Kesehatan

Waspa, Cacar Monyet Dapat Menular

WHO terus memberikan peringatan akan bahaya penyakit menular. Kali ini adalah cacar monyet. Bila tak waspada bisa menular lewat berbagai festival musim panas 2022 Eropa sehingga harus selalu waspada.

Lonceng peringatan waspada kembali dibunyikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kali ini yang disebut WHO sebagai outbreak (kejadian luar biasa) adalah cacar monyet (monkeypox). Status outbreak ini disematkan karena secara tiba-tiba muncul kasus cacar monyet di 12 negara di luar kawasan endemiknya, di sekitar Afrika Tengah (Subsahara), sepanjang Mei 2022. Peringatan itu dibunyikan sejak 13 Mei lalu.

Dalam update yang dirilis pada 20 dan 21 Mei 2022, WHO menyatakan bahwa sampai hari itu cacar monyet sudah masuk ke delapan negara Eropa, antara lain, Inggris, Denmark, Prancis, Spanyol, dan Portugal. Penyakit ini pun dilaporkan telah menembus Israel, Amerika Serikat, Australia, dan Kanada. Jumlah kasus positif monkeypox itu mencapai 92, dan ada lebih dari 50 suspek. Sejauh ini, tak ada korban jiwa.

Penyebutkan sebagai outbreak itu, menurut WHO, dimaksudkan sebagai cara untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan masyarakat dunia akan adanya penyebaran cacar monyet dengan cakupan wilayah yang luas. Sebagian pasien cacar ini diidentifikasi sebagai pelaku perjalanan internasional yang punya riwayat perjalanan ke daerah endemiknya, yakni sekitar Nigeria, Central Afrika, Kongo. Namun, sebagian lainnya tidak punya catatan berkunjung ke negera-negara tersebut, dan belum diketahui dari mana sumber penularannya.

Dari tes PCR dan genome sequencing yang dilakukan oleh otoritas kesehatan di beberapa negara Eropa Barat, terkonfirmasi bahwa para suspek cacar monyet itu memang terinfeksi virus Orthopoxvirus dari famili Poxviridae. Virus cacar monyet ini diketahui menular lewat mulut atau hidung. Droplet yang terbang dari mulut atau hidung penderita dan segala cairan tubuh penderita adalah sumber penularan karena membawa koloni virus. Maka, benda-benda seperti sarung bantal dan sprei pun dicatat berpotensi membawa penularan.

Hewan seperti monyet, tikus, dan tupai, juga telah diketahui bisa menularkan virus ini. Nama, virus monyet itu sendiri muncul karena kuman ini juga menyerang monyet. Dia zoononic, penyakit yang dapat ditularkan dari hewan pada manusia atau sebaliknya. Namun, sejauh ini terkonfimasi bahwa penularan pada pasien itu terjadi karena kontak fisik langsung dengan penderita cacar monyet.

Alur penularan atas 92 kasus mongkeypox dan 28 suspek itu terus dipantau untuk mengantisipasi kemungkinan penularan melalui cara-cara yang di luar kebiasaan. Lewat pemeriksaan itu tercatat beberapa pria pelaku LGBT termasuk dalam daftar korban infeksi, dan WHO menyatakan mereka bukan kelompok eksklusif dalam cakupan penyakit. Cacar monyet ini bisa menyerang siapa saja, di mana saja, juga kapan saja. Cacar monyet itu tak ditularkan melalui hubungan seksual, melainkan lebih pada kontak kulit ke kulit.

Pemerintah Australia mengumumkan bahwa seorang pria usia 30-an asal Melbourne tertular oleh virus cacar monyet ini. Seperti disampaikan ke publik oleh Departemen Kesehatan Negara Vicoria, pria itu mulai sakit sejak 16 Mei 2022. Ia punya catatan perjalanan dari London, dan tiba kembali ke Melbourne pada 14 Mei 2022. Korban kembali ke Australia dengan pesawat terbang rute London–Abu Dhabi–Melbourne.

