MUBA Terkini

Mimpi Baru dari Babat Toman

ist

Sumselterkini.co.id,  – Di Babat Toman, sebuah kecamatan yang kadang terdengar sunyi tapi penuh sensasi, ada satu nama yang bikin warga makin semangat bangun pagi, sosok itu adalah Heru Kharisma, Camat Babat Toman.

Bukan karena dia bagi-bagi sembako atau tiba-tiba jadi host acara dangdut RT, tapi karena gaya kepemimpinannya yang lincah kayak motor matic baru diservis. Masih muda, otaknya encer, senyumnya ramah, dan kalau jalan ke desa, warga bilang. “Ini baru camat, bukan cuma tanda tangan doang tapi juga tahu bau lumpur sawah!”

Suatu Rabu pagi yang cerah -cerahnya bukan karena matahari, tapi karena karyawan Dinkominfo lagi semangat ngopi. Camat Heru muncul di Live Podcast Gema Randik, program yang biasanya jadi latar suara kalau tukang fotokopi lagi ngantuk. Tapi kali ini beda. Semua telinga mendadak fokus. Bahkan Pak RW yang biasanya tidur di pos ronda, bangun dan pasang headset.

“Jabatan itu amanah,” kata Heru membuka siaran, “bukan sekadar posisi, tapi panggilan jiwa.”
Kalimatnya mantap, tapi gaya bicaranya tetap santai, kayak ngobrol sambil ngaduk teh manis di warung Uwak Sumi.

Ia bercerita soal perjalanan hidupnya dari bawah. Dulu cuma staf yang disuruh-suruh bikin kopi dan nganter berkas. Sekarang? Ya tetap bikin kopi, tapi sambil tanda tangan SK dan jadi bintang podcast.

“Jangan kira camat itu cuma duduk di balik meja. Saya ini ikut ronda, gotong royong, kadang ikut nyabutin rumput juga. Waktu warga nikah, saya ikut ngerapihin kursi. Waktu warga panen, saya ikut nyicip hasilnya,” katanya sambil ngakak.

Ema Ariani dari Dinkominfo yang duduk di sebelah, sempat nanya dengan mata melotot penasaran, “Pak, nyabutin rumput itu acara simbolis atau beneran?”

Heru jawab santai, “Lho ya beneran. Kalau simbolis, biasanya cuma pura-pura siram bunga lima detik. Ini saya sampai ketemu cacing beneran, Mbak.”

Lanjut bicara soal potensi kecamatan, Heru bilang Babat Toman itu ibarat kulkas penuh makanan  dari hasil pertanian, perikanan, sampai jajanan khas desa.

“Di satu desa ada kopi enak, di desa lain keripik pisang jantungnya bisa bikin orang kota lupa diet. UMKM kita ini lincah. Tinggal didampingi, dikasih akses pasar, dan jangan dikasih janji doang kayak mantan.”

Rencana pengembangan wisata desa juga jadi sorotan. “Bayangin kalau Babat Toman punya desa wisata yang bisa narik pengunjung. Bisa selfie di sawah, naik perahu di sungai, pulangnya bawa oleh-oleh. Ini bukan mimpi, ini peluang,” ucapnya sambil gaya presenter traveling.

Podcast makin panas, bukan karena cuaca, tapi karena Heru makin ngelantur dengan ide-ide segar. “Kita harus kerja bareng. Pemerintah gak bisa sendiri. Warga harus dilibatkan. Dunia usaha diajak ngomong. Jangan kayak grup WhatsApp keluarga yang isinya cuma stiker dan ucapan ulang tahun.”

Menjelang akhir sesi, Heru pun menutup dengan gaya khasnya  sederhana tapi bikin senyum. “Kalau kita kompak, Babat Toman bisa lari kencang. Kayak lomba karung tapi semua peserta gak jatuh. Intinya: kerja bareng, jangan saling jegal.”

Ema dari Kominfo mengangguk-angguk puas. “Pemimpin model begini yang kita butuhkan. Gak hanya bisa rapat, tapi juga bisa nyambung ngobrol sama rakyat. Dan bisa lucu pula bonus!”

Podcast berakhir. Tapi kesan dari Camat Heru tetap lengket di kepala pendengar. Muda, cerdas, dan bersahaja. Bisa ngomong serius tanpa bikin ngantuk, bisa bercanda tanpa kehilangan isi. Kalau semua pemimpin kayak Heru, mungkin yang demo-demo di jalan bakal berubah jadi flash mob atau pentas pantun.[***]

Terpopuler

To Top