Kesehatan

Indonesia Jadi Pionir Bikin Kaget Dunia, Vaksin TBC Tinggal Dihirup, Serius?

kemkes.go.id

INDONESIA biasanya terkenal karena pantai cakep, rendang juara dunia, dan netizen yang kalau komentar pedasnya ngalahkan cabai rawit. Tapi kali ini, dunia nengok bukan karena gosip seleb atau video viral. Dunia nengok karena inovasi medis kelas dunia lahir dari sinivaksin TBC inhalasi pertama di dunia.

Iya, kau dak salah baca vaksin yang tinggal dihirup, bukan disuntik.
Seketika rakyat yang fobia jarum suntik pun tepuk tangan seperti lihat diskon gaji ke-13.

Biasanya kita mengikuti trend dari luar negeri. Dari gaya rambut, gaya minum kopi, sampai gaya nonton drakor. Eh sekarang kebalik kita yang bikin trend baru di dunia kesehatan.
Vaksin TBC inhalasi ini ibarat  anak kampung yang tiba-tiba juara Olimpiade Internasional. Dunia tercengang “Indonesia bikin ini? Hebat nian!”

Teknologi ini bukan main-main. Alih-alih nyuruh tubuh menerima vaksin lewat suntikan yang sering bikin orang pura-pura kuat padahal gemetar, vaksin ini bekerja lewat uap halus yang dihirup. Langsung masuk paru-paru, langsung ngobrol sama sistem imun seperti tetangga ngajak rapat RT.

Pepatah lama bilang, “Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui”
Nah, vaksin ini sekali hirup, kekebalan lokal dan sistemik sama-sama bangun.

Inovasi ini bukan hasil sulap. Ada kerja keras, keringat, dan otak encer di baliknya.

Pemerintah lewat Wamenkes dr. Benny gaspol menjalankan program pemberantasan TBC sesuai arahan Presiden Prabowo.

Prof. Erlina Burhan dan tim riset lokal jadi “panglima laboratorium” yang memastikan semuanya aman dan ilmiah.

RS Persahabatan dan RS Islam Cempaka Putih ikut berperan.

Etana dan CanSino bergabung dalam kerja bareng lintas negara.

Kalau dipikir-pikir, ini mirip masak pindang: bahan dari banyak tempat, tapi rasa tetap Indonesia.
Kerja bareng begini bikin dunia sadar bahwa inovasi kita bukan kaleng-kaleng.

Uji klinis fase 1 ini dijalankan dengan standar ketat.
Izin etik dari berbagai rumah sakit turun.
Izin BPOM meluncur.
36 relawan siap beraksi.
Monitoring 180 hari dilakukan seperti jaga ronda semalam suntuk.

Semua proses ini nunjukkan Indonesia serius ingin jadi pemain utama dalam perang global melawan TBC.
Bukan cuma menunggu impor, tapi memimpin jalannya inovasi.

Kalau kata pepatah, “Rajin pangkal pandai, gigih pangkal berhasil”
Riset ini bukti nyatanya.

Bayangkan, kalau vaksin inhalasi ini sukses, dunia dapat senjata baru melawan TBC.
Negara-negara lain berpotensi belajar dari Indonesia.
Kita bukan lagi penonton di tribun, tapi pemain inti di lapangan sains dunia.

Sebab TBC itu penyakit global, inovasi baru sehingga peluangnya besar dan Indonesia memulai lebih cepat sehingga berpotensi memimpin.

Ibarat lomba lari, kita sudah start lebih dulu. Tinggal jaga napas kebetulan topiknya juga tentang pernapasan.

Vaksin TBC inhalasi ini membuka babak baru. Babak di mana Indonesia bukan hanya dikenal karena budaya dan wisata, tapi juga inovasi medis yang mempengaruhi dunia.

Kita sedang menulis sejarah, pelan tapi meyakinkan, dan sejarah ini baunya bukan formalin, tapi harapan.

“Kalau niat kuat dan kerja kompak, gunung tinggi pun bisa diruntuhkan”

Melawan TBC memang berat, tapi kalau pemerintah, ilmuwan, dan rakyat bergerak bareng, hasilnya bisa mengejutkan dunia.

Indonesia hari ini bukan sekadar penonton global. Kita sudah mulai main, bahkan mulai mencetak gol.
Vaksin inhalasi ini mungkin baru fase 1, tapi ini langkah besar.
Seperti pepatah, “Harimau mengaum bukan karena ingin ditakuti, tapi karena ingin didengar”

Dan kali ini, Indonesia mengaum lewat sainsnya dan dunia mendengar.[***]

Terpopuler

To Top