yang bisa berdetak kencang. Kalau BUMD terus ogah-ogahan, maka daerah hanya akan jadi penonton di tengah derasnya arus pembangunan nasional.

Dan tak lupa, dengan memberi batas waktu enam bulan, Bupati Toha seperti guru yang bilang “PR-nya dikumpul minggu depan, yang telat nilai nol.” Bukan untuk menakut-nakuti, tapi karena Muba ini butuh lompatan, bukan cuma langkah pelan.

BUMD memang bukan tempat magang. Ini adalah entitas bisnis yang harus untung dan memberi manfaat. Sudah bukan zamannya mengelola perusahaan daerah seperti mengelola warung kopi keluarga modal seret, manajemen kacau, dan laporan keuangan hanya setebal kuitansi parkir.

BUMD di Muba juga,  kini ibarat kue yang siap masuk oven. Tinggal pastikan resepnya benar, suhunya pas, dan loyangnya nggak miring. Kalau itu semua terpenuhi, maka hasilnya bukan hanya harum di dapur, tapi bisa dinikmati seluruh rumah.Dan ingat, di dunia usaha, yang bertahan bukan yang paling kuat, tapi yang paling siap berubah. [***]

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com