KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya agar kegiatan optimalisasi reproduksi pada Sapi dan Kerbau dapat tetap berjalan meskipun dalam kondisi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sekarang ini sedang mewabah.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, di Kantor Pusat kementerian Pertanian, Sabtu (4/6/2022).
Menurut Agung, Kementan saat ini sedang berupaya melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk pelaksanaan semua kegiatan, terutama untuk kegiatan optimalisasi reproduksi pada ternak sapi/kerbau agar tetap aman di tengah PMK,” ungkap Agung.
“Kita lakukan peningkatkan kapasitas pengetahuan petugas inseminator dan petugas pemeriksa kebuntingan karena mereka yang kontak langsung, baik dengan peternak maupun juga dengan ternaknya,” ungkap Agung.
“Kita berupaya agar petugas ini bisa meminimalisir penyebarluasan penyakit, karena seperti kita ketahui petugas bisa menjadi media penularan juga,” imbuhnya.
Agung mengatakan, upaya itu dilakukan dengan harapan agar mampu memberikan layanan untuk mendukung program SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Andalan Negeri). Terlebih, pada saat wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
“Kita harapkan dengan meningkatnya kapasitas petugas lapangan dan tenaga inseminator, maka upaya untuk mempercepat peningkatan jumlah populasi ternak besar yakni sapi dan kerbau tidak terhalang meskipun ada PMK,” ucap Agung.
Ia menjelaskan, capaian kinerja SIKOMANDAN Nasional tahun ini hingga dengan 26 Mei 2022 untuk realisasi akseptor 1.609.794 ekor atau setara 39,86 persen dari target, realisasi kelahiran sebesar 1.081.444 ekor atau sebesar 42,32 persen dari taget dan realisasi pemeriksaan kebuntingan sebesar 718.724 ekor.
Kemudian capaian untuk Provinsi Jawa Timur, berdasarkan laporan 26 Mei 2022, realisasi akseptor 746.330 ekor atau setara 37,60 persen dari target, realisasi kelahiran sebesar 500.558 ekor atau sebesar 39,83 persen dari taget dan realisasi pemeriksaan kebuntingan sebesar 326.584 ekor.
“Untuk Jawa Timur dengan jumlah petugas inseminator sebanyak 1.469 orang dan PKb sebanyak 1.409 orang diharapkan dapat mencapai target yang telah ditetapkan dalam program SIKOMANDAN,” imbuhnya.
Agung menyampaikan, dengan kondisi wabah saat ini, optimalisasi reproduksi sebagai garda terdepan pendukung Program SIKOMANDAN harus tetap berjalan dengan melakukan berbagai penyesuaian.
Misalnya, petugas harus tetap memberikan pelayanan reproduksi secara maksimal kepada masyarakat baik itu perkawinan, pemeriksaan kebuntingan dan pelayanan kesehatan hewan, serta target capaian SIKOMANDAN tidak boleh turun.
“Kami terus maksimalkan memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada seluruh petugas terhadap penyebab dan potensi penyebaran PMK melalui kegiatan layanan reproduksi yang dilakukan,” jelas Agung.
Dengan dukungan dan potensi yang ada melalui penerapan Strategi Optimalisasi Reproduksi, Agung meyakini penyebaran wabah PMK bisa dicegah, sehingga kegiatan SIKOMANDAN tetap terus bergerak dalam menjaga populasi ternak sapi dan kerbau di Indonesia.
“Kita harapkan semua stakeholder peternakan harus terus optimis dan semangat, dengan kerjasama semua pihak, pasti Negara kita bisa kembali bebas PMK,” ungkap Agung.
Ia katakan, Ditjen PKH dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur telah mengambil langkah-langkah dalam upaya pelaksanaan Kegiatan Optimalisasi Reproduksi di Tengah wabah PMK, pada Rapat Koordinasi yang dilaksanakan pada tanggal 30-31 Mei 2022 lalu di Surabaya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Indyah Aryani menyampaikan, mereka tetap optimis dan berkomitmen pelaksanaan kegiatan SIKOMANDAN di Provinsi Jawa Timur pada 2022 akan terealisasi sesuai target yang telah ditetapkan.
Adapun kontribusi kegiatan SIKOMANDAN dari Provinsi Jawa Timur mencapai 49 persen baik untuk target IB dan kelahiran secara nasional.InfoPublik (***)