Inspirasi

Smart Home Rasa Kopi

ekraf

Sumselterkini.co.id, – Saya membaca rilis Kemenparekraf tentang kunjungan Wamenekraf Irene Umar ke booth BARDI di Megabuild Indonesia 2025, dan jujur saja, tema itu sangat menarik, rasa kagum saya tumpah kayak kopi panas di jalanan berlubang.

Bukan apa-apa, di tengah serbuan produk luar negeri yang makin ganas kayak diskon akhir tahun, ternyata ada satu nama lokal yang tetap berdiri gagah dengan prinsip “Bisa kok, dari Indonesia.”

BARDI, merek smart home lokal ini, bukan sekadar jualan stop kontak bisa dinyalain dari HP. Mereka menanam benih visi besar membangun ekosistem rumah pintar dengan cita rasa nasionalisme.

Bayangin, kan cukup keren dan menarik, karena sebelumnya pemerintah sempat mengibas bendera hilirisasi, BARDI sudah gerak duluan kayak anak osis yang inisiatif beresin lapangan sebelum upacara.

Mereka sadar, kalau mau teknologi bertahan lama di negeri sendiri, ya harus dibikin, dikembangkan, dan dirawat dari tanah sendiri.

BARDI memulainya dari bawah, dari melihat realita di Indonesia, smart home itu, dulunya barang mahal, seperti sapi terbang  ada, tapi cuma bisa dilihat di film.

Lalu  saat itu pandemi datang, aktivitas di rumah naik, kebutuhan rumah pintar ikut melonjak. BARDI gak mau ketinggalan kereta. Mereka tancap gas lewat pemasaran digital, dan ternyata.. boom!, luar biasa, salut, karena sekarang mereka sudah punya lebih dari 3 juta pengguna dan 6 juta perangkat aktif,  penggunannya itu bukan lokalan, namun dari Sabang hingga Merauke, dari Meikarta sampai Papua.

“Sebagian besar produksi BARDI sudah dilakukan di dalam negeri. Bahkan sebelum hilirisasi digaungkan pemerintah, mereka sudah lebih dulu berkomitmen,” aku Wamenekraf Irene Umar.

Seperti yang dikatakan  Clayton Christensen, profesor Harvard Business School dan penulis buku The Innovator’s Dilemma, ia mengatakan inovasi tidak datang dari menunggu. Inovasi datang dari tindakan berani yang dimulai  oleh mereka yang berani mengambil risiko, dan berani berpikir di luar kebiasaan.”

Jika dihubungkan, BARDI membuktikan itu, mereka tidak menunggu tren, tapi menciptakan tren sendiri, dengan tekad dan keberanian berinovasi di tanah air. Bahkan yang lebih keren lagi, BARDI gak cuma menjual produk.

Mereka menjual imajinasi, lewat karakter superhero lokal bernama BARDION, mereka mencoba menjangkau generasi muda, memperkenalkan teknologi dengan cara yang fun.

Wamenekraf Irene bahkan mengatakan. “Saya sangat menantikan animasi BARDION dan produk Gacha Box mereka. Ini bukti nyata bagaimana teknologi dan industri kreatif bisa berkolaborasi.”

Tengok misalnya Jepang sudah membangun budaya teknologi lewat karakter, seperti Doraemon dan Gundam  hasilnya? Jepang punya insinyur robot dari usia belasan,  selain itu Korea Selatan tidak hanya melahirkan boyband, tapi juga pengembang aplikasi dan game bertaraf global. bahkan Belanda sudah membuat edukasi tentang lingkungan dan teknologi berbasis game interaktif sejak usia dini.

Apa yang dilakukan BARDI ini langkah kecil, tapi fundamental. Mengerti pasar, mencintai negeri, dan membangun masa depan lewat kreativitas.Wamenekraf Irene juga menegaskan pentingnya kolaborasi. “Arahan Presiden Prabowo jelas kita harus menghapus ego sektoral, industri, akademisi, pemerintah semua harus jalan bareng.”

Dan saya  sangat setuju, kita ini seringkali sibuk berdebat siapa yang pegang panci, padahal supnya malah gosong. Padahal di negara maju, pemerintah, industri, dan kampus kayak main futsal oper-operan, bukan rebutan bola sendiri. Nah, melihat dari  perjalanan BARDI, tentunya kita perlu  belajar bahwa inovasi dan cinta tanah air itu bukan pilihan, tapi satu paket kombo seperti ayam geprek level 10 pedes, tapi nagih, ha..ha tul nggak !!.

Yang jelas, patut jadi renungan, jika ingin bangsa ini maju, kita harus mulai dari hal kecil, misalnya  mempercayai kekuatan anak bangsa, menanam teknologi sejak usia dini, dan berani berinovasi tanpa minder, sebab bangsa besar tidak lahir dari ketergantungan, namuna dari keberanian memproduksi sendiri.

Mengutip Steve Jobs, pendiri Apple Inc., ia mengatakan, “Inovasi membedakan antara pemimpin dan pengikut.”. Jika kita ingin menjadi pemimpin, kita harus berani menjadi yang pertama dalam berinovasi.

“The people who are crazy enough to think they can change the world are the ones who do.” — Steve Jobs, maksudnya orang-orang yang cukup gila untuk berpikir mereka bisa mengubah dunia adalah orang-orang yang melakukannya.

Kutipan ini menyiratkan pesan penting inovasi, meski terdengar gila atau mustahil, adalah langkah pertama menuju perubahan besar. BARDI mengubah cara kita melihat teknologi rumah pintar dengan visi mereka yang luar biasa.

Begitu pula kita, jika ingin negara ini berkembang, kita harus berani berpikir besar dan bertindak lebih besar. Smart home rasa kopi ini bukan sekadar produk, ini  merupakan simbol bahwa anak bangsa mampu bikin teknologi seenak buatan luar, dengan harga yang masuk akal dan jiwa nasionalisme yang membuncah.

Saatnya Indonesia tidak hanya menjadi penonton di tribun teknologi global, tapi masuk ke lapangan, berlari, dan mencetak gol kemenangan sendiri. Semoga anak muda Indonesia lebih termotivasi lagi untuk berinovasi.[****]

Terpopuler

To Top