Sumsellterkini.co.id, Sekayu- Pengendara mobil yang melintas dari Palembang menuju Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin [Muba], maupun dari arah lintas daerah sebaliknya menuju Sekayu akan disajikan pemandangan kuliner khas Sekayu, yakni Ikan Salai yang merupakan ikan bakar yang diolah secara tradisional.
Terlebih, kalau melintas di kawasan Lumpatan-Bailangu mata akan melihat berjejer rapi pondok-pondok yang menjual ikan Salai tersebut. Ikan Salai yang diolah pun berasal dari berbagai macam ikan khas Sekayu yakni diataranya Salai Patin dan Salai Baung.
“Untuk menghasilkan ikan asap yang bermutu tinggi sebaiknya digunakan jenis kayu yang mampu menghasilkan asap dengan kandungan unsur phenol dan asam organik tinggi, karena kedua unsur lebih banyak melekat pada tubuh ikan dan dapat menghasilkan rasa, aroma maupun warna daging ikan asap yang khas, seperti jenis kayu leban atau tembesu,” ungkap Kabag Humas Pemkab Muba, Herryandi Sinulingga AP.
Tingginya permintaan masyarakat akan ikan salai ini membuat Bumdes Maju Bersama, Desa Bailangu Timur Kecamatan Sekayu berinisiatif membuka unit usaha pengelolaan dan penjualan Ikan Salai dalam Kemasan. Setelah disetujui dalam musyawarah Desa, Bumdes yang dimotori oleh Epriadi ini mulai merangkul dan membina beberapa kelompok usaha pengrajin ikan salai untuk ikut terlibat dalam proses produksi di rumah produksi Salai Bailangu.
Dalam proses produksinya, Epriadi menjelaskan bahwa metode produksi ikan salai dilakukan dengan cara proses pengasapan, yaitu dengan meletakkan ikan yang akan diasap agak jauh dari sumber asap (tempat pembakaran kayu) dengan jarak lebih kurang 1 meter dengan suhu sekitar 40 – 500C dengan lama proses pengasapan selama 20 jam – 30 jam. Setelah melalui proses pengasapan, ikan selanjutnya didinginkan dengan cara digantung atau disusun didalam ruangan selama 24 jam. Proses ini diakhiri dengan mengemas ikan salai dalam kemasan kotak dengan berat 250 gram.
Epriadi juga menjelaskan bahwa harga jual ikan salai memang termasuk tinggi. Namun, dengan strategi menjual dalam kemasan 250 gram, harga jual menjadi lebih ramah dikanton pembeli sehingga kesan bahwa Ikan Salai itu mahal tidak lagi dirasakan pembeli. Di Bumdes Maju Bersama sendiri, ikan salai Baung dijual perkotak dengan harga Rp 75 ribu, Lais Rp 80 ribu, Patin Rp 65 ribu, dan Gabus Rp 65 ribu. “Tingkat penjualan saat ini baru mencapai 10-15 kotak perhari.” Ungkap Epriadi. Sedangkan pembeli yang datang, selain penduduk dari daerah Sekayu, juga dsri orang-orang dari daerah lain yang melintas, lebih ramai lagi pembeli kalau saat bulan puasa.
Namun yang menjadi kendala saat ini adalah apabila sedang memasuki musim hujan seperti sekarang, ketersediaan Ikan dengan ukuran yang memenuhi standar produksi menjadi susah didapat karena arus air sungai yang menjadi lebih deras sehingga Ikan susah diperoleh.
Kepala Dinas PMD Kabupaten Musi Banyuasin, H. Richard Chahyadi, AP. M.Si mengatakan bahwa kedepan nanti, Pemkab Muba melalui Dinas PMD akan berupaya memberdayakan masyarakat Bailangu Timur dan sekitar melalui program-program pemberdayaan agar Budidaya Ikan Air Tawar melalui kolam-kolam terpal dapat membangu ketersediaan bahan baku ikan yang dibutuhkan Bumdes Maju Bersama dan kelompok lain yang memiliki usaha Produksi Ikan Salai.
“Bumdes dan Kelompok Usaha di Lumpatan, Bailangu dan Bailangu Timur pernah mencoba Budidaya Ikan Air Tawar melalui keramba-keramba di sepanjang aliran Sungai Musi, namun mengalami kegagalan dengan tingkat kematian ikan yang tinggi. Karena itu, kelompok-kelompok tersebut akan kita coba untuk dibina melalui Budidaya menggunakan media kolam terpal.” ujar Richard.[**]
Penulis : win