Kuliner

CERITA BUMBU JUMAT BICIK MOYA : Laksan & Kisah Cinta yang Lembek tapi Tetap Lezat

ist

SEMUA bermula dari suara.
Bukan suara hati, bukan juga suara mantan yang tiba-tiba nelpon pas malam Jumat. Ini… suara rebusan santan yang mendidih pelan-pelan, seperti curhat emak-emak yang lagi nahan emosi liat cucian belum kering tapi cucu udah minta makan.

Bicik Moya tahu ini hari yang penting.
Hari Jumat, hari penuh berkah, dan yang paling penting… hari rebusan laksan.

Di dapur, pemandangan sudah seperti dapur kerajaan. Santan bergoyang pelan, cabe giling terdiam di mangkok seperti pasukan ninja, dan di tengah meja, potongan laksan berbaris rapi. Putih, lembek, dan penuh harapan.

“Laksan itu seperti kisah cinta yang udah lama… lembek, tapi kalau disiram kuah panas dan disayang bumbu, masih bisa menggugah rasa,” kata Bicik sambil mengaduk pelan.

Laksan bukan makanan biasa. Ia seperti puisi sedih yang dicelup ke dalam santan. Teksturnya lembut, tapi kalau salah cara makan, bisa jadi seret dan menyesakkan. Persis seperti hubungan yang belum selesai tapi udah keburu nikah sama yang lain.

Bicik Moya duduk di bangku dapur, menatap mangkuk. Matanya berkaca-kaca, bukan karena cinta… tapi karena bawang.

“Orang bilang cinta itu seperti pempek. Tapi buat aku, cinta itu laksan. Lembut, datar, kadang hambar, tapi begitu disiram kuah hangat dan dicocol sambal, beuh… bahagia bisa tumbuh pelan-pelan.”

Bahan Laksan:

  1. 200 gram tepung sagu/tapioka
  2. 300 gram ikan giling (boleh ikan gabus, kakap, atau ikan yang belum trauma)
  3. 1 sdt garam
  4. 1/2 sdt penyedap (opsional, kalau hidupmu butuh dorongan kecil)
  5. Air hangat secukupnya (untuk menguleni)
  6. Campurkan semua bahan, uleni sampai kalis seperti hubungan yang udah jelas tujuan akhirnya.
    Bentuk lonjong memanjang seperti pempek lenjer. Rebus dalam air mendidih sampai mengapung, lalu angkat dan tiriskan.
    Dinginkan, lalu potong-potong 1 cm.

Bahan Kuah Santan:

  1. 500 ml santan (dari 1 butir kelapa atau pakai instan, asal jangan instan cintanya)

  2. 5 siung bawang merah

  3. 3 siung bawang putih

  4. 1 sdt ketumbar bubuk

  5. 1 ruas kunyit segar

  6. 1 ruas lengkuas, geprek

  7. 2 lembar daun salam

  8. 2 sdm ebi, rendam & haluskan

  9. 1 sdt garam

  10. 1/2 sdt gula

Tumis bumbu halus (bawang merah, putih, kunyit, ketumbar, ebi) sampai wangi.
Tambahkan santan, salam, dan lengkuas. Aduk terus biar santan gak pecah, kayak hubungan yang terlalu cepat dipanasin.
Masak sampai mendidih dan harum menggoda.

 Sambal Pelengkap:

  1. 10 buah cabai rawit merah

  2. 1 siung bawang putih

  3. Garam secukupnya

  4. Sedikit air panas

Rebus cabai dan bawang, lalu ulek sampai halus. Tambahkan air panas.
Sambal ini buat kamu yang suka pedas dan drama.

Cara Penyajian:

  1. Potong laksan yang sudah dingin dan matang.

  2. Susun di mangkuk seperti menyusun kenangan masa lalu.

  3. Siram dengan kuah santan panas yang gurih.

  4. Sajikan dengan sambal di samping, plus taburan cinta yang tulus.

Tips Bicik Moya:

  1. Jangan terlalu banyak tepung, nanti kisah cintamu jadi keras dan susah dikunyah.

  2. Kalau kuah santan pecah, bisa jadi kamu kurang sabar. Ingat, aduk terus… kayak komunikasi dalam hubungan.

  3. Laksan bisa disimpan di kulkas, tapi jangan disimpan bareng foto mantan. Bahaya.

Catatan akhir
“Cinta yang lembek bukan berarti lemah. Kadang, ia cuma sedang menunggu kuah hangat yang pas.”

Kalau Jumat depan kau mencium aroma santan dan rasa rindu, bisa jadi itu bukan dari warung sebelah. Bisa jadi itu… Bicik Moya lagi masak.
Laksan & cinta—keduanya tak bisa tergesa-gesa.[***]

Rubrik Cerita Bumbu Jumat Bicik Moya adalah racikan fiksi kuliner yang ditumis dengan bumbu banyolan, disiram saus imajinasi, namun tetap menyajikan resep nyata dari dapur Khas Palembang & Nusantara. Bacalah dengan hati ringan dan perut kosong.

Terpopuler

To Top