JIKA sakit gigi, rasanya dunia mendadak jadi sinetron penuh derita, mau makan nggak enak, mau tidur nggak nyenyak, bahkan senyum pun jadi irit. Anehnya, meski sudah tahu sakitnya seperti ditusuk paku payung, kebanyakan orang Indonesia masih santai aja.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) bikin kita garuk-garuk kepala, 57% penduduk usia di atas tiga tahun punya masalah gigi, tapi cuma 11,2% yang cari pengobatan. Artinya, dari 10 orang yang giginya bermasalah, cuma satu yang akhirnya ke dokter. Sisanya? Ya cukup ditemenin obat pereda nyeri yang jadi “pacar setia” tiap sakit gigi kambuh.
dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes bilang kebiasaan ini berbahaya. “Kalau sakit gigi hilang dengan obat pereda nyeri, biasanya masyarakat tidak melanjutkan pengobatan. Padahal masalah giginya tidak selesai,” ujarnya dalam rilis resmi di laman kemkes.go.id.
Coba bayangkan gigi kita seperti barisan tentara. Kalau satu lubang, semua pasukan bisa goyah. Gigi bolong bukan sekadar “aib kosmetik”, tapi bisa memicu penyakit lain.
Infeksi gigi bisa merembet ke jantung, pada ibu hamil, bahkan bisa mengancam janin. Ngeri, kan? Jadi, jangan remehkan sakit gigi. Itu bukan sekadar “nyut-nyutan di pojokan”, tapi alarm tubuh kalau ada bom waktu kesehatan.
Pepatah Jawa bilang, “Witing tresno jalaran soko kulino”, kalau kita terbiasa meremehkan hal kecil, lama-lama kita jatuh cinta pada masalah besar, termasuk soal gigi ini.
Mayoritas orang Indonesia rajin gosok gigi pagi hari saat mandi dan malam sebelum tidur, kedengarannya bagus, kan? Sayangnya, yang benar adalah menyikat gigi setelah makan.
Lebih parah lagi, waktu gosoknya cuma sekitar satu menit, itu ibarat kamu nonton film Marvel cuma lihat opening logo, lalu langsung cabut. Padahal dokter gigi menyarankan minimal dua menit biar semua sisi gigi bersih.
Bayangkan gigi kayak jalan tol, kalau cuma disapu setengah hati, masih ada lubang-lubang kecil yang bikin “ban bocor”.
Nah, biar nggak jadi langganan tukang tambal gigi, coba terapkan tips berikut:
-
Sikat gigi setelah makan – Jangan tunggu malam, nanti plak keburu pesta pora.
-
Durasi minimal dua menit -Anggap aja kayak karaoke, refrein dua kali biar puas.
-
Pakai benang gigi – Sisa makanan di sela gigi itu kecil, tapi efeknya bisa segede utang kartu kredit.
-
Kontrol ke dokter gigi 6 bulan sekali -Jangan tunggu gigi berasa dihantam palu Thor dulu.
-
Kurangi manis-manis – Ingat, semanis apapun makanan, kalau bikin gigi bolong, senyum kamu bisa hambar.
Ketua Umum PDGI, drg. Usman Sumantri, menyebutkan cuma 2,8% masyarakat menyikat gigi dengan benar di waktu yang tepat. Angka ini bikin kita terdiam, ternyata masalah gigi bukan cuma soal “malas gosok gigi”, tapi juga literasi kesehatan yang rendah.
Pemerintah sudah berusaha lewat program pemeriksaan gratis yang juga mencakup gigi. Tapi kalau pola pikir masyarakat masih “selama bisa ditahan, kenapa harus berobat?”, ya sama aja kayak pasang AC tapi jendela tetap dibuka.
Solusinya?, kolaborasi, pemerintah, dokter gigi, media, bahkan sekolah harus bareng-bareng bikin edukasi kreatif. Misalnya, kampanye gosok gigi 2 menit bisa dibikin challenge seru di TikTok, anak muda lebih suka ikutan tren ketimbang diceramahi.
Misalnya sebut saja Andi, bocah SD yang hobi jajan es teh manis depan sekolah, setiap hari giginya kena serangan gula, tapi gosok giginya cuma sebentar, kadang lupa. Tiga bulan kemudian, giginya bolong. Awalnya dibiarkan, sampai akhirnya sakitnya bikin dia nangis semalaman.
Ibunya panik, bawa ke dokter gigi, ternyata harus ditambal. Biayanya?, lumayan bikin kantong kaget, kalau saja Andi rajin sikat gigi setelah makan, mungkin uang tambal bisa dipakai buat beli sepatu baru.
Cerita ini sederhana, tapi nyata terjadi di jutaan rumah di Indonesia.
Sakit gigi itu ibarat utang kecil yang diabaikan, semakin lama ditunda, bunganya makin mencekik. Jadi sebelum menyesal, rawat gigi mulai sekarang. Oleh sebab itu, perlu mencegah jauh lebih murah daripada mengobati.
Pepatah bilang, “Air beriak tanda tak dalam, gigi berlubang tanda kurang perhatian”, jangan tunggu senyum manismu berubah jadi senyum getir. Ingat! Indonesia hebat dimulai dari menjaga kesehatan gigi dan mulut.[***]