PERSOALAN ekosistem dan biota sungai menjadi konsen Pemerintah Kabupaten Muba, oleh sebab itu Muba gencar menjaga sungai dari pencemaran lingkungan.
Berkaitan dengan masalah itu Muba berencana menerapkan sistem bio cleaner untuk diterapkan di Muba.
Bio Cleaner ini semacam sistem memperbaiki air sungai yang rusak yang menyebabkan biota sungai sebagai supply makanan bagi ikan yang hilang di sungai akibat limbah yang masuk ke sungai, hal ini harus dicegah agar tidak terjadi di Muba
Tujuan utama, yakni menjaga Sumber daya perikanan di sungai -sungai di Muba yang telah mengalami degradasi akibat aktivitas sekitar sungai dapat kembali jadi tempat ekosistem dan biota.
“Tidak hanya itu, rencana ke depan juga melalui sistem bio cleaner juga akan ada sistem pengukuran kualitas udara di Muba yang perlu diperbaiki lagi ke depan. Agar kualitas udara terpantau bisa update real time,” jelas Wakil Bupati Muba Beni Hernedi saat menerima Jajaran PT Zefa Palindo Jaya Dalam Rangka Sharing Tentang Water Treatment di Rumah Dinas Wakil Bupati Muba, Jumat (25/10/2019).
Owner PT Zefa Palindo Jaya Ependi mengungkapkan Biocleaner adalah teknologi terbaru di bidang waste water treatment WWT – sewage treatment plant STP yang telah mendapatkan green patent technology dari USA No: 8066873 B2.
Biocleaner berhasil melakukan riset dengan mengumpulkan berbagai tipe bakteri mikroorganism yang bersifat anaerobic, fakultative dan aerobic yang di perlukan untuk mengolah limbah organik yang ada di dalam waste water treatment system.
Lanjutnya, kelebihan Bio Cleaner dibandingkan dengan Biological Tretament pada umumnya yakni satu unit biocleaner mampu mengolah air limbah organic dengan design 80 – 150 kg.BOD/hari dengan berbagai kelebihan diantaranya akan meningkatkan kualitas effluent secara signifikan
Mudah untuk di geser dan di pindahkan sesuai dengan kebutuhan Bakteri biocleaner akan memakan bio solid yang terbentuk, sehingga praktis tidak memerlukan penanganan lumpur yang berarti.
“Kemudian, sisa padatan anorganik bisa di ambil setiap 3 – 5 tahun sekali. Bakteri BioCleaner juga akan memakan ammonia yang ada sehingga isu ammonia dapat teratasi dengan baik,” terangnya.
Ia menambahkan, teknologi ini menggunakan total energy yang sangat rendah, berdasarkan pengalaman teknologi BioCleaner hanya membutuhkan 0,24 kW/m3 jauh lebih rendah di bandingkan teknologi extended aeration yang umumnya membutuhkan energi hingga 3 kW/m3.
“Dengan kualitas hasil effluent yang sangat jernih, maka sangat mudah di pergunakan untuk recycle system, misalnya sebagai pendingin cooling system AC (air conditioning), flushing toilet, gardening – siram tanaman,” imbuhnya.
“Keunggulannya tidak perlu lahan yang besar sangat fleksibel dan mudah untuk dipindah-pindahkan. Tidak tergantung lingkungan biaya operasional dan pemeliharaan yang rendah, Tidak berbau, tidak menghasilkan lumpur, tidak memerlukan chemical atau bakteri nutrient Effluent dapat lebih mudah untuk di re-cycle,” tambahnya.
Ependi mengungkapkan pihaknya juga sebelumnya telah berhasil melakukan pengolahan limbah sampah menjadi bersih. “Ini sudah kami lakukan di TPA Bantar Gebang dan TPA di Bali,” pungkasnya.[**]
Penulis : ril