Kini laki-laki tersebut ada ruang isolasi di sebuah rumah sakit di Victoria. Kalau mengacu inkubasi penyakit ini antara 5–21 hari kemungkinan ia tertular dari London. Belum ada keterangan apakah ia melakukan kontak dengan orang yang bergejala di London, atau tertular melalui barang-barang yang terkontaminasi oleh virus cacar.

Pada saat yang sama, Pemerintah Negara Bagian New South Wales (NSW) Australia melansir kabar bahwa seorang pria yang baru tiba dari Inggris mengalami gejala khas monkeypox. Ia kini berstatus suspek sampai terbukti dari tes genomiknya. Pemerintah Inggris sendiri mencatat, per 21 Mei 2022 ada 20 orang penderita cacar monyet. Semuanya dilaporkan mengalami serangan ringan (mild).

Dirilis oleh United Kingdom Heatlth Security Agency (UKHSA) bahwa gejala umum cacar monyet ini adalah munculnya demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, meriang, dengan pembengkakan getah bening di leher. Dua-tiga hari berikutnya, pasien akan mengalami ruam dan sering dimulai dari wajah lalu menyebar ke bagian tubuh lain.

Ruam atau lesi itu cepat berkembang menjadi papula (lesi terangkat), lalu muncul vesikel (benjolan dengan cairan bening), yang kemudian berubah jadi pustula (cairan berubah keruh). Pustula pecah dan menjadi keropeng (luka kulit yang kering) yang secara bertahap menghilang dalam 2–4 pekan meski tanpa pengobatan. Gejala yang membedakannya dengan cacar air yang telah ada sejak ratusan tahun adalah pada cacar monyet pembengkakan muncul pada kelenjar getah bening.

Di Nigeria, negara endemik dengan rata-rata 3.000 kasus cacar monyet per tahunnya, dikenal dua clade (klan), yakni Clade Afrika Barat dan Clade Congo. WHO memastikan, yang kini menyebar ke berbagai negeri barat itu adalah varian Afrika Barat. Di negara-negara Afrika itu tingkat kematian akibat cacar monyet bervariasi. Dalam situasi yang ekstrem, tingkat kematian dari Clade Afrika Barat sebanyak tiga persen, sedangkan yang Clade Kongo bisa mencapai 10 persen. Cacar ini bisa menimbulkan gejala berat di kalangan anak-anak, ibu hamil, dan orang-orang dengan kelainan kekebalan tubuh.

WHO tak mengeluarkan panduan yang terlalu spesifik dalam kasus cacar monyet ini. Penyakit ini bukan wabah baru. Pada kurun 2018–2019 cacar monyet, menurut WHO, sempat menyelinap ke Inggris, Israel, dan Singapura, tapi kemudian hilang tanpa jejak. Setelah kejadian pandemi Covid-19, WHO pun lebih aktif membunyikan lonceng peringatan bagi penyakit yang berpotensi menjadi wabah, seperti cacar monyet dan sebelumnya hepatitis akut. Keduanya kini dalam pantauan para ahli di WHO. Global health kini menjadi isu utama di tengah pergaulan masyarakat dunia.

Seperti pada Covid-19, yang disampaikan WHO kepada nnegara-negara anggotanya ialah langkah surveilans untuk semua penyakit menular, termasuk yang terbaru ialah hepatitis akut serta cacar monyet itu. Anjuran WHO masih di sekitar surveilans, testing, tracing, dan treatment (pengobatan), termasuk isolasi bagi yang terkena penyakit menular.

Seruan kehati-hatian itulah yang kini digaungkan UKHSA, salah satu pemegang otoritas kesehatan di Inggris. Musim panas 2022 sudah di depan mata. Seiring meredanya pandemi Covid-19, berbagai macam festival dan perayaan akan digelar di Inggris dan negara Eropa lainnya. Penyakit-penyakit menular memang tak perlu dilibatkan dalam festival.Indonesia.go.id (***)

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com